Senin, 10 Oktober 2011
NAIK PITAM
21.56 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
Baru
saja membuka-buka buku Pak Anand Krishna terbaru yang berjudul Karma Yoga. Menarik bahasan Pak Anand
pada bab Gotong Royong yang saya
kutip di bawah ini:
.................
“Kita
dikelilingi air... dan, di bawah air, di dasar laut ada ring of fire, ada kegiatan yang sangat dinamis, termasuk
gunung-gunung berapi. Demikian pula di darat, masih banyak gunung berapi yang
aktif. Air dan api, dua unsur alam yang saling bertentangan, dan kita hidup di
tengah dominasi kedua unsur atau elemen tersebut.
Dominasi kedua unsur atau elemen alami
inilah yang menyebabkan kita menjadi...
Manusia yang Sangat Emosional
Emosi
yang berlebihan, di satu pihak, membuat kita menjadi seniman kelas dunia.
Seandainya saja kita menguasai bahasa Inggris dengan baik seperti para penulis
India atau Pakistan _ maka tulisan-tulisan kita pun sudah pasti banyak dibaca
di luar negeri.
Dampak negatifnya, kita cepat tersinggung,
mudah mendendam. Mau marah, unsur api terkalahkan oleh unsur air --tidak jadi
marah, tapi luapan amarah itu tetap tersimpan di dalam diri. Maka, setiap
sekian tahun sekali, kita menjadi beringas, kita melepaskan sumbatan ekonomi
secara kolektif.
Sebab itulah leluhur kita menganjurkan gotong
royong sebagai pedoman hidup. Sejak usia dini, anak-anak kita mesti diarahkan
untuk hidup berdampingan dengan mengindahkan perbedaan, tapi pada saat yang
sama juga berfokus pada esensi yang mempersatukan. Dan, di atas landasan
Bhinneka Tunggal Ika itulah kita membangun negara dan bangsa.”
.................
Menarik untuk direnungkan. Manusia
bangsa apapun pasti ada yang hitam, putih, abu-abu. Namun bangsa yang mengamuk
adalah bangsa kita. Tampaknya tenang, santun, namun dipicu oleh teriakan
“C*n*!” pada peristiwa ‘98 tiba-tiba bisa menyerang, seakan-akan lupa bahwa
kita sudah satu keluarga besar, satu bangsa. Kita bisa lihat juga di youtube
bagaimana pembantaian kepada orang-orang Ahmadiyah di Cikeusik. Dipicu oleh
kata-kata menghasut bahwa “mereka” menodai “agama” kita maka darah pun
menggelegak dan langsung menyerang. Padahal bila mereka berdosa pada Tuhan
–mengapa tidak kalian biarkan saja Tuhan mereka menghukum mereka? Kapan Tuhan
memberi amanat kepadamu untuk menghukum mereka? -- *menyitir puisi Gus Mustofa
Bisri.
Masalah emosi yang berlebihan ini bisa
membuat seseorang menfitnah begitu keji, dengan tega mengarahkan anaknya untuk
berbohong demi menghancurkan orang yang menyinggung dia. Ibu ini tidak peduli
masa depan anaknya karena pemberitaan yang buruk. Padahal anaknya tidak
dirugikan dalam pengertian anaknya utuh, tidak diapa-apakan menurut visum RS
rujukan, tapi karena emosi yang berlebihan Ibu ini menyerang seakan-akan anak
gadisnya diperkosa.
Saya
kenal baik Ibu W ini, juga kenal baik dengan adik Ibu W selama 10 tahun. Selama
ini saya kagum pada mereka karena mereka penuh perhatian, lembut, pokoknya
orang baik deh. Kok tiba-tiba mereka bisa begitu buas, bicara di media2 tanpa
etika, yang memuat pembicaraan seseorang tanpa berusaha untuk melakukan sedikit
investigasi. Berhubung ceritanya seru, menjelek-jelekkan seseorang begitu
kotornya langsung saja dimuat. Padahal saksi-saksi yang tampil di tv dan yang
bicara di media, dikenal sebagai orang hoax di lingkungan mereka.
Ibu
W dan anaknya Tr ini mengaku bahwa Tr ini mendapat pelecehan seksual.
Astagfirullah. Kok bisa ya? Padahal menurut visum RS Polri si Tr ini virgin,
tubuhnya mulus tanpa tanda paksaan. Juga tak ada bukti relevan apapun, tak ada
saksi mata. Kata Ibunya Tr di media, yg mengatakan bahwa Tr dilecehkan adalah
seorang Psikiater. Capee deh. Bisa membedakan antara Psikiater dengan Psikolog
gak seh. Si Psikolog DYP ini menuliskan lengkap titel dia di tv-tv, bukti bahwa
dia terapist handal. Pake gelar Ph.D dan Master Hypnotherapist boo! Ketika
dicek ke Universitas bersangkutan ternyata dia belum lulus program Doktor. Si
Psikolog ini juga berkoar-koar pada media2 bahwa dia berpengalaman sebagai
terapist sudah 20 tahun, padahal izin praktek dia baru keluar tahun 2009.
Berarti Tr “klien” pertamanya dong hehehe. Begitu juga Psikolog Tr lainnya --si
entu tuh, yang noh tampil di tv-- terbukti hoax. Mau buktinya? Hehehe
Tentang
saksi-saksi Tr lainnya yang ajaib-ajaib menarik untuk dibahas. Kita sudah
saling kenal, teman seperjalanan selama beberapa tahun, jadi sudah tahu kartu
masing-masing deh wkkkk. Jadi ketika mereka bicara hoax di media, jadi kagum
deh. Apa tak malu ditonton orang-orang yang kenal baik mereka? Namun emosi
meluap membutakan mata seseorang. Sebagai orang yang emosian, orang sebrang
pula, saya paham bila sudah naik darah, akal sehat terlupakan.
Namun
saya sangat menyayangkan, mengapa ketika terjadi kesalah-pahaman dengan
komunitas, Ibu W malah menghubungi pihak yang sejak bertahun-tahun lalu mencari
celah untuk menghancurkan Pak Anand. Sebagai orang Jawa yang santun, dia
sungkan bertemu untuk menyatakan kemarahannya, silaturahim untuk saling
mendengar keluhan dan harapan masing2, untuk meluruskan kesalah-pahaman. Namun
dia menghubungi pihak yang dengan senang hati mengipas dia agar masalah
kesalah-pahaman menjadi masalah yang sangat besar.
Namun,
Ibu W ini juga mengeluh pada media bahwa dia capek sekali menghadapi
persidangan yang berlarut-larut.
Ooooh....Kau
yang memulai Kau yang ngeluh-ngeluh *singing wkkkkkkkk
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Translate
About Me
- Guruntala
- 🌹A dam mast qalandar. #BlessingsClinic 🌹Give some workshops: Meridian Face & Body Massage, Aromatherapy Massage with Essential Oils, Make up. 🌹Selling my blendid Face Serum. IG & twitter: @guruntala
3 komentar:
tarik nafas, perut mengembung, buang nafas perut mengempis, santai.. rilexs!!! hmmmm!!! :)smile
Terima kasih Sista Rawinah Ranarty. Emosi kami selalu meningkat mendengar cerita Tr dan ibunya dan kelompoknya. Tetapi emosi tidak akan menyelesaikan masalah. Berbagi berita tentang rekayasa mereka, sudah kita lakukan. Kita masih bisa berbagi kesadaran lewat diskusi buku dan diskusi online. Selain mengubah diri kita untuk meningkatkan kesadaran. Ikuti satsang dan panduan Guru akan membawa kita ke jalan benar.
Salam.
Makasih Pak Triwidodo dan Depalpiss. Thanks for dropping by :)
Posting Komentar