Selasa, 08 Oktober 2013
Belajar dari Penulis Produktif: Clara Ng
15.47 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
Saya suka rubrik “Aku &
Rumahku” pada Harian Kompas Minggu, 6 Oktober 2013, yang menampilkan rumah
Clara Ng. Yang menarik sih adalah cerita penghuninya karena penataan rumah
Clara tampak sederhana. Yang unik mungkin koleksi ribuan buku pada ruangan
kerja Clara.
“Saya menulis di satu laptop, tetapi mengerjakan tulisan itu dengan mengakses
dua laptop dan ribuan buku di ruangan ini,” katanya tertawa.
Sisanya, Clara sendirian. Ia memang selalu menganggap proses kreatifnya
adalah kerja soliter. Kesendirian memberinya ruang dan waktu untuk
bercengkerama dengan tokoh-tokoh rekaannya, melintaskan mereka dari ruang dan
waktu rekaan yang satu ke ruang dan waktu rekaan lainnya.
Menulis memang pekerjaan yang
menuntut kesendirian. Walau ada yang penulis yang suka menulis di cafe, tetap
saja dia “menyendiri” dalam dunia menulis. Hanya ada dia dan tulisannya.
Gemericik air dari kolam di samping ruang keluarga itu lebih sering
terdengar dibanding suara televisi gara-gara “no tv rule” yang diberlakukan
bagi Elysa dan Catrina.
“Sudah tiga tahun kami dilarang
menyalakan televisi,” tutur Elysa tersenyum-senyum. Hasilnya, Elysa lebih
banyak membaca, bahkan mulai melahap dan menulis resensi karya para peraih
Nobel Sastra, seperti Ernest Hemingway atau William Faulkner, di dalam blognya.
Semua, lagi-lagi dari kamar kerja Clara.
Televisi banyak menyita waktu ya.
Karena tidak menonton televisi, Elysa dan Catrina jadi banyak membaca, dan
menulis di blog! Membaca membuat seseorang lebih cerdas, beda dengan menonton
televisi yang membuat otak tidak berimajinasi.
Saya terkesan dengan blog Elysa
Ng. Elysa masih berusia 11 tahun namun sudah bisa menulis resensi buku yang
berbobot, dengan bahasa Inggris yang lancar pula.
“Saya hanya keluar rumah jika
memiliki tujuan pasti dan tidak mengundang kawan ke rumah. Tidak ada
pelatihan menulis di rumah, tidak ada perbincangan dengan kolega di rumah. Tamu
yang paling sering datang adalah kurir pembawa kontrak kerja penulisan,” tawa
Clara lepas.
Jarang keluar rumah dan rajin
bekerja adalah rahasia mengapa Clara begitu produktif. Saya pernah membaca twit
Alberthiene Endah, penulis yang sangat produktif, bahwa beliau mengurangi acara pergi-pergi, main ke mall, agar bisa produktif menulis. Nongkrong di cafe atau sering ke mall memang
membuang-buang waktu.
Ada “kemewahan” lain Clara, sesuatu yang selalu menautkan dengan
kenangan masa kecilnya. Di rumah Clara, sang ayah “menyita” sebuah ruang di lantai
atas untuk menaruh ratusan koleksi guci dan keramik yang diselamatkan dari 16
kapal dagang yang berabad-abad silam tenggelam di berbagai laut perairan Nusantara.
“Saya mengumpulkannya selama lebih dari 30 tahun,” kata sang ayah, Atma Djuana,
yang Selasa sore singgah di rumah Clara.
“Koleksi itu adalah bagian dari masa kecil saya,” katanya tertawa. “Masa
kecil saya hidup dengan kegemaran ayah saya memburu keramik dan guci kuno.
Karena hobi ayah saya akan barang bersejarah, setiap minggu saya dibawa jalan-jalan
ke museum di seluruh Jawa dan Sumatera,” ujarnya.
Tak aneh kalau Clara Ng selalu kaya khayalan, masa kecilnya memang kaya
warna. “Ah, saya malah belum pernah membuat cerita dari pengalaman masa kecil
keluar masuk museum itu,” katanya, lagi-lagi tertawa. Tertawa yang kemudian
menandakan keluarga ini selalu dilimpahi kebahagiaan.
Kekayaan seorang penulis memang
imajinasi. Dan kekuatan Clara adalah giat bekerja. Tanpa giat bekerja, mustahil
untuk menjadi penulis produktif.
Menarik bukan?
TerimaKasih...Namaste _/l\_
Label:
Profil
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Translate
About Me
- Guruntala
- 🌹A dam mast qalandar. #BlessingsClinic 🌹Give some workshops: Meridian Face & Body Massage, Aromatherapy Massage with Essential Oils, Make up. 🌹Selling my blendid Face Serum. IG & twitter: @guruntala
0 komentar:
Posting Komentar