Selasa, 06 Desember 2011

Teh Nia Dinata


      Nia Dinata adalah salah satu sutradara film Indonesia yang fenomenal. Film-film besutannya sangat menarik. Saya suka film-film Teh Nia antara lain, Cabaukan, Arisan! dan Berbagi Suami.
Yang menarik adalah Nia Dinata menulis sendiri skenario film yang dibuatnya. Saya termasuk orang yang percaya bahwa we are what we read, what we listen, what we write. Dalam hal film begitu juga. Film terbaru Nia Dinata menjelaskan pandangan Nia tentang kehidupan. Film Arisan!2 menggambarkan kehidupan sosialita Jakarta, yang takut tua, yang jadi pelanggan dokter kulit untuk melawan kerut dan tanda-tanda penuaan. Juga fenomena para LGBT -Lesbian, Gay, Biseks dan Trangender-, yang ada di sekitar kita, yang perlu kita terima tanpa penghakiman. Film Arisan!2  juga bercerita tentang Meimei yang menderita kanker stadium akhir, bagaimana Meimei menghadapi vonis tersebut sambil menikmati hidup di pantai Gili Trawangan Lombok yang sangat memikat, bagaimana Meimei bersama dr Tom, terapis alternatif healing Meimei di Lombok, menghadiri upacara Waisak . Saya tak puas hanya sekali menonton. Pemandangan Borobudur malam hari yang dihiasi lampion sangat memukau, indah dan syahdu. Keuntungan berulang-kali nonton film ini adalah kita bisa menikmati pemandangan bawah laut pantai Gili Trawangan tanpa harus belajar diving lebih dulu. Kehidupan bawah laut benar-benar indah, serene...

      Lebih lanjut tentang Teh Nia Dinata bisa dibaca di Kompas kita , di harian Kompas Selasa 1  November 2011. Berikut cuplikannya:

Amanda Puspita Sari: Mbak Nia salah satu pembuat film Indonesia favorit saya karena konsisten mengangkat film bertema feminisme, seksualitas, dan LGBTIQ (lesbian, gay, biseksual, transgender, interseks, dan queer). Apa yang ingin Anda sampaikan melalui film-film tersebut?

Nia Dinata: Kaum minoritas itu tidak bisa dianggap tidak ada. Kita semua ada di dunia ini unik , dan saya percaya keunikan masing-masing dapat memperkaya dinamika masyarakat secara umum.

Gita Maria: Saya menyukai film yang memotret kehidupan sosial komunitas dan menceritakan pahit manisnya kehidupan mereka. Itu sebabnya saya mengagumi film karya Teh Nia. Apa yang menginspirasi Teh Nia membuat Arisan!, Berbagi Suami, dan Perempuan Punya Cerita ? Mana yang Teh Nia lebih sukai, menjadi sutradara atau produser film ?

Nia Dinata : Sebenarnya hampir semua inspirasi datang dari hasil observasi saya dalam kehidupan sehari-hari. Apa yang terjadi di sekitar kita dalam 24 jam di satu hari itu sebenarnya kaya dengan cerita kemanusiaan. Arisan! Benar-benar terinspirasi persahabatan saya dengan beberapa kawan sejak SMA. Kehidupan kami berevolusi, kami sangat sibuk setelah dewasa dan jarang memiliki waktu bertemu. Namun, kami selalu menyayangi satu sama lain. Ada saja masalah hidup yang kami pecahkan bersama.
      Kalau Berbagi Suami, saya mulai menulis skenarionya karena gelisah mengamati fenomena poligami di Indonesia. Saya riset dan membandingkan fenomena tersebut di negara-negara lain dan memang poligami adalah kebiasaan yang menimbulkan masalah cukup universal. Di belahan dunia manapun mirip-mirip kasusnya hehe. Perempuan dan anak-anak si pelaku poligami selalu menjadi korban.
      Saya sebenarnya tidak alih profesi, tapi menambah profesi hehe, dari sutradara ke produser atau penulis skenario. Semua itu sama menyenangkan karena menghasilkan film yang sesuai dengan prinsip-prinsip humanis.

Irma Fransisca: Mbak Nia, bagaimana cara agar naskah atau sinopsis yang saya buat bisa nembus ke rumah produksi Mbak?

Nia Dinata: Cara agar naskah sampai ke Kalyana Shira Films, email skenarionya ke kalyanashira@yahoo.com nanti dibaca asisten saya dulu, baru kalau formatnya baik dan ceritanya menarik, disaring untuk saya baca. Karena setiap hari banyak yang mengirimkan skenario, agak susah waktu saya untuk baca semua. Kalau sudah di-email skenariomu, ingatkan saya lewat twitter @tehniadinata, nanti saya sisihkan waktu untuk membacanya. Good luck!

Valda Kustarini: Apa sih yang menarik dari membuat film? Unsur apa aja yang harus ada kalau kita mau bikin film yang bagus?

Nia Dinata: Wah, membuat film itu pekerjaan paling indah dan guru kehidupan paling bijaksana. Karena dalam proses menulisnya saja sudah personal dan istimewa. Kita terbenam dalam kata dan visualisasi berbulan-bulan, seperti sedang meditasi sendiri hehe. Lalu, persiapannya membuat kita belajar membumi karena harus bekerja sama dengan banyak orang dari latar belakang kehidupan dan pendidikan yang berbeda-beda.
      Lalu, film juga ada faktor ekonomi kreatifnya. Saya harus belajar mencari investor dan mencoba memahami pemikiran kapitalis sehingga harus pandai berdiplomasi agar tak terseret terlalu jauh ke dunia itu. Intinya, membuat film mengajarkan saya untuk balance dalam melihat hidup.
      Untuk membuat film bagus, kita harus sabar, mau bersusah payah mengembangkan cerita berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Kita tak boleh patah semangat karena pasti akan ada penolakan-penolakan. Paling penting bikin film itu tak bisa buru-buru. Semua ada tahapan-tahapan dan proses yang harus dilewati. Bukan instan, bulan ini shooting, dua bulan lagi filmnya tayang.

Bramantyo: Apakah ada film yang terinspirasi kehidupan pribadi?

Nia Dinata: Memang tema bisa dari kehidupan pribadi, seperti friendship dalam Arisan! yang terinspirasi persahabatan saya dengan beberapa kawan sejak SMA. Tapi, detail ceritanya hanya imajinasi. Film-film lain, hampir semua terinspirasi analisis yang saya lakukan sehari-hari, melihat kehidupan dan konflik-konflik yang ada di dalamnya.

Yogi Hendra: Bagaimana perjuangan Mbak Nia sampai menjadi sutradara sukses?

Nia Dinata: Sukses sebagai sutradara itu sebenarnya relatif, Yogi. Yang penting kita harus passionate dalam menjalankan pekerjaan pilihan. Tapi passion saja tak cukup. Yang penting harus ada kesadaran (consciousness) dalam menjalankannya sehigga selalu keluar energi yang memadai dari diri kita.
      Menjadi sutradara dan produser film itu pekerjaan yang memeras otak dan fisik sekaligus. Karena energi itu available, semua menjadi ringan jalannya.

Hartoyo: Mbak Nia melalui Kalyana Shira Foundation banyak memproduksi film tentang situasi perempuan dan kelompok marjinal, seperti kelompok gay dan waria di Indonesia. Apa yang mendasari Mbak Nia mau memproduksi film-film bertema isu tersebut, yang masih dianggap sensitif? Apakah tantangan terberat dan kesenangan dalam menghasilkan film-film tersebut?

Nia Dinata: Saya melakukan itu karena kepedulian terhadap film-film tentang kelompok gay dan waria di Indonesia masih minim. Kalaupun ada, kelompok ini hanya dijadikan bahan lelucon. Padahal, film bisa dijadikan media berekspresi yang tokcer untuk siapa saja termasuk kelompok ini. Jadi, saya sengaja melalui Yayasan Film Kalyana Shira berfokus di area yang tak banyak kalangan ingin dukung.

Monika Ekawati: Bagaimana ide kreatif itu selalu muncul melahirkan karya besar? Apa Mbak punya kiat tertentu untuk semua itu? Sharing dong kiat-kiatnya. Bagaimana membagi waktu dengan tugas yang lain? Bolehkan minta alamat emailnya?

Nia Dinata: Semua itu berawal dari passion. Jadi, memang sudah dari dulu suka dengan film dan sekolah film. Cerita-cerita yang saya garap sebenarnya sederhana saja. Tapi kita terkadang melupakan hal-hal simple. Padahal, dari sesuatu yang simpel bisa muncul cerita yang menarik. Kiatnya ada di penokohan karakter ketika kita menulis. Masing-masing karakter harus digambarkan dengan kuat dan unik sehingga selain penonton tertarik mengikuti jalan ceritanya, mereka juga berempati dengan tokohnya.

Subendra Sie: Mbak Nia yang baik, tidak berniat membuat film mengenai kondisi bangsa kita yang sedang carut-marut seperti sekarang? Jika ya, kira-kira tema apa yang paling menarik?

Nia Dinata: Subendra yang baik juga, memang kondisi bangsa kita sedang carut-marut, hampir dari segala unsur. Jadi agak sulit mau menggambarkannya dalam sebuah film. Tapi film itu kan potret kondisi sosial atas sebuah zaman, jadi bisa diambil dalam banyak film dari sudut pandang yang beragam juga.
      Tema yang paling menarik sebenarnya bagaimana membuat film sejarah, tapi tidak kolosal. Cukup dengan pengkarakteran dua tokoh penting saja, seperti Frost/Nixon, salah satu film sejarah politik favorit saya.
      Cita-cita saya juga untuk bisa membuat film politik yang sederhana tetapi sangat dalam semacam itu. Bantu doa saja ya...

Menarik bukan pribadi dan pandangan hidup seorang Teh Nia Dinata...
Namaste Beloved Friends...
Sabtu, 03 Desember 2011

LOVE HATE RELATIONSHIP


   Pernah dengar seorang Donatur Yayasan, misalnya Yayasan Dompet Dhuafa, Yayasan Kanker Anak, ngomel-ngomel karena pihak yang diberi bantuan tak tahu berterimakasih? Kalo saya tak pernah. Paling pol, donatur hanya menanyakan transparansi suatu yayasan, untuk memastikan bahwa sumbangannya tersalurkan untuk pihak yang membutuhkan.

   Pernah dengar sukarelawan proyek sosial misalnya, sukarelawan di Blood4Life, sukarelawan di Yayasan Kanker Anak yang ngomel-ngeomel karena pihak yang diberi bantuan tak tahu berterimakasih? Saya belum pernah. Yang sering saya dengar adalah mereka bahagia bisa menjadi sukarelawan.

   Bila yang dibantu adalah orang yang dikenal baik, saudara, teman, sering terdengar kata “tak tahu berterimakasih” karena pihak yang diberi bantuan perilakunya mengecewakan si pemberi bantuan.
Sering terdengar kata-kata, “ Saat dia miskin dia minta bantuan ke aku. Giliran sudah mapan, dia lupa padaku. Dia malah berteman dengan orang-orang yang saat dia miskin tak mau menengok dia sebelah mata.” Atau kalimat familiar seperti  “Yang membantu dia dapat pekerjaan kan aku, sekarang saat aku butuh bantuan, dia tak tergerak sedikit pun untuk nolong, huh.” Atau “Kalo lagi susah dia minta tolong ke aku, giliran senang dia menengok pun tidak “.

   Kenapa ngomel-ngomel ketika orang yang kita kenal mengecewakan, karena ada hubungan emosi. Kalo dengan orang yang tidak kita kenal, kita bahagia karena bisa membantu, selesai. Tinggal tunggu pahala dari Yang Maha Pengasih.

   Orang yang tidak kita kenal tidak akan mengecewakan kita. Orang yang kita kenal bisa mengecewakan kita. Orang yang kita cintai bisa mengecewakan dan menimbulkan kebencian yang amat sangat pada rata-rata kita.
Jumat, 02 Desember 2011

Modal Penulis


Seseorang mention @ikanatassa, pengarang novel A Very Yuppy Wedding, mengapa isi novel-novel Ika Natassa selalu menceritakan diri sendiri. Mungkin maksud seseorang tersebut, tokoh-tokoh dalam novel-novel Ika Natassa adalah seorang Banker seperti Ika Natassa.

Mira W menulis novel yang tokoh-tokohnya seorang dokter seperti profesi Mira W. Pengarang NH. Dini menulis seri novel tentang kehidupan yang dijalaninya mulai kecil, jadi pramugari, istri Diplomat Perancis, hingga menjalani masa tua di Ungaran. John Grisham yang terkenal dengan novel-novel best seller, A Time to Kill, The Firm, Pelican Brief, The Client dll bercerita seputar dunia John Grisham, dunia seorang Lawyer.

Kamis, 01 Desember 2011

Teteh Mini


      Teteh Mini datang Februari tahun ini ke rumah sebagai Asisten Rumah Tangga. Saya bertanya-tanya, mengapa tuhan mengirimkan seorang Teteh Mini ke saya, mengapa bukan Teteh yang lain.

      Saat dia datang, saya menanyakan umurnya. Saya: Kamu lahir tahun berapa? Mini : Tahun 2002 Bu. Saya tanya lagi: O, itu tahun kamu masuk sekolah, yang kutanya kamu lahir tahun berapa? Mini : Tahun 2002. Saya : Yang kutanya, kamu lahir tahun berapa? Mini sambil memandang heran: Tahun 2002 Bu. Saya diam terpekur. Wah, ini tanda-tanda orang yang gak betah di rumah saya karena saya termasuk orang yang kurang sabar menghadapi ART tulalit.
Ternyata dia betah juga di rumah hingga 10 bulan. Dia berjasa menjaga Ibu saya saat saya Umroh, saat saya ke Gorontalo ikut reuni, saat saya keluar rumah untuk urusan pekerjaan dan sosialisasi. Namun pada bulan ini, dia terpikat ajakan temannya untuk bekerja di tempat yang lebih menjanjikan. Semoga dia mendapat Boss yang sabar...

Alexandra Dewi


Saya baru saja membaca buku “Pernikahan Antar Bangsa” dimana ada beberapa pasangan yang menikah dalam kondisi “baru-kenal”. Mereka punya visi-misi yang sama, menurut mereka, yaitu menomor-satukan Allah dalam pernikahan mereka. Punya tujuan yang sama merupakan point yang bagus, namun bagaimana jalan bersama menuju tujuan itu. Apakah membahagiakan ? Mungkin Ibu-ibu yang mengisahkan kisahnya begitu ikhlas sehingga menerima apapun onak dan duri dalam pernikahannya.

Saya membaca juga kisah pernikahan antar-bangsa dalam majalah Pesona edisi Oktober 2011. Ibu yang menuliskan kisahnya dalam majalah Pesona ini lebih terbuka dimana dia menceritakan bahwa kehidupan perkawinannya tak mudah. Walaupun dia -Hartati Nurwijaya- menikah karena cinta, namun dia tetap mengalami masa-masa penuh stress, bagaimana dia harus berjuang menghadapi culture shock dan post power syndrome. Dari wanita yang memiliki penghasilan sendiri, menjadi peminta uang pada suami. Hartati berhasil memulihkan kepercayaan-dirinya dan bisa menjalani hari-harinya dengan bahagia. Dia menjadi penulis dan menjadi tour leader paruh waktu. Buku pertama Hartati berjudul “Love and Shock: Perkawinan Antar Bangsa” laris dan dicetak ulang.

Kisah pernikahan yang happily ever after hanya ada dalam Kisah Cinderella. Kenyataan dalam hidup tidak sesederhana itu. Untuk itu orang harus terus belajar, dari pengalaman hidup, dari buku-buku. Buku-buku karya Alexandra Dewi antara lain “the heart inside the heart” dan “It’s Complicated” very recommended untuk wanita yang mau menikah maupun yang sudah menikah. Tulisan-tulisan di buku Alexandra Dewi ini bagai teman yang sharing pengalaman tanpa menghakimi.

Rabu, 30 November 2011

Word Is Me


     Sangat bersyukur mendapat kesempatan mengikuti Workshop sehari #wordisme 19 November 2011 di Gedung Kompas Gramedia, Palmerah, Jakarta. Workshop ini digagas oleh Mbak Alberthiene Endah dan didukung oleh para penulis kondang , yang sudah membuktikan bisa “write for life”. Para penulis ini berbagi untuk mereka yang berbakat dan berminat mengembangkan diri melalui kemampuan menulis. Karena banyak sekali anak muda yang ingin menulis, ingin berkarir di bidang tulis menulis, namun tak mengerti bagaimana jalannya, atau karena dibelenggu oleh rasa tak percaya diri. Demikian pengantar dari Mbak Alberthiene Endah mengawali Workshop Menulis WORDISME, “Menulis untuk hidup dan menghidupkan”.
  
      Kita, 300 peserta yang beruntung ini bisa bertatap-muka dan mendengarkan sharing dari Petty S. Fatimah (Pemred majalah Femina), Reda Gaudiamo (Pemimpin Grup Majalah Lifestyle Gramedia), Alberthiene Endah (Penulis Biografi, Novelis), Raditya Dika (Blogger sukses, Penulis), Ollie Salsabeela (Blogger, Entrepreneur Penerbitan), Djenar Maesa Ayu (novelis, cerpenis), Clara Ng (novelis, cerpenis), Salman Aristo (penulis skenario film layar lebar), Alexander Thian (penulis skenario sinetron dan editor), Aditya Gumay (sutradara, penulis skenario), Windy Ariestanty (editor penerbit Gagas Media), Hetih Rusli (editor penerbit Gramedia Utama).

     
Minggu, 30 Oktober 2011

TAROT

Saya termasuk orang yang anti diramal. Saya pernah sebel sama teman yang antusias mau melihat tangan saya untuk meramal. Emang ada yang minta diramal dia? Hehehe

Bayangkan bila kita diramal mau meninggal sebulan lagi, atau mau ketemu jodoh, mau bercerai, keluarga terdekat kita mau kecelakaan dst dst. Bila ramalannya tentang musibah, belum kejadian kita sudah stress duluan. Bila diramal mau dapat rezeki nomplok, kita bakal kepikiran “beneran gak ya”, “kapan ya ramalan itu jadi kenyataan”, “jangan-jangan si peramal salah”. Pikiran berkecamuk, jadinya stress juga.
Intinya diramal a la ramalan Mama Laurent almarhumah gak banget, hanya menambah kacau pikiran.

Namun membaca Tarot untuk menganalisa diri boleh juga. Sebagai alat untuk bercermin, untuk melihat masalah dalam diri kita dan saran untuk mengatasinya.

Pada zaman dulu, kartu Tarot atau Oracle adalah salah satu alat kuno yang digunakan untuk memperoleh pesan dari Yang Maha Kuasa dan malaikat. Namun sebenarnya tak ada yang gaib pada kartu ini. Setiap kartu yang kita tarik pasti terambil dengan satu alasan. Disebabkan oleh Hukum Tarik-Menarik (Law of Attraction) dan Hukum Aksi-Reaksi, secara otomatis kita akan menarik kartu yang mencerminkan pikiran serta perasaan kita pada saat itu. Maka setiap kartu yang tertarik tidak akan pernah “salah”. Gunakanlah selalu intuisi dan dengarkan suara nurani setiap membaca kartu.

Saya sedang belajar menggunakan kartu Tarot untuk diri sendiri. Gilaaa, kartu yang keluar tiap hari merupakan cermin dari apa yang ada dalam diriku, emosi dan pikiran yang terpendam.
Pernah di satu hari, kartu yang keluar adalah kartu Three of Swords yang melambangkan hati yang tertusuk tiga pedang. Memang pada hari itu saya sedang merenungkan nasib, betapa saya terlalu naif dalam hidup ini, keras kepala, pemarah, malas, suka menuda-nunda dan yang paling parah adalah kurangnya kesadaran dalam diri. Hal ini akhirnya membawa kemalangan dalam hidupku.
Namun walau kartu Three of Swords ini melambangkan hati tertusuk yang penuh duka dan penderitaan, dalam kartu ini ada lambang burung yang melambangkan kedamaian dan penyembuhan. Dalam kartu itu juga ada lambang halo cahaya yang memberi pengharapan, jalan keluar.
Divinatory Meaning dari kartu ini, walaupun saat ini engkau sedang menderita, tak perlu berkubang dalam penderitaan. Marilah berdamai dengan diri, sembuhkan diri lahir batin, dan selalu ada cahaya harapan untuk hidup dalam suka-cita, haaaaiiiiyaaaah.

Menarik deh kartu Tarot ini sebagai cermin diri, untuk menegur diri, dan memberi saran dalam kehidupan sehari-hari. Kita tak perlu ditendang orang untuk kesalahan-kesalahan atau kebodohan-kebodohan yang kita lakukan berulang-kali without a bit of awareness. Bukankah demikian?
Bila sudah “jago” mungkin saya akan buka praktek #eaaaaaa.
Namaste Beloved Friends

Selasa, 18 Oktober 2011

AMY TAN

Salah satu penulis favoritku adalah Amy Tan. Karyanya menarik sekali, unik, segar. Menarik sekali kehidupan wanita Amerika keturunan China yang mengalami dua budaya, China dan Amerika.

Keluarga Amy Tan juga special. Ibunya penuh trauma, antara lain karena menyaksikan ibu kandungnya bunuh diri di depan dia. Ibunya juga trauma karena mengalami penderitaan dengan suami pertamanya.
Buku-buku Amy Tan yang terkenal adalah “The Joy Luck Club” dan “The Kitchen God’s Wife”.

“The Joy Luck Club” menarik karena memaparkan sudut pandang wanita-wanita yang lahir di China kemudian imigrasi ke Amerika. Ibu-ibu ini Suyuan Woo, An-Mei Hsu, Lindo Jong, Ying-ying St. Clair punya perspektif berbeda tentang hidup dan kehidupan dengan anak-anak perempuan mereka yang lahir dan besar di Amerika, Jing-mei Woo, Rose Hsu Jordan, Waverly Jong, Lena St Clair.

Amy Tan sangat jeli menggambarkan perspektif hidup Ibu–Anak yang hidup dalam dua budaya berbeda.
Namun, yang paling menarik adalah kehidupan Amy Tan sendiri yang ditulisnya dalam buku “The Opposite of Fate”.

Ibunya yang penuh trauma, yang memandang kehidupan dengan kaca mata suram, yang sangat moody mendorong Amy Tan untuk menjadi seorang penulis. Mungkin bila dibesarkan oleh seorang Ibu normal, yang memandang dunia dengan kaca-mata cerah ceria, menurut Amy Tan, mungkin dia sudah menjadi dokter atau pemain piano profesional.
Jumat, 14 Oktober 2011

MISS JINJING


Kenal Miss Jinjing? Nama sebenarnya Amelia Masniari. Berhubung Ibu ini hobby banget menjinjing tas hasil shopping maka julukan dia adalah Miss Jinjing.
Miss Jinjing ini sudah menulis beberapa buku antara lain “Belanja Sampai Mati”, “Rumpi Sampai Pagi”, “Pantang Mati Gaya”, “Belanja Sampai Mati Di China”.
Ada beberapa hal menarik yang saya kagumi dari seorang Miss Jinjing. Bukan soal selera sepatu dan tas nya yang branded itu, juga bukan hobbinya traveling sekalian shopping, namun sense of making money nya yang perlu diajungi jempol.
MJ –Miss Jinjing—ini hobby belanja tas dan sepatu branded dan...travelling. Hobby ini dia salurkan untuk jadi personal buyer khusus utuk ibu-ibu tajir. Dia juga jadi ikon untuk shopping trip yang menurut istilah MJ adalah “Chic and Stylish Shopping Trip”bersama rombongan Ibu-ibu tajir abizz.
Lihat deh blog MJ ini. Benar-benar toko di dunia maya. Iklan beberapa produk dimana MJ jadi bintangnya, jual buku-buku tulisan MJ, juga workshop oleh MJ dan teman-temannya. Semangat usaha seperti ini perlu banget untuk ditiru. Dengan semangat dan kreativitas, MJ bisa membiayai gaya hidup yang stylish a la Miss Jinjing, yang pastinya tinggi.
Senin, 10 Oktober 2011

NAIK PITAM

Baru saja membuka-buka buku Pak Anand Krishna terbaru yang berjudul Karma Yoga. Menarik bahasan Pak Anand pada bab Gotong Royong yang saya kutip di bawah ini:
.................
“Kita dikelilingi air... dan, di bawah air, di dasar laut ada ring of fire, ada kegiatan yang sangat dinamis, termasuk gunung-gunung berapi. Demikian pula di darat, masih banyak gunung berapi yang aktif. Air dan api, dua unsur alam yang saling bertentangan, dan kita hidup di tengah dominasi kedua unsur atau elemen tersebut.
   Dominasi kedua unsur atau elemen alami inilah yang menyebabkan kita menjadi...
Manusia yang Sangat Emosional
Emosi yang berlebihan, di satu pihak, membuat kita menjadi seniman kelas dunia. Seandainya saja kita menguasai bahasa Inggris dengan baik seperti para penulis India atau Pakistan _ maka tulisan-tulisan kita pun sudah pasti banyak dibaca di luar negeri.
   Dampak negatifnya, kita cepat tersinggung, mudah mendendam. Mau marah, unsur api terkalahkan oleh unsur air --tidak jadi marah, tapi luapan amarah itu tetap tersimpan di dalam diri. Maka, setiap sekian tahun sekali, kita menjadi beringas, kita melepaskan sumbatan ekonomi secara kolektif.
  
Minggu, 09 Oktober 2011

Remembering Steve Jobs


Meninggalnya Steve Jobs menarik perhatian dunia pastinya, secara Almarhum penemu Ipod, Ipad, Komputer Apple dengan program Macintosh yang keren itu.
Steve Jobs -SJ- meninggal karena kanker prankreas. Dari buku “Heal Your Body” oleh L.L. Hay yang juga dikutip dalam buku Dr. Tan Shot Yen “Saya Pilih Sehat dan Sembuh”, kemungkinan penyebab kanker adalah terluka batin sangat dalam, kemarahan lama, rahasia terkubur dalam atau rasa duka seakan-akan memakan cangkangnya. Apakah ada hubungannya kanker pankreas dengan luka batin SJ sebagai anak yang tidak diharapkan orang-tuanya? Ada kemungkinan...
Saya teringat dengan seorang “Kepala Negara” yang trauma dia sebagai unwanted child mewarnai kehidupan dan keputusannya sebagai Kepala Negara. Tentang trauma ini menarik untuk dibahas dalam topik tersendiri.
Banyak yang melayangkan pernyataan turut berduka yang simpatik atas meninggalnya SJ ini, sementara ada pula yang mengecam bahwa SJ adalah kapitalis yang membayar rendah upah buruh di negara ketiga untuk produk-produk dia.
There is always “like” or “dislike’ to someone, ideas, whatever... What can we expect from people? Xoxoxo...
Whatever, may Steve Jobs’s soul will Rest In Peace. Ameeen.
Berikut ini adalah kutipan ceramah Steve Jobs di Stanford University. I love this beautiful speech.
Namaste Beloved Friends...
Kamis, 18 Agustus 2011

STREET BOYS

               
       Aku terpingkal-pingkal mendengar keluhan seorang teman tentang betapa tidak enaknya naik bis, kopaja, metromini atau angkot di Jakarta. Pengamen yang naik turun bis atau kopaja sering membuat kita naik darah. Belum lagi bila Sopir ngetem, nunggu penumpang lain agar bis atau angkot penuh. Akhirnya si teman memutuskan tidak mau lagi naik angkot, mending naik taksi. Nyaman, tak perlu naik pitam *padahal-belum-tentu-juga-wkkkkkk.
      Beruntunglah si teman ini termasuk orang yang tidak “terpaksa” naik bis. Dia termasuk golongan menengah yang punya mobil pribadi dan punya cukup uang untuk mondar-mandir naik taxi. Bagaimana dengan kita yang mau tak mau harus menggunakan bis dan kendaraan umum lainnya untuk mobilitas sehari-hari?
     
Sabtu, 13 Agustus 2011

OUTLIERS

Menarik juga buku “Outliers” karya Malcolm Gladwell, Jurnalis The New Yorker.
Buku ini membahas faktor-faktor di balik kesuksesan seseorang. Saat kelahiran seseorang, lingkungan dimana seseorang lahir sangat menentukan kesuksesan seseorang.
Penguasa-penguasa Silicon Valley lahir pada saat berdekatan. Penguasa-penguasa bidang Industri lahir pada waktu berdekatan. Bahkan pemain basket profesional yang sukses lahir pada bulan berdekatan. Hal ini berkaitan dengan kesempatan.
Lingkungan dan kesempatan menelurkan seorang Bill Gates, Beatles, Andrew Carnegie, Steve Jacobs, Mozart.
Jumat, 12 Agustus 2011

Pearl S. Buck

Menarik sekali novel “Pearl of China” karya Anchee Min. Bagaimana lingkungan yang menelurkan seorang penulis ulung, peraih hadiah Nobel utk Sastra, Pearls Sydenstricker Buck.
Menarik sekali gambaran tentang kehidupan yang keras di China, pergulatan perebutan kekuasaan, kemiskinan, penderitaan yang dipaparkan dengan jenih oleh Anchee Min.
Penderitaan yang amat sangat, keputus-asaan, suami yang egois dan suka melecehkan secara verbal, anak kandung satu-satunya yang mengalami keterbelakangan mental yang parah membuat Pearl S Buck berpikir untuk bunuh diri. Jalan untuk keluar dari kepahitan hidup yang membelitnya adalah MENULIS.
“Menulis membantuku tetap waras,” itulah alasan Pearl untuk menulis. Dia tak membayangkan hasil karyanya akan melejit dan menjadi karya sastra abadi.
Menarik bagaimana suami Pearl ~Lossing~ melakukan pelecehan verbal kepada istrinya sebagai berikut:
Selasa, 26 Juli 2011

IKHLAS


         
Banyak masalah dalam hidup yang bisa membuat kita bitter, marah-marah, gampang tersinggung. Pastinya hidup ini indah, namun ada saja masalah hidup wkkkkk.
Saya tersenyum membaca buku Ajahn Brahm tentang masalah dalam hidup. Bila kita menikah, saat itu juga masalah kita sebagai lajang selesai, masalah sebagai orang berumah-tangga mulai. Bila kita bercerai, maka penderitaan kita sebagai istri atau suami langsung berakhir namun datang masalah baru sebagai masalah janda atau duda. Banyak yang tak tahan menanggung masalah sebagai janda atau duda sehingga cepat-cepat menikah lagi. Dengan demikian masalah berat sebagai janda berakhir, selamat datang masalah sebagai istri wkkkkkk.
Demikian pula masalah sebagai orang berduit cekak dengan orang kaya.
Sabtu, 02 April 2011

Sandi Sutasoma


Note ini saya tulis dalam keprihatinan atas mogok makannya seorang Tokoh dalam mencari keadilan di negeri ini.
Bila membaca buku “Sandi Sutasoma” hingga tuntas maka kita akan mengerti mengapa Tokoh ini dibungkam. Karena dia membangkitkan kesadaran rakyat negara ini agar tidak dibodoh-bodohi.
Banyak negara yang berkepentingan dengan negara tropis subur yang sumber daya alamnya terkaya nomor dua di dunia ini. Untuk itu mereka berusaha menguasai dengan berbagai cara, bahkan dengan cara yang paling menjijikkan.
Negara kita dalam keadaan bahaya.
Minggu, 27 Maret 2011

Hallo...Long Time No See

Sudah lama tidak posting.
Hidup berjalan, siang-malam, kerja dan urusan datang beruntun.
Sudah 19 hari ini saya prihatin dengan penahanan Pak Anand Krishna.
Bayangkan beliau ditahan untuk suatu tuduhan tanpa visum, bukti relevan, atau saksi yang melihat langsung.
Bila seorang Anand Krishna yang terkenal hingga ke luar negeri saja bisa diperlakukan tidak adil oleh penegak hukum kita, bagaimana dengan kita, rakyat kecil dengan penghasilan pas-pasan.
We need your support and pray, Dear Friends, for FREE ANAND KRISHNA for JUSTICE.
Please visit our website…www.freeanandkrishna.com

Love you all.
May all beings be happy and healthy always…

Translate

About Me

Foto Saya
Guruntala
🌹A dam mast qalandar. #BlessingsClinic 🌹Give some workshops: Meridian Face & Body Massage, Aromatherapy Massage with Essential Oils, Make up. 🌹Selling my blendid Face Serum. IG & twitter: @guruntala
Lihat profil lengkapku

Followers

Komentar Terbaru

Visitors

free counters