Senin, 23 April 2012
Percaya pada Pengalaman Pribadi ???
20.23 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
Saya tercenung membaca status seorang
teman di FB. Beliau ini menghargai seseorang karena seseorang ini menulis status
di FB berdasarkan pengalaman pribadinya.
Memang saya sering mendengar dan membaca
bahwa percaya lah pada pengalaman pribadi bukan pengalaman orang lain.
Karena kita lah yang bertanggung-jawab atas diri kita, hidup kita. Jangan
menyandarkan hidup kita pada pengalaman atau opini orang lain walau pastinya
belajar dari pengalaman orang lain perlu dalam hidup. Kita tidak perlu
mencelupkan tangan di api untuk mengetahui bahwa api itu membakar, bahwa kulit
yang terbakar api sungguh membuat badan menderita.
Imo,
bagaimana kita atau orang lain “melihat” pengalaman pribadi tergantung juga
pada sehat tidaknya pikiran dan jiwa kita. Ada yang namanya delusional
disorder yang dialami oleh
Penerima Nobel Fisika John Nash sebagaimana
diceritakan dalam buku dan film “A Beautiful
Mind”. Ada juga waham kejar dimana seseorang merasa dikejar-kejar sebagaimana
diceritakan Budayawan Kuntowijoyo
dalam novelnya “Impian Amerika”.
Falla
Adinda dalam novelnya “Heart
Emergency” menulis tentang pengalamannya saat menjadi ko-ass di Bagian Penyakit
Jiwa. Berikut kutipannya :
“Mbak Kamila tetap merasa pria itu masih sangat mencintai dirinya dan pernikahan akan berlangsung Sabtu ini. Mba Kamila juga merasa bahwa sore ini, pria tersebut akan datang menjemputnya pulang, kembali menemaninya mencari bunga untuk dipajang di altar pernikahan. Aku tinggalkan Mbak Kamila dengan sebuah perasaan iba.Ya, cinta memang sekuat itu. Cinta memang sedahsyat itu.Cinta memang salah satu stressor terbesar seseorang mengidap kelainan jiwa. Tiba-tiba, aku dihantui kecemasan. Apakah aku memang dicintai atau justru mengidap waham erotomania- merasa sangat dicintai seseorang, padahal hanya bertepuk sebelah tangan.”
Pertanyaan Falla Adinda itu saya banget
*smile. Saya bertanya pada seorang teman, “Bagaimana kita tahu bahwa kita
gila?” Jawaban dia ,”Kalau kamu menyadari bahwa kamu gila berarti kamu tidak
gila.” Hihihi...jadi bingung.
Saya pernah berteman dengan beberapa
orang yang lama baru saya sadari teman saya itu delusional disorder. Berikut ceritanya:
Tetangga saya Mulan cerita ketika dia
dan anak buah suami suaminya belanja ke supermarket di dekat kompleks, para pegawai
supermarket memandang dia dengan tatapan menuduh dia telah selingkuh dengan
anak buah suaminya.
Padahal para pegawai Supermarket itu tak
kenal dia. Lagipula orang yang belanja banyak, untuk apa kepo dengan Mulan, menuduh-nuduh dia. Untungnya apa? kenal juga
tidak.
Mulan makin lama makin menjadi-jadi
dengan cerita-cerita dia yang spektakuler. Menurut dia, tukang-tukang di
belakang rumahnya sering usil. Tukang-tukang itu setiap malam mematikan lampu
di rumahnya. Tukang-tukang itu suka mengintip dia berpakaian. Saya jadi mikir.
Berarti tukang-tukang itu harus turun naik pakai tali tambang agar bisa
mematikan lampu di rumah Mbak Mulan setiap malam, untuk mengintip Ibu beranak
lima itu ganti pakaian. Cara lain tukang-tukang itu untuk usil adalah lompat
pagar Mbak Mulan itu setiap malam.
Jadi pusing saya memikirkan logika
cerita Mbak Mulan itu. Dia semakin menjadi-jadi dengan bercerita pengalaman pribadi nya pada tetangga
yang lain. Lama-lama para tetangga bosan mendengar cerita dia, hal yang membuat
dia tambah ngamuk. Saya tidak tahu
lagi kelanjutan kabar Mbak Mulan karena saya pindah rumah. Semoga Mbak Mulan
sudah sembuh dari penyakit delusi.
Teman lain yang mengalami delusional disorder adalah Ibu Tania. Beliau
tampak sehat, berbicara normal, namun cerita dia bikin puyeng.
Ibu Tania cerita bahwa tetangga rumah
kami Pak Subur mengajak pacarnya tidur di rumahnya saat Ibu Subur sedang ke
luar kota.
Bagaimana bisa? Rumah Pak Subur
bersebelahan dengan dengan Pak RT yang yakin bahwa orang “berzina” akan membawa
sial penghuni 40 rumah di sekitarnya. Tak mungkin lah Pak Subur berani mengajak
ayam kampung untuk tidur di rumahnya.
Bisa dikepung satu RT yang bapak-bapaknya fanatik abis.
Ibu Tania juga bercerita bahwa beliau
sering merasa tak enak dengan Ibu A, Ibu B, Ibu C karena suami mereka perhatian pada beliau. “Kan bisa-bisa
mereka marah padaku karena cemburu” papar Bu Tania.
Saya langsung puyeng. Bapak-bapak di Kompleks yang usianya di sekitar 30 tahun
kok bisa ya naksir Ibu-ibu menjelang
60 tahun. Perhatian mungkin, namun untuk naksir
dalam pengertian ada asmara membara rasanya tak mungkin. Jatuh cinta pada wanita
yang 15 tahun lebih tua seperti Raffi Ahmad ke Yuni Shara saja mendapat
perhatian publik karena jarang terjadi.
Teman saya satunya, Rina, ternyata
sering mendapat perawatan psikiater, kadang bisa dirawat di klinik kejiwaan
untuk beberapa saat. Cara Rina berbicara dan bergaul biasa saja sebagaimana
orang sehat lainnya selama dia tidak kumat.
Saya tanya ke saudaranya, bagaimana Rina
bisa ketahuan mengidap bipolar disorder ? Ternyata ketahuan
setelah dia sering memaki-maki teman dan kerabat di FB dan via HP. Teman dan
kerabat yang panas ini menghubungi
orang-tuanya sehingga dia dibawa ke psikiater untuk mendapatkan perawatan.
Untung teman dan kerabat yang dimaki-maki
di FB komplain ke orang-tuanya yak.
Bila pihak yang dimaki-maki diam saja, tidak bakal ketahuan penyakitnya.
Percaya pada pengalaman pribadi suatu
keharusan. Namun untuk itu kita perlu bertanya pada diri sendiri, “Sehatkah
pikiran dan jiwa kita?”
Bila badan manusia bisa sakit dari sakit
ringan hingga sakit berat maka pikiran atau jiwa juga bisa sakit. Yang bisa
kita lakukan adalah merawat kesehatan, dan mengobati bila sakit.
Semoga
kita semua sehat badan, jiwa dan pikiran. Amiiin.
Namaste
Beloved Friends _/l\_
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Translate
About Me
- Guruntala
- 🌹A dam mast qalandar. #BlessingsClinic 🌹Give some workshops: Meridian Face & Body Massage, Aromatherapy Massage with Essential Oils, Make up. 🌹Selling my blendid Face Serum. IG & twitter: @guruntala
0 komentar:
Posting Komentar