Kamis, 30 Agustus 2012

Aksara, Sesuatu yang Abadi


Aksara berasal dari bahasa Sanskrit, akshara berarti “sesuatu yang abadi”. Kata-kata adalah energi, dan energi tidak akan musnah, hanya bisa berubah wujud.

Kata-kata yang kita ucapkan abadi dalam waktu. Kata-kata kita akan bisa diakses oleh seseorang yang bervibrasi pada gelombang dan frekuensi yang sama dengan kita sepanjang waktu, selama waktu masih ada.

Bila saya menggunakan kata “marah” tanpa rasa marah maka seseorang yang akan mengakses kata “marah” ini hanya akan mengakses makna kata marah. Dia tak akan menangkap nuansa atau emosi marah. Namun bila saya mengucapkan kata “tenang” dalam nuansa benci maka nuansa benci ini akan ditangkap oleh orang yang akan mengakses kata “tenang” ini.

Apa persamaan bahasa, spiritualitas, dan teknologi modern? Vibrasi atau getaran! Kita semua hidup dalam semesta yang bervibrasi.

Kita semua terhubung satu sama lain. Namun saya hanya bisa mempengaruhi seseorang dengan ucapan atau pikiran yang tak terucap, bila seseorang itu berada pada vibrasi yang berdekatan dengan vibrasi saya.

Mengapa Para Sufi suka membaca shalawat, atau mengucapkan nama seseorang yang akrab denganNya? Imo, agar bisa terhubung denganNya. Ada teman saya di FB, Solo Jan yang suka mengucapkan kata Hafezh, seorang Sufi Besar. Bukan berarti Brother Solo ini mendewa-dewakan Sufi Hafezh. Karena Solo percaya bahwa Hafezh adalah seseorang yang dekat denganNya, maka Solo ingin mendekatiNya melalui frekuensi Hafezh. Dan banyak cerita seperti ini di tanah air. Misalnya pelaut tradisional Mandar akan mengucapkan kata Imam Lapeo saat perahu mereka menghadapi badai yang sangat dahsyat. Dan laut yang bergelora bisa tenang kembali. Mengapa mengucapkan nama Imam Lapeo bukan nama Allah swt? Perlu pembahasan lebih lanjut. Saran saya, bacalah buku-buku Cak Nun atau tulisan-tulisan para Sufi.

Tulisan ini untuk mengingatkan diri saya agar tidak “asal” mengucapkan kata-kata apalagi bila sedang marah. Karena kata-kata kita abadi, bagai bumerang yang pasti kembali kepada kita.

Kadang muncul keinginanan untuk memakai akun anonim untuk memaki seseorang di jaring sosial. Namun mengingat bahwa kata-kata apapun yang keluar dari mulut atau dilontarkan lewat lewat social media itu abadi, jadi pikir-pikir dulu untuk “asal”. Amiiin, semoga demikian.

Saya suka dengan nasihat seorang teman untuk tidak pup di social media baik FB, twitter, BBM group. Kata teman itu, “Kalau mau pup, silakan di WC, jangan di FB.” Hmmm, benar juga ya. Ada seseorang yang memaki-maki satu pihak selama bertahun-tahun di FB. Ternyata dia pernah disakiti oleh pihak tersebut. Pihak lain menyakiti dia beberapa kali, dia balas menyakiti ratusan dan ribuan kali. Kasihan juga teman-teman di FB dan follower dia di twitter, kebagian pup dia tiap hari hihihi.

Baru-baru ini kita dikejutkan oleh peristiwa Sampang. Ada  reportase penting yang perlu dibaca tentang Kasus Syiah Sampang ini. Bisa disimak pada time line Rusdi Mathari @rusdirusdi yang berjudul “Mereka Sibuk Menghitung Langkah Ayam” [reportase kasus Syiah Sampang].

Saat membaca reportasi ini ternyata penyerangan ini bermula dari masalah ekonomi dan iri /tidak suka. Disebarkanlah gosip bahwa Syiah menjelekkan Aisyah, Abu Bakar, Umar dll. Yang mendengar langsung marah terbakar emosi padahal tidak mendengar sendiri. Gosip atau fitnah bisa membuat satu kelompok terusir, terbakar dan terbunuh. Padahal bila membaca sejarah, kita akan tahu bahwa Syiah adalah kelompok yang setia pada keluarga Nabi, setia pada Sayidina Ali, Fatimah dan keturunannya.

Bukankah Qur’an mengajarkan tabayun? Bila mendengar berita tentang kejelekan seseorang atau berita apapun, hendaknya diperiksa dulu. Karena bisa jadi berita itu hanya gosip belaka. Bisa saja berita itu dari orang-orang yang dengki, yang membawa nama-nama agama demi kepentingan diri pribadi. Fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Fitnah yang beredar bisa membuat satu kelompok terbunuh, atau akses mencari nafkah mereka terputus sehingga mereka bisa sakit jiwa.

Apapun yang kita pikirkan, ucapkan, lakukan, akan berbuah, tinggal nunggu waktu. You reap what you sow.
Demikian, terimaKasih.
Namaste _/l\_

0 komentar:

Posting Komentar

Translate

About Me

Foto Saya
Guruntala
🌹A dam mast qalandar. #BlessingsClinic 🌹Give some workshops: Meridian Face & Body Massage, Aromatherapy Massage with Essential Oils, Make up. 🌹Selling my blendid Face Serum. IG & twitter: @guruntala
Lihat profil lengkapku

Followers

Komentar Terbaru

Visitors

free counters