Kamis, 18 Agustus 2011
STREET BOYS
20.07 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
Aku terpingkal-pingkal mendengar keluhan
seorang teman tentang betapa tidak enaknya naik bis, kopaja, metromini atau
angkot di Jakarta. Pengamen yang naik turun bis atau kopaja sering membuat kita
naik darah. Belum lagi bila Sopir ngetem, nunggu penumpang lain agar bis atau
angkot penuh. Akhirnya si teman memutuskan tidak mau lagi naik angkot, mending
naik taksi. Nyaman, tak perlu naik pitam *padahal-belum-tentu-juga-wkkkkkk.
Beruntunglah si teman ini termasuk orang
yang tidak “terpaksa” naik bis. Dia termasuk golongan menengah yang punya mobil
pribadi dan punya cukup uang untuk mondar-mandir naik taxi. Bagaimana dengan
kita yang mau tak mau harus menggunakan bis dan kendaraan umum lainnya untuk
mobilitas sehari-hari?
Terkadang mau tidur enak di bis
favoritku, Patas AC 05 Bekasi Barat- Blok M, namun terkadang tidak enak bila
terlewatkan memberi uang pada pengamen dewasa. Walau terkadang ada pikiran tak
enak melintas, “masa’ gara-gara pengamen kita jadi tak istirahat sih”.
Biasa...pikiran selalu datang dan pergi, pikiran baik dan pikiran jahat, waving
mindJ
Salah satu ujian ketenangan adalah kita
duduk di bagian tengah bis dan datanglah pengamen anak-anak dengan suara
cempreng, atau pengamen yang
tuna-wicara. Pokoke mereka ngamen dan berharap dapat duit. Kalo sudah begini mari
tarik napas panjang, buang napas panjang agar tidak naik pitam.
Banyaknya pengamen yang naik turun bis
–tua, dewasa, anak-anak, ibu-ibu, suara lumayan, suara cempreng, tuna-wicara-
adalah cerminan betapa banyak pengangguran di negeri ini.
Betapa program KB tak berjalan baik,
petani dan buruh cari makan di jalan karena masyarakat kita suka beli buah,
sayur, makanan, pakaian, dan produk-produk import lainnya. Banyaknya pengamen
yang membanjiri Jakarta karena ketidak-sadaran kita juga, karena kita tidak mendukung
produk dalam negeri, buah, sayur, makanan dan produk dalam negeri lainnya.
Mau tidak mau pengangguran ini adalah
urusan kita bersama. Mereka bisa jadi perampok, pencopet, penipu, pengamen,
pengemis. Saya hitung-hitung sekali pulang pergi sekitar 5 - 10 rb mau-tak-mau disumbangkan
ke pengamen. Berat juga sih, namun kalo tidak peduli pada mereka, mereka bisa
melakukan hal yang lebih buruk lagi bila mereka kelaparan.
Terharu rasanya melihat pedagang asongan
yang naik turun bis, pedagang di pinggir jalan menawarkan air mineral, makanan
kecil hingga tissue. Senang melihat pedagang siomay, empek-empek dll dengan gerobak sederhana mereka di
pinggiran jalan. Mereka orang yang gigih mencari uang receh untuk keluarga
mereka. Terberkatilah mereka, rakyat kecil yang gigih.
Btw, Selamat Hari Kemerdekaan RI ke 66.
Jaya selalu! Jaya Negeriku! Jaya Bangsaku!!!
Label:
Life
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Translate
About Me
- Guruntala
- 🌹A dam mast qalandar. #BlessingsClinic 🌹Give some workshops: Meridian Face & Body Massage, Aromatherapy Massage with Essential Oils, Make up. 🌹Selling my blendid Face Serum. IG & twitter: @guruntala
0 komentar:
Posting Komentar