Rabu, 26 Februari 2014

Dari Rue Saint Simon ke Jalan Lembang




Saya suka membaca novel-novel memoar hidup Nh. Dini. Saya sudah punya beberapa bukunya. Rencana mau berburu novel Nh. Dini yang belum saya miliki.

Terimakasih telah menulis, Ibu Nh. Dini. Jadi paham cerita hidup seorang wanita penulis yang menikah dengan pria diplomat kebangsaan Prancis. Bagaimana pahit manis menjadi seorang istri, seorang ibu dan sebagai seorang manusia. Kisah hidup bisa dirangkai Nh. Dini menjadi kisah yang menarik. Dan yang menarik, Nh Dini bukan seorang moralis. Beliau menulis kisah hidupnya apa adanya.

Saya teringat pada kata-kata seorang sastrawan yang pemarah. Dia mempertanyakan mengapa buku-buku Komunitas Utan Kayu dan Salihara banyak bercerita tentang seks (menurut pendapat dia) dan tidak menampilkan karya sastra Islam seperti karya Helvy Tiana Rosa.

Menurut hemat saya, agak sulit karya penulis cerita dakwah dikategorikan sebagai karya sastra. Bukan karena tidak bagus, namun karena berpretensi dakwah. Karya yang punya misi dakwah dan cenderung hitam putih menurut saya membosankan. Karena hidup tidak hitam putih. Karya sastra adalah karya yang menampilkan cerita manusia apa-adanya tanpa pretensi dakwah. Bila ada yang menganggap karya sastra membahas cerita seks dengan vulgar, mungkin karena seks tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.

Setelah membaca beberapa bukunya, saya jadi kagum pada Nh. Dini. Dini adalah seorang wanita Jawa yang rajin, telaten, pekerja keras, hidup sederhana, rajin menabung dan Islam Kejawen. Nh. Dini menceritakan bagaimana beliau mengolah makanan, mulai dari sop sayur keju a la Barat hingga masakan botok a la Jawa. Nh. Dini juga menceritakan bagaimana dia berkebun, bagaimana dia mengurus rumah tangga, mengasuh anak, menulis dan bercinta! Menarik dan bermanfaat bagi pembacanya...

Kadang hidup tidak berjalan seperti harapan kita. Dini bercerita tentang bagaimana dia menjalani kehidupan sebagai istri orang Prancis yang kasar dan pelit selama bertahun-tahun! Ketika memutuskan untuk bercerai, Dini harus menunggu lima tahun, sesuai undang-undang Prancis, untuk mendapatkan surat cerai. Sambil menunggu surat cerai itu, Nh. Dini dengan rajin terus menulis dan bekerja mengasuh orang tua di Prancis sebagai tabungan untuk hidup di masa tua di Indonesia.

Kadang kehidupan ini pahit. Namun dengan terus berusaha, berdoa dan bersyukur seperti yang dilakukan oleh Nh. Dini, kehidupan ini juga menawarkan keindahan dan kenikmatan.

Peringatan untuk wanita Indonesia! Jangan menganggap menikah dengan pria bule itu merupakan jaminan hidup enak. Pria Barat kadang penuh perhitungan lho. Seperti dalam buku Amy Tan “The Joy Luck Club” :

Lena diberi hadiah kucing bernama Mirugai oleh suaminya, Harold. Mirugai perlu disemprot bulunya agar tidak berkutu. Harold tidak mau biaya penyemprotan kutu Mirugai dibebankan sebagai pengeluaran bersama. Mirugai adalah kucing Lena, jadi biaya perawatan Mirugai adalah tanggungan pribadi Lena. Benar-benar perhitungan!

Seorang kenalan, wanita Indonesia, menikah dengan seorang pria Inggris. Suaminya menuntut istri untuk menyumbang 40 % dari biaya hidup mereka bersama. Bila mereka berlibur ke Indonesia, istri harus beli tiket sendiri pulang pergi. Kenalan ini akhirnya minta cerai karena tidak tahan dengan sifat “perhitungan” suaminya si bule. Pernah mendengar cerita serupa ?

Pria Indonesia mungkin termasuk pria terbaik di dunia. Saya banyak melihat contoh istri-istri yang dimanjakan oleh suaminya. Suami Indonesia tidak marah ketika banyak kerabat istrinya sering datang makan-makan hingga menginap di rumahnya. Seorang Tante bahkan membiayai hidup orang-tua dan beberapa saudara dengan penghasilan suaminya, dan suaminya tidak keberatan!

Pada bukunya “Dari Rue Saint Simon ke Jalan Lembang” ini, Nh. Dini bercerita bagaimana beliau menjadi Dame de Compagnie Tuan Jouffroi di kawasan Paris Distrik 7 yang mewah. Tugas Dini adalah mendampingi Bossnya jalan-jalan dan meyiapkan makanan sederhana. Hasil mengurus Tuan Jouffroi lumayan untuk ditabung. Di sela-sela waktunya bekerja pada Tuan Jouffroi, Dini tetap menulis dan menerima jahitan sederhana dari teman-temannya. Bukan main rajin dan telaten ya! Perlu ditiru!

Karya sastra selalu menarik dan memperkaya hidup kita *smile
TerimaKasih... Namaste _/l\_

Kamis, 20 Februari 2014

The Journey



Membaca buku The Journey 3 membuat saya tertohok. Selama ini saya menganggap tulisan perjalanan yang layak dibukukan adalah perjalanan ke daerah terpencil atau ke kota-kota cantik di Eropa, Amerika Serikat, Amerika Selatan, Jepang dll. Pokoknya ke suatu tempat yang sulit dicapai oleh orang kebanyakan. Di buku The Journey 3 ini, Windy Ariestanty menulis tentang perjalanannya ke Ubud. JFlow malah lebih lucu lagi. Perjalanan ke Kediri saudara-saudara!!! Ternyata tulisannya bagus juga.

Tidak perlu pergi ke daerah yang eksotis di Amerika Selatan nun jauh di sana untuk menulis buku!!! Yang penting adalah cerita yang menarik, cara bercerita yang menarik dan diksi yang menarik.

Saya jadi tertohok. Saya punya banyak pegalaman yang menarik namun saya belum bisa menulis sebagus Windy Ariestanty.

Saya pernah retreat di Anand Ashram Ubud. Pagi yang hening di kapel, mendengarkan musik sambil meditasi raasanya syahdu. Acara saat retreat seru-seru. Andai saya mencatat dengan teliti. Saya bisa menulis pengalaman saya yang luar biasa di sana. Pengalaman saya bisa dibukukan, minimal buku dengan self publishing. Cetak 30 buku dulu, teman-teman dirayu untuk beli hihihi.

Saya juga beberapa kali ikut retreat di One Earth Retreat Centre di Ciawi Bogor. Retreat Kundalini Yogo, Retreat Happy Family thru Kamasutra, Retreat Vippasana adalah beberapa retreat yang pernah saya ikuti. Retreatnya seru-seru. Nikmat rasanya kita meditasi pada pagi yang hening dengan musik yang indah. Rasanya syahdu. Jalan dari kamar menuju tempat meditasi juga menyenangkan bila di pagi hari. Dedaunan basah oleh embun, matahari belum terbit, suasana hening, kita jadinya berjalan dalam keheningan.

Intinya harus rajin menulis. Catatan harian perlu, bisa juga ditulis di blog. Lama-lama bisa dikumpulkan jadi buku deh. Penulis NH. Dini menghasilkan banyak buku dari catatan hariannya. Perjalanan sederhana bisa ditulis dengan menarik  oleh Nh. Dini. Penulis-penulis kaliber dunia juga banyak yang menulis berdasarkan perjalanan hidupnya.

Jadi, mari rajin menulis *ngomong ke diri sendiri.
TerimaKasih... Namaste _/l\_

Healing Musics



Saya suka musik Kitaro. Rasanya tenang sekali bila mendengar bunyi lonceng pada musik Jepang Klasik. Akhir-akhir ini saya suka mendengar musik Deva Premal, terutama lagu Gayatri pada album The Essence. Indahnyaaaaaaaa...

Album Deva Premal yang lain juga oke punya. Rasanya sedang berada di surga dan menari-nari penuh rasa syukur bila sudah mendengar musik yang indah.

Musik dari Deva Premal, Miten, Prem Joshua, Kitaro bagus untuk menenangkan dan untuk meditasi. Yang menarik mereka semua adalah murid dari Osho. Sebelum bertemu Osho, Kitaro adalah pemusik biasa. Setelah bertemu dengan Osho, Kitaro melejit dan menjadi fenomenal. Luar biasa ya perjumpaan dengan seorang Master.

Musik dari Danny Becher pada album “Healing Crystal & Tibetan Bowls” juga sangat indah. Bagus sekali untuk penyembuhan. Saya sudah mencobanya saat saya sedang migrain atau sedang stress. Tubuh kita dimanjakan dengan musik yang indah sehingga sel-sel tubuh kita ikut menari gembira. Bila tubuh senang, penyakit tidak betah berlama-lama di tubuh. Amiin...


Album musik favorit saya adalah album Love Sings yang dinyanyikan oleh Bapak Anand Krishna. Musiknya benar-benar uplifting. Energi dalam diri bangkit. Rasanya dibangkitkan dan diingatkan bahwa:

Perjalanan masih panjang...
Bangkitlah wahai pengembara...
Tempuhlah perjalanan sunyi...
Perjalanan menuju Dia Yang Sejati...

Album musik Love Sings oleh Bapak Anand Krishna bisa dipesan pada BooksIndonesia.
TerimaKasih... Namaste _/l\_
Minggu, 16 Februari 2014

Satsang


Picture from FB sottosopra69


Lebih baik just say hi & bye kepada teman atau kelompok tertentu. Bukan karena teman atau kelompok itu tidak baik namun karena mereka membuat kita down. Kelompok yang perlu kita datangi adalah kelompok yang mempuat kita uplift. Kita bisa berkembang, kita jadi rajin belajar, rajin bekerja dan rajin berbagi. Kelompok yang perlu kita datangi adalah kelompok yang membuat kita bersyukur bahwa hidup kita bukan kutukan namun merupakan berkah yang luar bisa dari Dia Yang Maha Penyayang.

Ada teman atau kelompok yang kepo dengan seseorang yang belum menikah atau belum punya anak. Pembicaraan berkisar tentang soal pasangan hidup hingga menjodoh-jodohkan orang yang belum/tidak punya pasangan. Begitu juga bila ada anggota yang sudah menikah namun belum punya anak. Pembicaraan berkisar pada “mengapa belum punya anak” hingga saran-saran agar bisa punya anak. Bayangkan bila lingkungan pergaulan kita seperti itu. Sebaiknya memang dihindari kalo bisa. Cari pergaulan yang asyik-asyik saja, yang fun, yang membuat kita happy.

Ada satu kelompok yang saya jauhi bukan karena mereka jahat. Tapi mereka membuat saya merasa bahwa hidup adalah suatu kutukan. Saya single dan tidak punya anak. Sementara kelompok itu berpandangan bahwa kebahagiaan hidup itu bila kita punya pasangan dan punya anak.

Alhamdulillah, saya bertemu dengan komunitas yang tidak kepo. Setiap orang, tua, muda, single, married, punya anak, tanpa anak diterima tanpa di-kepo-in. Lega rasanya bertemu dengan orang-orang yang ketika tahu kita tidak punya anak, mereka tidak bertanya: “mengapa belum punya anak, yang bermasalah siapa: ibu atau suami, sudah berobat ke dokter, apa kata dokter, lalu berakhir dengan saran-saran sebaiknya berobat ke sini dan ke sana.

Gila deh ke-kepo-an rata-rata orang Indonesia. Mau tahu aja mengapa seseorang belum menikah, mengapa orang bercerai, mengapa orang belum punya anak.

Menghindari kelompok kepo membuat kita bersyukur. Begitu banyak karunia Allah yang perlu kita syukuri. Bayangkan bila kita berpikir bahwa menikah dan punya anak itu satu keharusan sementara jalan hidup kita adalah menjadi single dan tidak punya anak. Kita akan merasa bahwa Tuhan tidak adil, kita akan merasa bahwa hidup adalah satu kutukan.

Dengan memilih pergaulan, kita akan merasakan bahwa hidup ini adalah suatu rahmat dan karunia yang luar biasa. Kita bisa makan bergizi, bisa tinggal di tempat yang layak, bisa beli baju yang bagus, kebutuhan seperti pulsa, beli buku, ongkos transport terpenuhi. Begitu banyak hal yang membuat kita tidak bisa berhenti untuk terus bersyukur. Alhamdulillah.

Buku yang bagus, musik yang indah, badan yang sehat, kita bisa melihat, mendengar, menyanyi, menari benar-benar suatu berkah. Bila belum punya dana untuk travelling, kita bisa melihat pemandangan-pemandangan yang indah via internet. Masya Allah, luar biasa karya Tuhan pencipta alam ini.

Kita bisa beli buku tentang travelling. Kita bisa menitipkan mata dan rasa kita pada penulis buku sehingga kita seakan-akan ikut travelling. Buku yang baik sungguh suatu berkah.

Saya sangat berterimakasih untuk buku-buku yang bagus, musik yang indah, untuk semua berkah yang saya dalam hidup ini. Terimakasih terutama untuk Bapak Anand Krishna dan KomunitasAnand Ashram untuk cahaya pengetahuan sejati yang menuntun jalan saya. TerimaKasih... TerimaKasih...

TerimaKasih telah mampir di blog saya. Namaste _/l\_

Maya



Buku terbaru Ayu UtamiMaya” sudah selesai kubaca. Maya, wanita yang terlahir albino, cebol, kurang cantik, merasa hancur hidupnya ketika mengecap ilmu pengetahuan. Selama ini Maya hidup dengan tentram dalam dunianya, di bawah naungan Guru Suhubudi. Namun ilmu pengetahuan yang dibukakan oleh Yasmin membuat kebanggaan dia hancur. Kebanggaan bahwa dia adalah manusia berharga.

Manusia memang ingin dihargai. Banyak sekali masalah bermula dari keinginan untuk dihargai, keinginan untuk dicintai.

Baru-baru ini saya mengalami masalah “pelik” karena ingin dihargai. Setelah banyak merenung #halah, saya mendapat insight.

Hak seseorang untuk menghargai atau tidak menghargai kita. Gus Dur yang seorang Wali saja bisa dimaki dan dihina sedemikian rupa oleh orang-orang yang tidak menghargai beliau. Sementara orang yang “mengenal” Gus Dur tentu akan sangat menghormati dan menghargai beliau.

Jadi siapa diri saya sehingga saya minta dihargai oleh orang lain. Teman saya berhak menilai saya, apakah negatif, setengah negatif, atau positif. Terserah dia, terserah perspektif dia. Dan saya berhak memilih teman dekat. Saya berhak memilih teman yang membuat saya nyaman. Saya berhak menjauhi teman-teman yang membuat saya down. Saya berhak memilih dekat dengan teman yang membuat saya uplift.

Syukurlah, saya bisa menyadari akar masalah saya. Selama ini saya ngotot bergaul dengan teman yang, menurut saya, kurang menghargai saya. Saya marah karena kurang dihargai. Saya sempat membuat cerita untuk meyakinkan dia bahwa saya orang berharga, bahwa saya orang penting. Walau saya sudah berusaha keras untuk meyakinkan teman ini, tetap teman ini tidak menghargai saya. Menyedihkan sekali ya.

Syukurlah dengan meditasi, dengan tafakur, saya bisa menyadari masalah saya. Yang bermasalah adalah saya. Saya ingin dihargai sehingga berusaha sedemikian rupa, sayang usaha saya tidak berhasil, lalu saya marah-marah. Padahal solusinya gampang. Jangan bergaul dengan teman tersebut. Cukup “say hi and bye”. Mudah bukan?

Perspektif orang beda-beda. Ada orang yang berpandangan bahwa orang hidup harus punya pasangan dan anak-anak. Bila tidak punya maka orang itu sangat menderita. Anda setuju dengan perspektif tersebut? Bila setuju, silakan berteman dekat dengan orang yang punya perspektif demikian. Bila tidak setuju, silakan bergaul dengan orang-orang sepandangan. Demi kesehatan pikiran dan kesehatan emosi kita.

Setuju kah? Bila tidak setuju, let’s say hi and bye.....
TerimaKasih... Namaste _/l\_

Translate

About Me

Foto Saya
Guruntala
🌹A dam mast qalandar. #BlessingsClinic 🌹Give some workshops: Meridian Face & Body Massage, Aromatherapy Massage with Essential Oils, Make up. 🌹Selling my blendid Face Serum. IG & twitter: @guruntala
Lihat profil lengkapku

Followers

Komentar Terbaru

Visitors

free counters