Selasa, 22 Februari 2011

Belajar dari Sungai


Peristiwa demi peristiwa datang dan pergi. Kita akan sangat menderita bila kita “clinging to the past”. Wajah kita yang dulunya muda dan segar, saat ini sudah mulai menampakkan guratan usia kita. Suami yang dahulunya bersemangat nguber kita saat masih gadis sudah berubah. Everything change.
Sebagai manusia kita telah banyak melakukan kesalahan karena “ignorance” kita, ketak-sadaran kita. Namun segala sesuatu berubah, kita berjalan terus, mengalir terus seperti sungai. Kita yang pemalas adalah masa lalu. Kita yang suka tengok kanan tengok kiri adalah masa lalu. Kita hidup di masa kini. NOW and HERE!!!
Mari kita belajar, berkarya, berusaha saat ini untuk menemukan kebahagiaan dalam diri kita.
Salah satu buku favorit saya adalah buku “Seni Memberdaya Diri 2 - Meditasi untuk Peningkatan Kesadaran” karya Anand Krishna 
. Buku ini dipersembahkan Bapak Anand Krishna kepada Herman Hesse ~ yang memperoleh hadiah nobel kesusastraan untuk novelnya “Siddhartha”~ dan Osho ~seorang Guru Spiritual terkenal abad ini~.
Buku ini luar-biasa, menggugah kita untuk berjalan sebagaimana Siddhartha yang berjalan untuk menemukan “Diri”.
Ini adalah sedikit kutipan dari buku Seni Memberdaya Diri 2:
“Dan sekali lagi Siddhartha berupaya mendengarkan suara sungai. Ia menatap sungai itu, dan ia melihat wajah ayahnya, ibunya ---kemudian kedua wajah itu bersatu, menyatu dan mengalir. Ia juga melihat wajah Govinda, Kamala, Kamaswami, kemudian putranya. Semuanya bersatu, menyatu dan mengalir. Kebaikan dan keburukan, kebijakan dan ketololan—semuanya—menyatu dan mengalir bersama sungai. Dan setelah bayangan-bayangan itu mulai menghilang, ia melihat bahwa sungai yang sama masih mengalir terus, tidak tercemari oleh bayangan-bayangan yang ia lihat, tidak menjadi lebih bersih atau lebih kotor karenanya. Sungai itu mengalir terus.
   Siddhartha sadar, begitulah kehidupan ini. Yang satu tidak bisa dipisahkan dari yang lain. Yang baik tidak bisa dipisahkan dari yang buruk. Semuanya bersatu, menyatu dan mengalir bersama. Tangis dan tawa,makian dan pujian—semuanya—menyatu dan mengalir bersama. Semua bayangan, semua suara melebur, menyatu dan menciptakan nyanyian yang sudah sering ia dengar, tetapi tidak pernah ia pahami makna sepenuhnya. Nyanyian Om, suara Om………
   “Apakah kau sudah mendengarkan suara nyanyiannya?” tanya Vasudeva. Siddhartha menganggukkan kepalanya. Wajah Siddhartha berubah.  Ia menjadi begitu tenang, damai. Ia sudah mulai mengalir bersama sungai kehidupan. Ia berhenti melawan arus. Tidak ada gunanya melawan arus.
   Vasudeva menepuk pundaknya, ‘Siddhartha, kamu sudah mengetahui rahasia sungai. Tugasku sudah selesai sekarang. Biarkan aku pergi.”
Bagus banget bukunya. Bagaimana belajar dari sungai, mengalir terus seperti sungai untuk bertemu dengan lautan Diri.

2 komentar:

depalpiss mengatakan...

yes air mengalir sampai jauh akhirnya ke laut :) mantab sharenya Bu Nina, biasa kunjungan rutin he he he! salam ceria..

Anonim mengatakan...

Makasih ya repot-repot mau nengok hehehe

Posting Komentar

Translate

About Me

Foto Saya
Guruntala
🌹A dam mast qalandar. #BlessingsClinic 🌹Give some workshops: Meridian Face & Body Massage, Aromatherapy Massage with Essential Oils, Make up. 🌹Selling my blendid Face Serum. IG & twitter: @guruntala
Lihat profil lengkapku

Followers

Komentar Terbaru

Visitors

free counters