Jumat, 23 Maret 2012
The Hunger Games
01.42 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
Nonton The Hunger Games hari pertama karena penasaran. Thanks to twitter karena memberi info
tentang novel trilogi The Hunger Games
yang laku keras. Saya sudah nonton film The
Hunger Games pertama. Berhubung belum tau bahwa ini film keren, nontonnya
sambil lalu saja di tv. Nonton The Hunger
Games yang ke dua ini beda, karena penasaran ingin tahu seperti apa si film
The Hunger Games yang menjadi pembicaraan di sosial media.
Ternyata filmnya sadis, jadi
ngeri. Sambil menahan kantuk saya berpikir mengapa novel trilogi The Hunger Games laku, filmnya booming. Padahal
ceritanya fantasi campur sadis, dimana para peserta The Hunger Games saling membunuh, dan peristiwa saling bunuh ini
ditayangkan live ke semua penduduk.
Mungkinkah film The Hunger Games laris
karena jujur menggambarkan kehidupan manusia? Bukankah dalam kehidupan nyata
manusia juga saling membunuh walau terkadang secara halus? Misalkan Perusahaan
Tambang banyak yang “membunuh” masyarakat setempat dengan mengotori sungai,
menghancurkan hutan sumber daya makanan, air minum dan obat-obatan alami penduduk
lokal.
Bukankah dengan membeli buah,
sayur, bawang impor sama dengan “membunuh petani-petani lokal? Banyak produk
impor yang mematikan usaha dalam negeri
kita, mengakibatkan banyak pengangguran sehingga banyak yang menjadi kriminal
demi sesuap nasi atau untuk biaya pengobatan keluarga yang sakit.
The Hunger Games disukai mungkin karena menggambarkan diri manusia
seadanya. Bahwa dalam kesadisan ada harapan, ada kasih-sayang yang muncul,
kasih yang akan menyelamatkan peradaban manusia.
Sebagaimana dalam buku The Footprints of God karya Greg Iles:
“Seseorang dapat menjadi makhluk paling berbahaya jika dimasukkan ke
dalam Trinity (program komputer yg mempunyai intelejensia sendiri. Silakan baca
bukunya untuk penjelasan lebih lanjut). Naluri binatang diwariskan secara
genetis. Istilah lembaran yang masih kosong sangat menyesatkan. Seorang anak
berusia dua tahun adalah seorang diktator tanpa tentara.”
Seperti dalam buku Greg Iles The Footprints of God, The Hunger Games menggambarkan bahwa walaupun
pada dasarnya manusia punya naluri kehewanan alias sadis, namun cinta yang
tumbuh dalam diri manusia dapat menjadi harapan untuk menyelamatkan kehidupan
di bumi. Demikian pula pesan dalam film The
Hunger Games yang saya tangkap.
Namaste Beloved Friends...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Translate
About Me
- Guruntala
- 🌹A dam mast qalandar. #BlessingsClinic 🌹Give some workshops: Meridian Face & Body Massage, Aromatherapy Massage with Essential Oils, Make up. 🌹Selling my blendid Face Serum. IG & twitter: @guruntala
0 komentar:
Posting Komentar