Minggu, 23 Januari 2011

Cooking


Kasihan deh, di usia saat ini saya baru merasakan pentingnya masak sendiri. Selama ini saya dimanjakan oleh asisten yang pandai masak. Bila sedang tak ada asisten, saya biasanya beli makanan, rantangan  atau pesan saja. Praktis kan.
Berhubung akhir-akhir ini mendapatkan asisten yang tidak bisa masak, mau rantangan kok menunya kurang cocok , rasanya perlu sekali memasak yang simple-simple untuk kesehatan tubuh yang mulai menua ini.
Kebetulan bulan-bulan ini saya sering membaca buku tentang Zen, tentang Mindfulness, bagaimana melakoni hidup sehari-hari dengan penuh penghayatan, being in here and now. Bagaimana kita makan, memasak, berjalan, mencuci piring, bekerja apapun dengan penuh penghayatan. Semua kegiatan kita sehari-hari kita jadikan working meditation. Menyenangkan bukan ?
Latihan meditasi adalah kembali kepada napas berkesadaran dan jalan berkesadaran. Napas adalah sahabat setia, seperti bumi solid sebagai tempat berlindung dari berbagai situasi mental, pikiran, emosi dan persepsi. Demikian penjelasan Thich Nhat Hanh, seorang Guru Zen terkemuka.
Dengan napas berkesadaran, kita bisa mengenali apa yang sedang terjadi dalam diri kita, apakah  kita sedang marah, gelisah, cemas, senang atau merasa apapun. Dengan mengenali kegelisahan dalam diri, separuh masalah kita selesai. Karena kita dapat melakukan katarsis sebagaimana diberikan dalam latihan “Self Empowerment for Total Wellbeing” di Anand Ashram. Bila sampah-sampah dalam diri rajin kita bersihkan, lebih mudah bagi kita untuk mindfulness, untuk merasa bahagia, untuk bisa menghayati kegiatan kita sehari-hari.
Masak masakan sederhana juga adalah salah satu working meditation. Konon di padepokan-padepokan spiritual, makanan akan dimasak sendiri oleh seorang yogi atau meditator. Karena energy cinta seorang meditator akan diserap oleh masakannya sehingga masakan sederhana akan terasa nikmat dan sehat karena dimasak dengan penuh cinta.
Baru-baru ini saya sadari bahwa wanita-wanita tangguh dari Komunitas Pecinta Anand Ashram ~Maya Muchtar, Ibu Liny, Ibu Norma, Jeanny, Herma, Halimah dll~ ternyata pandai memasak. Wanita memang multy tasking ^-^
Dasar saya keras kepala, sudah sering mendapat masukan tentang pentingnya bisa memasak, tetap saja nasihat itu masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Baru mau dengar setelah terpojok hihihi. Ternyata bisa masak selain sehat untuk tubuh kita, sehat untuk emosi kita ~bila makan makanan yang dimasak dengan penuh cinta~  juga hemat uang ~sangat~ .
Yuk belajar masak…
Semoga kita semua sehat dan berbahagia _/\_

Sabtu, 22 Januari 2011

Ikhlas ???


Seorang teman penjahit pernah cerita bahwa dia kapok ngambil karyawan. “Bayangkan, kita menghabiskan waktu untuk melatih karyawan. Mereka tidak menghargai jasa kita, mereka keluar begitu saja. Padahal waktu untuk melatih mereka bisa kita pakai untuk menjahit, dapat duit pula.”
Begitulah, biasanya kita mengutamakan kepentingan diri kita walaupun terkadang perbuatan kita bisa merugikan orang lain. Kecuali bila kita sudah termasuk orang-orang berbudi alias berakhlak mulia.
Sudah suratan saya bertemu dengan beberapa asisten yang tidak bisa kerja. Sudah beberapa tahun bekerja di majikan lain, cuci piring saja tidak becus. Mungkin boss mereka dulu sangat sibuk sehingga tak sempat memperhatikan cara kerja mereka. Tempat sabun dan tempat cuci piring ada sisa-sisa makanan, menyabuni gelas piring sambil membiarkan kran air terbuka. Waduh…mau tidak mau kita harus ceramah tentang pentingnya menghemat  air.
Jadi deh kita turun tangan memberi contoh cara cuci piring yang benar *ehm*  :
1.     Buang sisa makanan di tempat sampah.
2.     Gelas, piring dibilas dengan sedikit air.
3.     Gelas disabuni dulu  baru piring-piring dan alat-alat dapur lainnya.
4.     Baru kran air dibuka untuk membilas gelas piring.
Terkadang asisten yang dilatih tak berniat kerja, walau dilatih dia tak mau belajar.  Ada yang maunya kluyuran main dengan teman, cari pacar, ada yang hobby telpon dan sms, ada yang gampang tersinggung bila ditegur soal pekerjaan, ada yang bekerja sekedarnya alias asal …yang penting dapat gaji dan tip.
Benar-benar latihan kesabaran.
Kalo kita menurutkan amarah dan kecewa kita pada beberapa asisten yang tidak tahu diri dan tidak tahu berterima-kasih bisa-bisa wajah kita terlihat lima belas tahun lebih tua daripada usia sebenarnya. Gak mau dong usaha perawatan wajah kita jadi sia-sia hihihi.
Saatnya kita belajar darimana saja untuk kepentingan diri kita sendiri. Belajar ikhlas dari alam. Bumi selalu memberi. Bumi memberi berlipat ganda dari benih tanaman yang diberikan kepadanya.
Alam selalu memberi. Matahari selalu membagikan kehangatan tanpa peduli manusia berterima-kasih atau tidak. Alam selalu mendaur ulang. Air kotor akan didaur ulang menjadi air bersih.
Demi kesehatan kita, demi wajah segar kita (ehm) mari kita belajar untuk ikhlas.
Ada orang yang tidak tahu berterima-kasih, ada orang yang membalas air susu dengan air tuba itu urusan mereka. Kita jangan ikut-ikutan. Karena pikiran, ucapan dan perbuatan kita adalah doa untuk diri kita sendiri.
“Let’s do good because we are good.”


Jumat, 21 Januari 2011

Home Management


Berhubung mendapatkan asisten rumah tangga sudah mulai susah, saatnya untuk belajar “Home Management”. Mau tidak mau harus belajar karena bosan dikadalin asisten rumah tangga hehehe.
Tulisan ini dari buku antik karangan “La Rose” yang berjudul “Dunia Wanita”.

Tip menjalankan kegiatan rumah secara efisien :

1.KESEDERHANAAN  (Simplicity)
Semua barang yang ada di rumah adalah barang-barang yang dibutuhkan atau barang-barang yang indah.
Carilah waktu luang untuk menyortir barang-barang yang ada  di rumah. Sediakan tiga kotak besar. Kotak pertama diberi tulisan: “Buang/ tukang loak” ; kotak kedua “diberikan pada si A,si B, si C” ; kotak ketiga “belum diputuskan”.
Mungkin saja ada barang yang bisa di obral pada “garage sale”.
Bila barang-barang yang tidak perlu sudah disingkirkan, rasanya rumah bisa bernapas lega.

2.KETERTIBAN (Order)
Menempatkan setiap benda pada tempatnya, melakukan sesuatu pada waktunya,dan pada tempatnya. Dengan demikian waktu dan energy tidak terbuang untuk mencari barang-barang yang selalu berpindah tempat.

-         Dianjurkan membuat daftar rencana kerja satu minggu. Misalnya ada pekerjaan rutin setiap hari, ada pekerjaan rutin setiap minggu. Daftar ini sesuai dengan kegiatan kita masing-masing.
-         Buatlah daftar prioritas kerja. Kegiatan apa yang perlu segera dikerjakan, kegiatan apa yang bisa dikerjakan akhir bulan.

 “Often the difference between a good homemaker and a poor one is a matter of following basic principles which lead to success.”

Dengan kesederhanaan dan keteraturan, kita lebih bisa menikmati pekerjaan kita.  Amiiin…

Sabtu, 15 Januari 2011

Wajah Kita Bersama


Perilaku beberapa asistenku beberapa bulan terakhir ini membuatku merenung. Inilah wajahku, wajah kita. Kita yang harus memperbaiki diri sehingga Indonesia kekurangan satu orang goblok.

*Asisten 1:
Kerjanya bagus, mengurus Oma ~ibu saya~ dengan sangat baik.
Setelah dua bulan kerja…
Asisten 1*sambil nangis*,”Saya izin pulkam selama 3 hari ya, Bapak saya sakit.”
Berangkatlah dia dari rumah dengan tas cangklong kecil. Ternyata baju-bajunya sudah dititipkan pada temannya ~agar boss gak curiga kalo dia tidak akan balik~.
Setelah tiga hari kok tidak muncul, ditelpon dan sms, hpnya tidak aktif. Ternyata dia tak balik lagi karena putus dengan pacarnya ~yang kerja di rumah makan dekat komplek~ juga sedang tak akur dengan asisten tetangga.
*Hohoho begitu ya…bohong karena takut kalo terus terang tak balik saya akan marah karena nebus dia dari penyalur pake duit.
“Pintar bohong…adalah wajah kita, kreatif sekali ya sandiwara.”

*Asisten 2:
Bisa kerja tapi hobi tidur dan hobi nonton sinetron. Cape deh J.
Hari ke 11 kabur dari rumah sambil nulis surat dan kirim sms bahwa dia tak betah karena tersinggung ditegur bikin dadar kegosongan.
Dia tak peduli soal saya menebus dia dari agen dengan uang lumayan. Uang saku dari saya dipakai sms dan telpon untuk cari pekerjaan lain. Dia juga minjam duit dari Oma sambil bilang,”Sssst…jangan bilang2 Ibu ya kalo saya pinjam duit untuk anak saya.”
 “Gampang tersinggung, memikirkan kepentingan diri, tak peduli merugikan orang lain, selalu melihat kekurangan boss tapi tak melihat bagaimana pekerjaan dia yang “asal”…itulah wajah kita juga.
Bisa dilihat dengan perilaku pengendara motor dan angkutan umum di jalan raya yang seenaknya tanpa memikirkan keselamatan orang lain. Bisa dilihat dengan cueknya orang-orang yang merokok di kendaraan umum dan di tempat umum tanpa peduli dengan orang di dekatnya yang mungkin punya gangguan kesehatan.”

*Asisten 3:
Sebelum kerja sudah nanya dulu mau dikasi gaji berapa. Saya bilang bahwa saya kasi gaji standard dulu, sabun shampoo dll saya belikan. Tapi saya tak bilang bahwa saya akan kasi tip setiap bulan karena sudah menjaga Oma.
Hari pertama datang sibuklah saya melatih dia. Walaupun dia sudah beberapa tahun kerja, mungkin dia bekerja pada ibu yang sibuk sehingga tak memperhatikan cara dia mencuci piring yang boros air ~menyabuni gelas dan piring sambil membiarkan kran air mengalir~.
Siang ketika saya istirahat dia menggedor pintu kamar sambil menangis berurai air mata.
Asisten 3*sambil menangis*,”Bu, Mbah saya meninggal, Ibu saya menyuruh saya pulang karena semua saudara dari kota lain datang.”
Pergilah dia dengan membawa baju-bajunya…
Ternyata dia sudah sms-an dengan teman- temannya untuk cari pekerjaan di rumah “orang kaya” dengan gaji tinggi.
Dia tak peduli kalo saya sudah mengganti ongkos dia dari kampung, ngasih uang saku dia, melatih dia seharian.
Ketika dia sms mau balik lagi karena sudah “selesai berduka” saya cuek saja. Cape deh punya asisten pandai sandiwara. Ternyata di rumah “orang kaya” itu dia tak mendapat gaji sesuai bayangannya.
“Inilah wajah kita yang lain…matre. Belum-belum sudah menuntut gaji yang tinggi. Selain penyakit lainnya…mementingkan diri sendiri, tak peduli dengan kepentingan orang lain dan……jago main sandiwara"
Seorang direktur hrd multinational corporate bercerita, penyakit buruh negeri kita adalah menuntut upah yang tinggi sebelum menunjukkan hasil pekerjaan yang bagus. Beda dengan buruh dari Vietnam misalnya. Buruh dari Vietnam akan bekerja dulu sebaik-baiknya sebelum menuntut upah tinggi apalagi bila mereka belum berpengalaman.
Bisa jadi multinational corporate ini akan memindahkan pabriknya ke Vietnam karena selain buruh Vietnam tak “belagu” juga biaya operasional perusahaan disana lebih rendah karena tak harus menyiapkan uang ini-itu ~you know lah~.”

*Asisten Empat:
Bekerja sekedarnya, tak bertanggung jawab, sms-an dan telponan melulu kemudian gelisah dengan sms dan telpon yang masuk.
Asisten Empat ini cerita bahwa dia pengalaman tiga tahun bekerja. Saya jadi heran dengan cara dia cuci piring, membersihkan rumah, masak masakan sederhana, kok seperti newbie aja. Jadilah selama lima hari saya training dia.
Lama-lama capek juga mentraining orang yang pikirannya entah kemana. Sudah ada list pekerjaan masih juga lupa tugas-tugasnya. Asisten ini sibuk sms-an dan telponan.  Akhirnya pada pagi hari ke enam, dia pamit karena anaknya sakit.
Asisten Empat,” Bu, saya ditelpon ibu saya kalo anak saya sakit. Saya minta gaji saya selama beberapa hari ini ya. Ongkos saya datang kesini 100 rb, pulang 100 rb, saya juga perlu bawa anak saya ke puskesmas.”
Hohoho…jadi saya harus memberi ongkos pulang pergi seseorang yang saya latih selama lima hari dengan ekstra sabar, juga harus memberi gaji dia selama enam hari.
Asisten,” Saya datang tanggal lima kan langsung kerja Bu, jadi dihitung tenaga saya.”
*Oh begitu…datang siang, cuci piring dan nyapu ngepel dengan pengawasan saya harus dibayar. Lupa kalo saya kasi uang saku 25 ribu di hari pertama. Dia ini tampangnya lugu, tapi sudah paham betul dengan “hak”nya.*
Namanya juga orang melayu gak tegaan, jadi keluarlah gaji dan uang saku untuk dibawa pulang.
"Wajah kita yang lain…tak mau belajar untuk bekerja maksimal, lagi-lagi mementingkan diri sendiri ~tak peduli dengan waktu orang melatih dia, dengan uang orang untuk menggaji pekerjaan dia yang asal-asalan~, sibuk dengan sms dan telpon tak berguna, tak mau membaca ~padahal chicklit dan teenlit di rumah saya banyak~ dan belum bekerja sudah menuntut gaji besar.”

Itulah wajah kita yang bopeng-bopeng. Saatnya untuk mengubah diri agar negeri ini kehilangan beban satu orang tolol.
Menarik sekali perkataan Sri Krishna pada Arjuna untuk kita renungkan bersama. Semoga kita semua tidak menomor-satukan materi di atas segalanya.


“Berkaryalah dengan semangat “menyembah”. Persembahkan hasil pekerjaanmu pada Yang Maha Kuasa. Dan, nikmati segala apa yang kau peroleh dari-Nya sebagai tanda kasih-Nya.~Sri Krishna pada Arjuna~”

Selasa, 11 Januari 2011

Mindfulness


“Our true home is in the present moment. When we enter present moment deeply, our regrets and sorrow disappear, and we discover life with all its wonders” Thich Nhat Hanh
Bahagia sekali bila kita bisa hidup di saat ini, mindfulness. Namun perlu usaha karena tak mudah.
Kebayang betapa bahagia bila bisa mindfulness seperti ini:

“I clean this teapot with the kind of attention I would have were I am giving the baby Buddha or Jesus a bath.” Thich Nhat Hanh
Untuk bisa hening, bisa masuk dalam kebahagiaan diri, kita perlu katarsis dulu deh. Begitu banyak sampah-sampah dalam diri kita selama evolusi lahir berulang-kali hingga hidup pada saat ini.
Feelings, whether of compassion or irritation, should be welcomed, recognized, and treated on an absolutely equal basis; because both are ourselves. The tangerine I am eating is me. The mustard greens I am planting are me. I plant with all my heart and mind. I clean this teapot with the kind of attention I would have were I am giving the baby Buddha or Jesus a bath. Nothing should be treated more carefully than anything else. In mindfulness, compassion, irritation, mustard green plant, and teapot are all sacred.
Thich Nhat Hanh

Latihan-latihan katarsis seperti dalam program ‘Self Empowerment for Total Wellbeing” di Anand Ashram perlu untuk membersihkan diri kita agar mudah memasuki Zen atau Mindfulness.
Setelah latihan-latihan katarsis mari kita berlatih untuk menyatukan diri kita ~body, mind, soul~ dengan latihan Kundalini Yoga.
Baru deh kita melangkah ke Zen atau Mindfulness.
Mari kita berlatih...semoga kita semua berbahagia...
Minggu, 09 Januari 2011

Universitas Google


Siapa yang membutuhkan universitas jika kita memiliki Google?
Siapa yang mengatakan bahwa kuliah adalah satu-satunya atau bahkan tempat terbaik untuk belajar???
Will Richardson menulis sebuah surat terbuka untuk anak-anaknya, Tess dan Tucker dalam blog nya weblogg-ed.com:
“Saya ingin kalian tahu bahwa kalian tidak harus pergi untuk kuliah jika kalian tidak menginginkannya, dan banyak sekali kesempatan lain untuk menggapai masa depan yang mungkin lebih mengandung pelajaran, lebih bermakna, dan lebih relevan daripada memperoleh sebuah gelar. “

Jeff Jarvis: Bagaimana peran suatu universitas?
Bob Wyman (entrepreneur, teknolog, bekerja untuk Google) : Mengajar, Menguji, dan Riset.
Jeff Jarvis : dan peran tidak resmi …bersosialisasi.

*Sosialisasi bermasyarakat dapat dipenuhi oleh sebuah komunitas.
Linkedin, Facebook memungkinkan untuk mengorganisasi jaringan yang lebih luas, jaringan sekolah, pekerjaan, pertemuan, perkenalan, hobby, blog.

Jika seorang anak muda memiliki kemewahan waktu dan sumber daya untuk menggali dunia sebelum bertekuk lutut pada sebuah pekerjaan dan hipotek maka beruntunglah anak muda itu.
Eksplorasi bisa berbentuk backpacking keliling Asia, bergaul di sebuah asrama, atau bergabung dengan pasukan perdamaian. Atau memulai sebuah perusahaan.
Masa muda menjadi masa paling kreatif dan produktif.
Bill Gates, Mark Zuckerberg, dan orang-orang Google keluar dari sekolah dalam variasi yang berbeda untuk memulai perusahaan raksasa mereka.
Haruskah kita memaksa anak muda untuk melalui 18, 16 atau bahkan 12 tahun sekolah ~mencoba untuk membuat mereka semua berpikir seragam~ sebelum mereka membuat sesuatu ?

*Riset: Riset telah lama menjadi sebuah proses daripada sebuah produk.
Sekarang lebih banyak kasus seperti riset yang dibuka secara online di website, blog, dan Wikipedia. Isi mereka dapat saling bertautan dan mudah dicari melalui Google yang menyediakan layanan pencarian untuk pekerjaan akademis di scholar.Google.com.
Keterbukaan ini mengundang kontribusi, kolaborasi dan perbandingan.

*Peran universitas selanjutnya adalah menguji dan memberi sertifikasi: menganugerahkan gelar dan memberi gelar ahli.
Portfolio karya-karya kita yang dipublikasikan secara online, dapat dicari melalui Google, menjadi CV baru kita.
Neil McIntosh, seorang editor di Guardian, menulis di blog bahwa ketika dia mewawancarai kandidat-kandidat muda untuk pekerjaan jurnalistik online, dia berharap mereka mempunyai blog. “Tidak ada alasan untuk seorang jurnalis pelajar, yang ingin bekerja secara online, untuk tidak memiliki satu pun blog,” tulisnya. “Terlebih lagi kualitas blog menjadi sangat penting karena hal ini menunjukkan kepada saya sebagus apa seseorang , tulisannya tidak melalui proses editing, dan sepenuhnya dimotivasi oleh dirinya sendiri.”
Pekerjaan kita ~koleksi karya kita, opini, keingintahuan, dan perusahaan~ menunjukkan banyak hal tentang kita.
Terkadang majikan meminta ijazah. Test dibutuhkan untuk menguji dokter baru, pengacara, atau apakah staf yang akan direkrut menguasai bidang mereka. Namun test atau ujian seringkali diberikan oleh organisasi professional ~dewan medis dan pengacara~ daripada sekolah.

*Peran sesungguhnya dari universitas: mengajar.
Internet memudahkan hubungan guru dan murid. Lihat TeachStreet.com yang dalam dua kota saja sudah memiliki 55.000 guru, trainer, tutur, pelatih, dan kelas-kelas mengacu pada Springwise. Saya tidak akan belajar pembedahan disana, namun mereka bisa membantu mengajari saya bahasa Jerman.
Satu manfaat dari universitas yang tersebar dan terhubung adalah murid-murid bisa memilih guru-gurunya.
Guru juga dapat memilih pelajar terbaik. Sebuah kelas akan menjadi sebuah tim yang melalui seleksi untuk bisa meneliti sebuah topic. Tim ini mempublikasikan proses penemuan mereka bersama di blog, menulis buku teks dan menuliskan FAQ ~frequently asked questions~ beserta jawabannya.
Karya tim ini akan bisa dicari di Google, dan membuka jalan untuk murid-murid berikutnya untuk menemukan, menilai guru dan pelajarannya.
Inilah SEO pendidikan yang membawa etika transparansi internet ke dalam kelas.
Boleh jadi ada model-model baru dalam pendidikan. Salah satunya mungkin pendidikan dengan cara berlangganan: kepada seorang guru atau institusi yang diharapkan memberi informasi baru, tantangan, pertanyaan, dan jawaban sepanjang tahun.

Jonathan Rosenberg, wakil presiden manajemen produk Google berkata, “Google mencari orang dengan lima kemampuan; analisis logika; keahlian komunikasi; kesediaan untuk bereksperimen; bermain dalam sebuah tim; hasrat dan kepemimpinan.”
Nasihat Rosenberg untuk para pelajar dan universitas, “Mudah untuk mendidik hal-hal rutin, yang sulit adalah mendidik untuk hal-hal baru.”
Google muncul karena melihat sesuatu yang baru.

Tulisan ini diambil dari buku “What Would Google Do?” karya Jeff Jarvis.
Bagaimana menurut kalian ???

Blogger Jeff Jarvis

Sebelumnya, pekerjaan sebagai penulis kurang menjanjikan untuk memenuhi kebutuhan hidup kecuali kita dikontrak oleh penerbit besar atau kita menjadi kolumnis dengan pembaca yang banyak.

Saat ini banyak penulis menghasilkan uang dengan cara membuat blog. Banyak tidaknya pemasukan uang kita tergantung usaha kita kita. Apakah hanya cukup untuk membayar hosting internet, makan siang atau untuk sebuah kehidupan yang layak.

Laporan keuangan nilai blog Jeff Jarvis, tahun 2007, sebesar $13.855 dari keuntungan iklan ~$4.450 dari Google~ pada weblog Buzzmachine.
Jumat, 07 Januari 2011

The Way We Look at

“Dua orang narapidana mengintip dari balik terali besi.
Yang satu melihat lumpur, yang lain melihat bintang.”
Kagum membaca kisah Pepeng di Majalah Pesona Januari 2011.
Bagaimana seseorang menerima nasib yang menimpanya dan terus berjuang agar dapat terus berkarya.
Apa yang menimpa kita adalah karma atau buah dari perbuatan kita dari sekian masa kehidupan ~takdir menurut sebagian orang~.
Bagaimana kita menyikapi nasib kita akan menentukan nasib kita ke depan.
Kamis, 06 Januari 2011

Work Hard

Oprah Winfrey Show yang kutonton hari ini menampilkan James “Avatar” Cameron dan Lady Gaga, artis yang fenomenal.
Menarik ya James Cameron ini...seorang pekerja keras, strict dan punya visi pastinya. Perlu ditiru nih.
Avatar menampilkan pesan bahwa manusia connected dengan bumi, dengan pepohonan, dengan makhluk lain. We are all connected.

James Cameron membuat film Avatar dalam waktu 4,5 tahun. Bikin cerita inti dalam 3 minggu. Bekerja selama 18 jam sehari selama 4 tahun, hanya setengah hari libur.
Hebaaaat.
Senin, 03 Januari 2011

Kritik


Sedih juga membaca komen pada beberapa blog terkenal. Terasa ada aroma “iri” disitu. Komennya bukan untuk input lagi tapi untuk menjatuhkan mental si blogger terkenal.
Apa karena tak bisa menyaingi kesuksesan blogger terkenal ini? Ayo dong tunjukkan karya-karyamu yang pastinya unik. Tak ada seorangpun di dunia yang memiliki pengalaman seperti pengalaman hidupnu.

Blogger yang gila belanja bisa sukses dengan blog ‘Miss Jinjing’nya. Blogger Diana Rikasari terkenal

Translate

About Me

Foto Saya
Guruntala
🌹A dam mast qalandar. #BlessingsClinic 🌹Give some workshops: Meridian Face & Body Massage, Aromatherapy Massage with Essential Oils, Make up. 🌹Selling my blendid Face Serum. IG & twitter: @guruntala
Lihat profil lengkapku

Followers

Komentar Terbaru

Visitors

free counters