Jumat, 08 November 2013

Malpraktek oleh Terapis


Foto dari Facebook Flower Power


Suami seorang teman membawa istrinya, yang kondisinya semakin kritis, ke Rumah Sakit Mount Elizabeth Singapore. Setelah pemeriksaan intensif oleh tim dokter di sana, ketahuan bahwa diagnosis dokter di rumah sakit XYZ di Indonesia salah.

Menurut para dokter ahli disana ,” Kok bisa istri bapak didiagnosis stroke. Karena di diagnosis stroke maka obat-obatan yang diberikan adalah untuk penderita stroke. Tidak heran bila kondisi pasien menjadi semakin parah. Bila tidak cepat ditangani ,istri bapak bisa lumpuh.”

Salah diagnosis bisa mengakibatkan lumpuh hingga kematian. Namun suami teman ini tidak akan menuntut para dokter atau rumah sakit XYZ di Indonesia. Siapa yang punya waktu untuk berurusan dengan hukum? Tidak sepadan dengan waktu, tenaga, uang yang harus dikeluarkan.

Dokter di Singapore itu bercerita, “ Kami, para dokter di Singapore, harus hati-hati melakukan diagnosis. Kalau tidak, izin praktek kami dicabut. Saya bisa jadi sopir taxi karena saya tidak punya keahlian lain selain nyetir dan jadi dokter.”

Malpraktek ternyata tidak dilakukan oleh dokter saja. Psikiater, psikolog, hipnoterapis juga bisa melakukan mal praktek, antara lain dengan membuat pasien mendapatkan memori palsu di pikirannya. Oleh karena itu ada perkumpulan di www.fmsf.com yang didirikan oleh Elizabeth Loftus karena banyaknya mal praktek yang dilakukan oleh terapis.

Di Missouri tahun 1992, Beth Rutherford menggugat ayah kandungnya atas tuduhan telah memperkosanya pada usia 7 hingga 14 tahun. Beth Rutherford juga menuduh ayahnya telah memaksanya untuk melakukan aborsi selama 2 kali.

Ayahnya, mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai Pendeta akibat tuduhan yang dilontarkan oleh Beth Rutherford.

Rata-rata orang akan percaya pada si gadis. Tidak mungkin dong seorang anak gadis berbohong mengenai ayah kandungnya sendiri, atas tuduhan pemerkosaan lagi.

Ternyata menurut visum, Beth Rutherford masih virgin pada usianya yang ke 22 tahun. Berarti Beth tidak pernah diperkosa, dan pastinya tidak pernah dipaksa untuk aborsi oleh Bapaknya.

Mengapa Beth Rutherford yakin bahwa dia diperkosa selama 7 tahun oleh ayah kandungnya? Karena dia telah membuat false memory di pikirannya, karena “bimbingan” seorang terapis.

Silakan membaca website  seorang Hipnoterapis terkemuka, Dr. Adi W Gunawan yang berjudul False Memory. Leading question pada seorang terapis, terutama pada sesi hipnoterapi, akan membuat klien membuat memori palsu di alam bawah sadarnya. Kemudian memori palsu ini akan direkam oleh pikiran sadar.

Seorang terapis, psikiater, psikolog, hipnoterapis yang beretika akan berhati-hati melontarkan pertanyaan kepada klien.

Seorang hipnoterapis yang kurang berhati-hati/ kurang beretika akan memakai leading question seperti : “Apakah kamu dipeluk, dicium-cium?”. “Apakah kamu dilecehkan”. Pikiran bawah sadar klien akan membayangkan satu kejadian yang tidak pernah terjadi. Dia akan membayangkan dia dipeluk, dicium-cium secara paksa. Padahal kejadian yang menyeramkan tersebut tidak pernah terjadi. Satu pertemuan biasa antara beberapa orang bisa dibayangkan sebagai satu pertemuan dimana si klien diperkosa sementara beberapa orang lain bisa menjadi pembantu pemerkosa.

Malpraktek ini juga terjadi di Indonesia. Saya heran membaca wawancara Dewi Yogo di VIVAnews bulan Februari 2010, juga dari pernyataan Dewi Yogo di Metro TV. Dewi Yogo menghipnosis Tara Pradipta Laksmi sebanyak 45 kali! Dan Dewi Yogo melakukan leading question kepada Tara seperti ini “Apa terjadi ini-itu?” maksudnya “Apa terjadi pelecehan?” Kemudian menurut Dewi Yogo, Tara menangis. Dan Dewi Yogo menyimpulkan bahwa Tara dilecehkan.

Cerita Tara ini teringat ketika saya membaca Inferno oleh Dan Brown. Ibu Tara percaya bahwa anaknya dilecehkan karena ada beberapa wanita bercerita bahwa mereka dilecehkan. Memang beberapa wanita ini terlibat dalam rekayasa untuk menjatuhkan guru spiritual.  Bertahun-tahun, pihak X mencari jalan untuk menjatuhkan menjatuhkan guru spiritual. Pihak X akhirnya mendapat jalan setelah mendapat sosok yang tepat, Ibu Wijarningsih dan anaknya Tara.

“Saya selama ini tidak tahu apa-apa. Saya baru tahu bahwa Tara dilecehkan setelah diberitahu oleh Psikiaternya (Dewi Yogo-noted)” demikian Ibu Wijarningsih kepada TV One.

Btw, Ibu Dewi Yogo ini bukan dokter, jadi pastinya dia bukan seorang Psikiater. Dewi Yogo bahkan menulis data fiktif di Linkedin. Untung sudah saya save data-datanya sebelum Dewi Yogo menghapus akun Linkedinnya karena ketahuan menulis data fiktif.

Bila Dewi Yogo ini betul-betul seorang pakar, mengapa harus menulis data fiktif di Linkedin. Dewi Yogo selalu berkilah, bahwa bila mau melihat ijazahnya silakan ke tempat prakteknya. Hahahahaha. Di zaman digital printing yang maju ini, saya bisa mendapatkan ijazah palsu dengan mudah. Mau ijazah palsu Master dan Ph.D dari Harvard, dari Yale?? Gampang!!! Namun orang mudah melacaknya ke universitas yang bersangkutan, kecuali bila mengaku lulusan dari Universitas Timbuktu.

Gila ya, seseorang seperti Dewi Yogo mendapat tempat di media. Yng lucu adalah Kapolri BHD menyebutkan Anand Krishna cabul berdasarkan kesaksian seorang Dewi Yogo. Ampun deh. Kapolri aja bisa tertipu apalagi orang kebanyakan hahahaha.

Jadi bila bangsa ini hancur, saya tidak heran. Kehancuran mulai dari persoalan penegakan hukum. Bagaimana bisa Guru Anand Krishna divonis penjara 2.5 tahun padahal tidak ada bukti dan saksi mata? Hakim bersih Albertina Ho sudah menvonis bebas pada Bapak Anand Krishna. Namun Hakim MA, Hakim Agung Yamanie yang telah dipecat, Hakim Agung Zaharuddin Utama yang terindikasi suap, menvonis Pak Anand Krishna selama 2.5 tahun penjara. Gilaaa banget memenjarakan seseorang tanpa bukti dan saksi mata. Pantas ada hadist yang menyatakan bahwa ,”2 dari 3 hakim masuk neraka”.

Teman saya yang hampir mati karena salah diagnosis oleh dokter di Indonesia saja tidak mau buang waktu untuk menuntut. Kok Tara Pradipta Laksmi, yang menurut visum Dr Mun’im Idris “virgin mulus” menuntut dilecehkan. Yang lebih lucu lagi, Tara tampil di TV One dulu. Bikin roadshow yang diliput oleh TV One dulu baru lapor Polisi. Aneh banget. Hmmm, siapa sponsornya ya...

Begitulah... Tidak ada negara yang bisa jaya bila para penegak hukumnya tidak menjunjung keadilan.
Terimakasih... Namaste _/l\_

0 komentar:

Posting Komentar

Translate

About Me

Foto Saya
Guruntala
🌹A dam mast qalandar. #BlessingsClinic 🌹Give some workshops: Meridian Face & Body Massage, Aromatherapy Massage with Essential Oils, Make up. 🌹Selling my blendid Face Serum. IG & twitter: @guruntala
Lihat profil lengkapku

Followers

Komentar Terbaru

Visitors

free counters