Rabu, 30 November 2011

Word Is Me


     Sangat bersyukur mendapat kesempatan mengikuti Workshop sehari #wordisme 19 November 2011 di Gedung Kompas Gramedia, Palmerah, Jakarta. Workshop ini digagas oleh Mbak Alberthiene Endah dan didukung oleh para penulis kondang , yang sudah membuktikan bisa “write for life”. Para penulis ini berbagi untuk mereka yang berbakat dan berminat mengembangkan diri melalui kemampuan menulis. Karena banyak sekali anak muda yang ingin menulis, ingin berkarir di bidang tulis menulis, namun tak mengerti bagaimana jalannya, atau karena dibelenggu oleh rasa tak percaya diri. Demikian pengantar dari Mbak Alberthiene Endah mengawali Workshop Menulis WORDISME, “Menulis untuk hidup dan menghidupkan”.
  
      Kita, 300 peserta yang beruntung ini bisa bertatap-muka dan mendengarkan sharing dari Petty S. Fatimah (Pemred majalah Femina), Reda Gaudiamo (Pemimpin Grup Majalah Lifestyle Gramedia), Alberthiene Endah (Penulis Biografi, Novelis), Raditya Dika (Blogger sukses, Penulis), Ollie Salsabeela (Blogger, Entrepreneur Penerbitan), Djenar Maesa Ayu (novelis, cerpenis), Clara Ng (novelis, cerpenis), Salman Aristo (penulis skenario film layar lebar), Alexander Thian (penulis skenario sinetron dan editor), Aditya Gumay (sutradara, penulis skenario), Windy Ariestanty (editor penerbit Gagas Media), Hetih Rusli (editor penerbit Gramedia Utama).

     
Semalam sebelum acara #wordisme saya deg-degan, mikir, apakah ada yang setua saya yang ikutan ya. Alhamdulillah ada hehehe...Tak ada kata tua untuk belajar dan berkarya. Banyak sekali ilmu yang dibagi dalam workshop ini sehingga mau menulis cerita tentang workshop ini jadi bingung juga, mau share yang mana ya, karena banyaaaak ilmunya. Untuk teman-teman yang ingin belajar teknik menulis dari penulis-penulis yang sudah berpengalaman bisa klik plotpointkreatifdotcom. Semoga workshop seperti #wordisme ini diadakan lagi, dan rencana akan didirikan  komunitas penulis, siiip, amiiin. Jangan ketinggalan, follow @AlberthieneE @Salsabeela @nulisbuku untuk info.

      Pada acara ini akhirnya daku bertemu juga dengan penulis-penulis yang selama ini kukenal dari tulisan-tulisannya di majalah, novel, twitter, dan blog. Akhirnya ketemu juga dengan Raditya Dika, blogger favoritku...

      Saran dari Radith adalah selalu menulis setiap hari walau jelek. Dalam satu tahun kita dapat 365 tulisan jelek yang diantaranya bisa jadi bagus, ada tulisan-tulisan yang bisa kita edit. Bila kita menunda-nunda menulis, menunggu tulisan bagus, akhirnya kita hanya akan menghasilkan nol tulisan, tak ada yang bisa diambil atau diedit. Jadi, menulislah sekarang, jangan menunda-nunda...

      Ollie Salsabeela pastinya rajin menulis. Setiap pagi dia menulis sebelum nulis di twitter. “Tulislah tentang passion-passion kita,”saran Ollie. Tulisan di blog kita adalah portfolio kita. Bila kita suka jalan-jalan, tulislah tentang perjalanan kita. Dengan latihan menulis di blog, kita punya kemungkinan untuk jadi penulis di media cetak atau media online. Bila suka gadget atau peralatan elektronik, ulas gadget itu di blog. Bila sudah piawai menuliskan review, kita bisa mendapat tawaran untuk menulis review gadget atau alat elektronik di satu media. Go blogging !
       
      Pada workshop ini saya berkesempatan bincang-bincang dengan teman yang duduk di sebelah saya, Mba Anggun. Follow @mbakanggun di twitter... Mba Anggun yang masih muda ini adalah Guru Bahasa Inggris full time di satu SMA Swasta. Anggun juga seorang penterjemah lepas buku-buku fiksi antara lain buku-buku fiksi Harlequin. Dari perbincangan dengan Anggun, ternyata boleh juga lho profesi sebagai penterjemah buku. Dapet sekitar Rp 10 / karakter, satu buku dapet berapa? Silakan hitung wkkk. Yang menarik, Penterjemah bisa kerja dari rumah. Setelah beberapa buku terjemahannya terbit, Anggun baru bertemu dengan editornya pada acara #wordisme ini, Mba Jia Effendie. Selama ini komunikasi dan segala urusan pekerjaan dilakukan via internet. Profesi yang menarik kan, bisa bekerja kapan dan dimana saja.

      Alexander Thian, penulis skenario sinetron kejar tayang menceritakan bahwa honor penulis skenario sinetron sekitar 5 hingga 15 juta per sinetron. Untuk penulis yang sudah piawai, katakanlah 10 juta per episode. Bila sinetron itu adalah sinetron yang muncul tiap hari di layar kaca silakan dihitung berapa penghasilan penulis skenario sinetron hohoho. Namun, di balik penghasilan yang menggiurkan itu ada kerja keras mengolah kata dari imajinasi dan kemampuan jungkir-balik mengingat ada saja masalah sinetron kejar tayang. “Penulis Skenario Sinetron harus punya mental baja!” kata @aMrazing a.k.a Alexander Thian ini.  Tertarik untuk jadi Penulis Skenario? Silakan ikuti workshop Skenario Dasar oleh Salman Aristo di Plot Point.

Demikian oleh-oleh pertama dari #wordisme.
Namaste my beloved friends...

3 komentar:

Su Rahman mengatakan...

Uhuyyyyyyyyyy.....

Ku tunggu buku mu boss :)

Aku mau tuch jadi penulusi skenario sinetron, guampang lho, ceritanya ngga rumit-rumit amat, duitnya gedeeeeee.....

Mantafff.... keep rocking boss

Satria mengatakan...

Wah.... pengalaman yg hebat....

Keep on writing ya mba _/\_

Guruntala mengatakan...

hehehe...makasih ya...thanks for dropping by :)

Posting Komentar

Translate

About Me

Foto Saya
Guruntala
🌹A dam mast qalandar. #BlessingsClinic 🌹Give some workshops: Meridian Face & Body Massage, Aromatherapy Massage with Essential Oils, Make up. 🌹Selling my blendid Face Serum. IG & twitter: @guruntala
Lihat profil lengkapku

Followers

Komentar Terbaru

Visitors

free counters