Jumat, 31 Agustus 2012
Reinkarnasi, Karma dan Kesuksesan Seseorang
02.19 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
Silakan
tidak percaya reinkarnasi atau tidak percaya karma. Saya percaya karena teori
reinkarnasi ini cocok dengan pertanyaan-pertanyaan saya tentang keadilan Tuhan.
Seorang
teman bertahun-tahun marah pada Tuhan karena dia diperkosa oleh guru SMP nya
berkali-kali. Dia jadi bitter, jauh
dari tipe orang yang asyik atau ramah. Teman ini mempersalahkan orang tuanya
karena dia tidak dijaga dengan baik dst dst. Aneh kan, dari sekian murid wanita
di SMP itu kenapa dia yang diperkosa, berkali-kali pula. Sementara banyak anak-anak
gadis yang dibiarkan bebas oleh orang-tuanya, tidak pernah diperkosa.
Karena
trauma teman ini tak juga sembuh, dia mengikuti
satu sesi terapi untuk menghilangkan trauma dia. Terapi itu ampuh
sehingga psikosomatis dia hilang, dia
tak perlu lagi mengkonsumsi obat-obat psikotropika
untuk mengobati depresi dia. Namun dia baru bisa menerima keadaan dia setelah mengikuti
sesi “past life regression”. Pada
sesi itu dia seperti menonton film, tentang dia yang pernah hidup sebagai
seorang pria yang jahat, dan pernah membunuh serta memperkosa seorang wanita.
Jadi bila pada kehidupan ini dia diperkosa maka memang seperti itulah hutang
karma yang harus dia bayar. Dengan ikhlas menerima karma dari perbuatan kita
dari kehidupan-kehidupan yang lalu, kita bisa lebih tenang berkarya untuk masa
depan yang lebih baik.
Saya
merenung saat membaca buku Ollie
@salsabeela “YES, YOU CAN!”.
Ollie begitu sukses sebagai penulis, pengusaha, aktivis sosial saat usianya
belum 30 tahun. Ollie dikaruniai kesehatan yang prima, modal pendidikan yang
baik, bertemu dengan banyak peluang-peluang bagus. Banyak orang yang bekerja
keras sebagai penulis namun sulit untuk menembus satu penerbitan besar. Ollie
dengan mudahnya menulis buku yang segera diterbitkan. Dia yang iseng menulis
tentang traveling di blognya, langsung dapat tawaran untuk menulis tentang
traveling di satu majalah besar. Ollie bertemu temannya, membicarakan satu ide
usaha, diwujudkan dan usahanya sukses.
Tentu
saja sukses Ollie tidak lepas dari will
power, skill, knowledge & hard work. Namun peluang yang diperoleh
Ollie dengan mudahnya, tidak diperoleh oleh orang yang memiliki kualitas setara
Ollie. Imo, itulah karma seorang
Ollie.
Saya
teringat pada buku “Outliers” karya Malcolm Gladwell, seorang jurnalis The New Yorker. Dia mengamati faktor-faktor di balik kesuksesan seseorang.
Saat kelahiran menentukan kesuksesan seseorang di Silicon Valley. Lahir pada bulan tertentu menentukan seseorang itu
bisa menjadi bintang basket besar NBA atau tidak.
Lingkungan dan kesempatan
menelurkan seorang Bill Gates, Beatles, Andrew Carnegie, Steve Jobs, Mozart dll.
Seseorang bisa saja memiliki kecerdasan seperti Bill Gates, namun tanpa
kesempatan-kesempatan emas yang muncul di hadapan Bill Gates, orang tersebut
tidak akan bisa sesukses Bill Gates.
Apakah
mungkin seorang Mozart bisa menjadi
sangat cemerlang bila dia tidak dilahirkan dalam keluarga pemusik-pemusik hebat
pada zamannya? Bagaimana nasib seorang yang berbakat fashion bila berdekatan
dengan Giorgio Armani? Pasti berbeda dengan
seseorang dengan bakat yang sama namun tidak punya akses pada seorang fashion designer hebat.
Selain
faktor lingkungan dan kesempatan, faktor
latihan 10 ribu jam menentukan kesuksesan seseorang. Latihan 10 ribu jam
membuat seseorang menjadi pakar dalam bidangnya. Bill Gates, Beatles, Andrew
Carnegie, Steve Jobs, Mozart, Zuckerberg, Pendiri Google dan semua orang-orang
yang hebat pada bidangnya selalu melampaui “jam terbang” lebih dari 10 ribu
jam. Melampaui latihan 10 ribu jam dengan mudah dilalui oleh mereka yang begitu
bergairah menekuni bidangnya.
Lingkungan
dan kesempatan berkaitan dengan karma seseorang menurut saya. Tentu saja kita
harus menerima karma kita, karena percuma kita bersungut-sungut mengeluh toh
tetap saja karma itu jalan, Bila tidak nyaman dengan kata karma, bisa diganti dengan kata takdir.
Namun terlepas dari karma kita, kita yang menetukan hidup kita saat ini. Kita
yang menentukan mau bahagia atau tidak, mau rajin bekerja atau tidak. Tidak ada
gunanya menyesali nasib, atau karma. Sudah suratan bila kita dilahirkan dengan
kondisi kesehatan yang kurang fit, lahir dari seorang Ibu yang bermasalah
dengan emosi dst dst. Pelajari kondisi kita dan bagaimana solusinya. Saya perhatikan
badan saya sangat bermasalah dengan migren dan gampang capek. Saya sebisa
mungkin menghindari tempat-tempat yang panas terik. Saya harus cukup istirahat,
rileks, perlu riang gembira dalam kehidupan sehari-hari. Berhubung sering masuk
angin, saya rutin minum bandrek untuk menghangatkan badan serta menghalau masuk
angin. Memang beginilah kondisi tubuh yang harus saya terima. Saya berbeda
dengan sepupu saya ,Tola, yang gesit
dan sehat. Tola yang berusia 10 tahun di atas saya bisa aktif mengajar sambil
kuliah hingga mendapatkan gelar Doktor dari ITB. Tola juga aktif silaturahim dengan keluarga dan aktif
dalam kegiatan sosial. Beliau juga ibu rumah tangga yang piawai. Bila saya
mengikuti ritme tubuh Tola, saya bisa
pingsan berhari-hari. Yah, beginilah nasib hihihi.
Demikian.
Punya pendapat lain?
Terimakasih...Namaste
_/l\_
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Translate
About Me
- Guruntala
- 🌹A dam mast qalandar. #BlessingsClinic 🌹Give some workshops: Meridian Face & Body Massage, Aromatherapy Massage with Essential Oils, Make up. 🌹Selling my blendid Face Serum. IG & twitter: @guruntala
2 komentar:
Lantas kemudian si guru bejat itu akan menjadi wanita di kehidupan selanjutnya dan diperkosa. Kemudian 'si pemerkosa' guru bejat juga akan menjadi wanita yang diperkosa di kehidupan selanjutnya, terus menerus seperti itu bagaikan peralihan tongkat estafet yang tak bergaris finish. Tiba-tiba saya berpikir, ketika karma itu dimulai di awal kehidupan (mungkin 3 juta tahun yang lalu) dosa apakah yang dilakukan korban di kehidupan sebelumnya padahal ia adalah generasi pertama manusia?
Tapi blunder pemikiran anda sama seperti orang lain dalam hal melihat kasus-kasus yang menurut anda adalah sebuah ketidak adilan (Tuhan). Bahkan bagi seorang yang taat sekalipun akan kepayahan merenungi mengapa kejahatan menimpa orang yang baik. Adilkah Tuhan yang telah membiarkan seorang gadis yang selalu memujaNya diperkosa? Atau kenapa ada yang begitu mudah menggapai kesuksesan dan ada yang tidak, atau kenapa ada yang dilahirkan di keluarga yang kaya tapi ada juga yang sebaliknya, ada yang normal ada pula yang cacat. Dualitas ini, hingga detik ini, masih sering dijadikan sindiran kepada 'Tuhan'.
Seolah-olah manusia tidak dapat memilih hidupnya sendiri. Jika demikian gagasannya lalu apa bedanya konsep Karma dan reinkarnasi dengan konsep Takdir? Bukankan sama-sama memposisikan manusia sebagai objek yang tak dapat 'menghindar'? Hanya yang satu digerakkan oleh 'hukum kekekalan karma' dan yang satu lagi oleh kehendak Tuhan. Dan anda sebenarnya sudah tahu kemana muara blunder teologi ini, bahwa terlepas ia diasumsikan sebagai takdir ataupun hukum karma, semua tindakan akan mendapatkan balasannya. Hanya saja, paham anda memulai perenungan dari si objek/korban/kondisi sementara kami melihatnya pada si subjek/pelaku/situasi.
Tapi bukannya tidak ada perbedaan efek psikologisnya, selama yang saya perhatikan dari orang2 yang mempercayai reinkarnasi, tidak ada keseriusan dari mereka yang dapat melampaui keseriusan para pengiman Tuhan atas dampak dari tindakan2 yang dipilih.
Terimakasih telah mampir :)
Menerima karma berarti menerima takdir/jalan hidup sebagaimana seorang petani menuai hasil setelah menanam.
Sebenarnya karma itu takdir loh. Hanya org berpikir, itu dari Tuhan, terima saja.
Bukan berarti org yg percaya reinkarnasi, percaya karma itu tidak percaya akan tangan tuhan. krn Tuhan sdh menyerahkan banyak urusan kpd malaikat/dewa dan manusia. Dia jd penonton...
Btw, anda benar. susah utk keluar dari jeratan karma. makanya lambang org Buddhist itu adalah roda, samsara, selalu berulang.
Bgmn agar lepas dari samsara? perlu berguru pada master.
Demikian menurut saya. makasih
Posting Komentar