Jumat, 26 April 2013
Perang Melawan Pembajak !!!
11.16 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
Tanggal 23 April kemarin
adalah hari buku ya. Sorry telat
ngucapin. Selamat Hari Buku. Terimakasih untuk para penulis. Entah bagaimana
jadinya bila di dunia ini tak ada buku. Rasanya bagai katak yang hidup dalam
tempurung yang akhirnya mati depresi.
Hari Buku dirayakan sekaligus dengan Hari Hak Cipta sedunia . Warga Romania mengadakan acara peletakan
buku di alun-alun kota Bucharest sebagai protes karena Romania dinilai tidak terlalu
menghargai hak cipta.
Menulis buku itu tidak mudah.
Saya pernah menamatkan satu buku setebal 500 halaman selama dua hari. Menurut
penulisnya, buku itu ditulis selama 8 bulan. Selama 8 bulan itu si penulis buku
itu bertapa, jarang keluar rumah agar bukunya bisa memenuhi tenggat jadwal.
Saya suka tenggelam dalam
cerita yang ada dalam novel. Saya tidak suka membaca cepat ketika membaca sebuah
novel karena saya suka menghayati cerita seakan-akan saya ikut masuk dalam
cerita itu. Menikmati novel menarik ditemani secangkir teh hangat adalah satu
kenikmatan hidup... What a life...
Penulis buku tidak bisa sesantai
pembaca. Dia harus mencari referensi sana-sini, googling sana-sini agar
ceritanya natural. Penulis harus mikirin plot, alur cerita, karakter
tokoh-tokoh, lokasi para tokoh dll. Pokoke kudu kerja keras! Nah, bagaimana perasaan
seorang penulis ketika tulisannya
dibajak? Kira-kira sama dengan petani
yang menanam sawah lalu hasil panennya dirampok!
Saya membaca tweet blogger
terkenal Iman brotoseno @imanbr .
Tulisan di blog nya di copas orang,
dijadikanbuku, lalu buku itu saat ini dijual di toko-toko buku seperti
Gramedia. Bila kita jadi @imanbr, gondok
ndak ? Sudah capek-capek mikir, tulisan kita di copas, dan dijadikan duit
oleh pihak lain.
Saya juga membaca curhat
penulis terkenal A.S. Laksana @aslaksana
di twitter. Novel yang dikerjakannya selama 6 bulan dibajak orang hanya dalam
waktu dua hari.
Saya beberapa kali membaca
keluhan penulis Andrea Hirata di koran-koran tentang kegalauan beliau pada praktek
pembajakan buku. Penulis itu butuh waktu riset untuk menulis satu novel, di
luar waktu penulisan, pengeditan hingga satu buku terbit. Buku yang diterbitkan
perlu dipromosikan agar laku keras. Bila laku keras, uang honor penulisan tidak
langsung masuk ke rekening penulis, harus menunggu. Demikian pula yang saya
baca dari pengalaman Dewi Lestari @deelestari
pada buku “My Life as a Writer”.
Bila buku hasil karya penulis
dibajak, si penulis mau makan apa? Memang ada kiat-kiat penulis untuk bertahan
hidup atau kaya dari hasil menulis. Namun tetap saja tindakan membajak buku ini
memukul penghidupan para penulis.
Saya perhatikan Raditya Dika tidak atau belum pernah
mengeluh tentang pembajakan. Buku-buku Radith dijual murah, hanya sekitar 39
ribu rupiah. Buat apa beli buku bajakan seharga 20 ribu bila hanya beda-beda
tipis dengan buku asli. Raditya Dika bisa mendapatkan penghasilan besar dari
iklan yang tayang di tv atau media massa, bisa juga dari iklan via twitter.
Dengan sekitar 4.6 juta follower, Radith dengan mudah mendapat penghasilan dari
iklan.
Penulis novel best seller
seperti Andrea Hirata, Dee Lestari, Iwan Setyawan bisa mendapat duit lebih dari
novel yang dibeli produser film. Rezeki selalu ada ya untuk orang-orang yang
giat dan tekun bekerja pada bidangnya.
Banyak juga ternyata jenis
karya yang perlu diperhatikan hak ciptanya. Selain hak cipta tulisan/ buku, ada
hak cipta lagu, hak cipta program komputer, hak cipta fotografi, hak cipta untuk
penemuan-penemuan lainnya. Ada hak cipta untuk penemuan metode langsing a la A,
atau cara bebas kecanduan narkoba lewat metode B dst.. Namun ada saja pihak
yang mengambil metode B, membuat perbedaan sedikit lalu memperkenalkan metode B
sebagai penemuannya. Nah itu die...
Saya pernah membaca buku yang tampaknya keren. Ternyata isi
bukunya adalah copas dari beberapa penelitian orang lain lalu dipermak jadi
buku dia. Mungkin si penulis ini tidak tahu bahwa akan ada orang-orang yang
bisa menangkap kejanggalan-kejanggalan pada bukunya. Jadi prihatin pada penulis
tanpa etika ini.
Kita akan memetik apa yang
kita tanam. Bila kita sadar atau tak sadar memakai hak orang lain, maka kita
akan menanggung akibatnya, saat ini atau nanti...pasti!
Terimakasih... Namaste_/l\_
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Translate
Blog Archive
-
▼
2013
(108)
-
▼
April
(11)
- Berkah Lupa: dari novel "The Opposite of Fate"
- Biaya Riset Menulis: dari "Antologi Rasa" hingga "...
- Perang Melawan Pembajak !!!
- KOCOK: Cerita tentang Arisan Ibu-ibu Sosialita
- Peringatan ARB kepada Anas Urbaningrum
- Membaca Ekspresi Adi Bing Slamet & Arya Wiguna: Ka...
- Bangsa Pendendam yang Mudah di Adu Domba
- Silencing The Buddha: from Cloud Atlas the Movie
- Be Aware: from"How to Hack the Human Brain"
- Afirmasi pada Neo Kundalini Yoga
- Be Fearless: from The Croods The Movie
-
▼
April
(11)
About Me
- Guruntala
- 🌹A dam mast qalandar. #BlessingsClinic 🌹Give some workshops: Meridian Face & Body Massage, Aromatherapy Massage with Essential Oils, Make up. 🌹Selling my blendid Face Serum. IG & twitter: @guruntala
0 komentar:
Posting Komentar