Selasa, 08 Oktober 2013
Sendiri di Luar Angkasa: Review Film: Gravity
00.38 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
Indah sekali film “Gravity” ya. Bayangkan
kita menjadi astronot dan melayang di angkasa.
Indahnya keheningan. Indahnya angkasa. Indahnya matahari terbit. Indahnya bumi.
Subhanallah.
Jadi pingin nonton lagi khusus
untuk menyaksikan pemandangan luar angkasa, dan matahari terbit. Film “Gravity”
ini dibuat selama 4 tahun. Butuh waktu 2.5 tahun untuk membuat latar belakang
film agar tampak seakan-akan nyata.
Cerita film ini sederhana. Seorang
bio-medical engineer, Dr. Ryan Stone
adalah Mission Specialist pada
penerbangan luar angkasa pertamanya ditemani oleh Astronot Matt Kowalski yang memimpin ekspedisi luar angkasa untuk terakhir
kali. Pesawat luar angkasa mereka ditabrak oleh benda-benda yang diledakkan
dari Anti Satelit Rusia.
Bagaimana Dr. Ryan Stone (Sandra
Bullock) berusaha untuk kembali ke bumi sementara pesawat ruang angkasanya
hancur? Keren dah akting Sandra Bullock.
Bagaimana bila kita sendiri di angkasa
yang maha luas dan tak bisa kembali ke bumi. Saya pernah memimpikan hal itu.
Serem!!! Serem karena kita merasa sendiri. Itulah ketakutan terbesar kita, mati
dalam kesendirian. Padahal manusia menemui Tuhan sendiri-sendiri kan ya.
Keren abiez Matt Kowalski yang
diperankan oleh George Clooney. Jadinya ngefans sama Matt Kowalski atau sama
George Clooney gak sih wkkkkk
Saya suka dengan adegan Ryan
Stone yang diam terpaku pada Chinese
Space Station Tiangong. Arwah Matt
Kowalski mendatanginya, memberi semangat dengan senyum “everything is gonna be okay”.
Menurut cerita, kedatangan Matt Kowalski ini adalah halusinasi Ryan Stone. Tapi
bisa benaran lho. Ruh orang yang meninggal kan ringan, mau kemana saja bisa,
mau keluar angkasa, mau travelling
menjelajah manca negara oke aja. Dan, arwah orang yang sudah meninggal biasanya
tampil dengan pakaian yang terakhir dikenakannya. Nah, Matt Kowalski ini kan
meninggal dalam pakaian astronot, maka dia muncul dalam pakaian astronot.
Tuhan yang Maha Mengetahui, kita
kan cuma mengira-mengira. Menurut Master Spiritual sih seperti itu. Ruh orang
yang sudah meninggal bisa pergi kemana saja. Bahkan sebelum bereinkarnasi, ruh untuk sementara tinggal
di angkasa untuk menerima pelajaran. Benar atau salah, saya tidak bisa
memastikan. Alam semesta ini begitu luas, siapa sih kita yang ngotot bahwa kita
paham tentang arwah, tentang kehidupan lain sesudah mati dan lain-lain.
Matt Kowalski intinya ngomong ke
Ryan Stone, “mau tinggal di sini atau ke bumi untuk memulai hidup baru.” Ryan
Stone memang sudah cerita ke Matt Kowalski bahwa dia hidup sendiri, tanpa suami
tanpa anak. Anaknya meninggal ketika masih balita. Sejak itu hidup Ryan Stone
berkisar pada kerja di kantor dan menyetir mobil.
Jadi berpikir ya, apa makna hidup
ini. Orang awam bilang hidup itu untuk anak cucu. Bagaimana bila terjadi
sesuatu pada anak cucu, entah kecelakaan, penyakit, atau anak cucu meminggal.
Manusia akan berpikir ulang, untuk apa hidup ini. Orang yang hidup, yang berjuang
untuk memberikan yang terbaik untuk anak cucu juga akan berpikir di akhir
hidupnya. Anak cucu yang oke-oke itu toh akan ditinggalkannya di dunia ini.
Hidup di dunia bagaikan orang mampir minum, hanya sekejab. Bagaimana kita
menghadapi kematian sendirian. Anak, cucu, suami-istri pasti tak bersedia
mendampingi kita menuju kematian...
Btw, selain sangat indah, film
ini membuat saya bertanya, bagaimana rasanya mati dalam kesendirian. Mau kemana
kita setelah mati? Kita hanya sendiri sementara semesta begitu luas. Luas dan
sangat indah.
TerimaKasih... Namaste _/l\_
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Translate
About Me
- Guruntala
- 🌹A dam mast qalandar. #BlessingsClinic 🌹Give some workshops: Meridian Face & Body Massage, Aromatherapy Massage with Essential Oils, Make up. 🌹Selling my blendid Face Serum. IG & twitter: @guruntala
0 komentar:
Posting Komentar