Rabu, 26 Februari 2014
Dari Rue Saint Simon ke Jalan Lembang
06.37 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
Saya suka membaca novel-novel
memoar hidup Nh. Dini. Saya sudah punya beberapa bukunya. Rencana mau berburu
novel Nh. Dini yang belum saya miliki.
Terimakasih telah menulis, Ibu
Nh. Dini. Jadi paham cerita hidup seorang wanita penulis yang menikah dengan
pria diplomat kebangsaan Prancis. Bagaimana pahit manis menjadi seorang istri,
seorang ibu dan sebagai seorang manusia. Kisah hidup bisa dirangkai Nh. Dini
menjadi kisah yang menarik. Dan yang menarik, Nh Dini bukan seorang moralis.
Beliau menulis kisah hidupnya apa adanya.
Saya teringat pada kata-kata
seorang sastrawan yang pemarah. Dia mempertanyakan mengapa buku-buku Komunitas Utan Kayu dan Salihara banyak bercerita tentang seks
(menurut pendapat dia) dan tidak menampilkan karya sastra Islam seperti karya
Helvy Tiana Rosa.
Menurut hemat saya, agak sulit
karya penulis cerita dakwah dikategorikan sebagai karya sastra. Bukan karena
tidak bagus, namun karena berpretensi dakwah. Karya yang punya misi dakwah dan
cenderung hitam putih menurut saya membosankan. Karena hidup tidak hitam putih.
Karya sastra adalah karya yang menampilkan cerita manusia apa-adanya tanpa
pretensi dakwah. Bila ada yang menganggap karya sastra membahas cerita seks
dengan vulgar, mungkin karena seks tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.
Setelah membaca beberapa bukunya,
saya jadi kagum pada Nh. Dini. Dini adalah seorang wanita Jawa yang rajin,
telaten, pekerja keras, hidup sederhana, rajin menabung dan Islam Kejawen. Nh.
Dini menceritakan bagaimana beliau mengolah makanan, mulai dari sop sayur keju
a la Barat hingga masakan botok a la Jawa. Nh. Dini juga menceritakan bagaimana
dia berkebun, bagaimana dia mengurus rumah tangga, mengasuh anak, menulis dan
bercinta! Menarik dan bermanfaat bagi pembacanya...
Kadang hidup tidak berjalan
seperti harapan kita. Dini bercerita tentang bagaimana dia menjalani kehidupan
sebagai istri orang Prancis yang kasar dan pelit selama bertahun-tahun! Ketika
memutuskan untuk bercerai, Dini harus menunggu lima tahun, sesuai undang-undang
Prancis, untuk mendapatkan surat cerai. Sambil menunggu surat cerai itu, Nh.
Dini dengan rajin terus menulis dan bekerja mengasuh orang tua di Prancis
sebagai tabungan untuk hidup di masa tua di Indonesia.
Kadang kehidupan ini pahit. Namun
dengan terus berusaha, berdoa dan bersyukur seperti yang dilakukan oleh Nh.
Dini, kehidupan ini juga menawarkan keindahan dan kenikmatan.
Peringatan untuk wanita
Indonesia! Jangan menganggap menikah dengan pria bule itu merupakan jaminan
hidup enak. Pria Barat kadang penuh perhitungan lho. Seperti dalam buku Amy Tan “The Joy Luck Club” :
Lena diberi hadiah kucing bernama Mirugai oleh suaminya, Harold. Mirugai perlu disemprot bulunya agar tidak berkutu. Harold tidak mau biaya penyemprotan kutu Mirugai dibebankan sebagai pengeluaran bersama. Mirugai adalah kucing Lena, jadi biaya perawatan Mirugai adalah tanggungan pribadi Lena. Benar-benar perhitungan!
Seorang kenalan, wanita
Indonesia, menikah dengan seorang pria Inggris. Suaminya menuntut istri untuk menyumbang
40 % dari biaya hidup mereka bersama. Bila mereka berlibur ke Indonesia, istri
harus beli tiket sendiri pulang pergi. Kenalan ini akhirnya minta cerai karena
tidak tahan dengan sifat “perhitungan” suaminya si bule. Pernah mendengar
cerita serupa ?
Pria Indonesia mungkin termasuk
pria terbaik di dunia. Saya banyak melihat contoh istri-istri yang dimanjakan
oleh suaminya. Suami Indonesia tidak marah ketika banyak kerabat istrinya
sering datang makan-makan hingga menginap di rumahnya. Seorang Tante bahkan
membiayai hidup orang-tua dan beberapa saudara dengan penghasilan suaminya, dan
suaminya tidak keberatan!
Pada bukunya “Dari Rue Saint Simon ke Jalan Lembang” ini, Nh. Dini bercerita bagaimana beliau menjadi Dame
de Compagnie Tuan Jouffroi di kawasan Paris Distrik 7 yang mewah. Tugas
Dini adalah mendampingi Bossnya jalan-jalan dan meyiapkan makanan sederhana.
Hasil mengurus Tuan Jouffroi lumayan untuk ditabung. Di sela-sela waktunya
bekerja pada Tuan Jouffroi, Dini tetap menulis dan menerima jahitan sederhana
dari teman-temannya. Bukan main rajin dan telaten ya! Perlu ditiru!
Karya sastra selalu menarik dan
memperkaya hidup kita *smile
TerimaKasih... Namaste _/l\_
Kamis, 20 Februari 2014
The Journey
09.29 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
Membaca buku The Journey 3 membuat saya tertohok. Selama ini saya menganggap
tulisan perjalanan yang layak dibukukan adalah perjalanan ke daerah terpencil
atau ke kota-kota cantik di Eropa, Amerika Serikat, Amerika Selatan, Jepang
dll. Pokoknya ke suatu tempat yang sulit dicapai oleh orang kebanyakan. Di buku
The Journey 3 ini, Windy Ariestanty menulis tentang
perjalanannya ke Ubud. JFlow malah
lebih lucu lagi. Perjalanan ke Kediri saudara-saudara!!! Ternyata tulisannya bagus
juga.
Tidak perlu pergi ke daerah yang
eksotis di Amerika Selatan nun jauh di sana untuk menulis buku!!! Yang penting
adalah cerita yang menarik, cara bercerita yang menarik dan diksi yang menarik.
Saya jadi tertohok. Saya punya banyak
pegalaman yang menarik namun saya belum bisa menulis sebagus Windy Ariestanty.
Saya pernah retreat di Anand Ashram Ubud. Pagi yang hening di
kapel, mendengarkan musik sambil meditasi raasanya syahdu. Acara saat retreat
seru-seru. Andai saya mencatat dengan teliti. Saya bisa menulis pengalaman saya
yang luar biasa di sana. Pengalaman saya bisa dibukukan, minimal buku dengan self publishing. Cetak 30 buku dulu, teman-teman
dirayu untuk beli hihihi.
Saya juga beberapa kali ikut retreat
di One Earth Retreat Centre di Ciawi Bogor. Retreat Kundalini
Yogo, Retreat Happy Family thru Kamasutra, Retreat Vippasana adalah beberapa
retreat yang pernah saya ikuti. Retreatnya seru-seru. Nikmat rasanya kita
meditasi pada pagi yang hening dengan musik yang indah. Rasanya syahdu. Jalan
dari kamar menuju tempat meditasi juga menyenangkan bila di pagi hari. Dedaunan
basah oleh embun, matahari belum terbit, suasana hening, kita jadinya berjalan
dalam keheningan.
Intinya harus rajin menulis.
Catatan harian perlu, bisa juga ditulis di blog. Lama-lama bisa dikumpulkan
jadi buku deh. Penulis NH. Dini
menghasilkan banyak buku dari catatan hariannya. Perjalanan sederhana bisa
ditulis dengan menarik oleh Nh. Dini.
Penulis-penulis kaliber dunia juga banyak yang menulis berdasarkan perjalanan
hidupnya.
Jadi, mari rajin menulis *ngomong
ke diri sendiri.
TerimaKasih... Namaste _/l\_
Healing Musics
08.26 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
Saya suka musik Kitaro. Rasanya
tenang sekali bila mendengar bunyi lonceng pada musik Jepang Klasik.
Akhir-akhir ini saya suka mendengar musik Deva
Premal, terutama lagu Gayatri pada album The Essence. Indahnyaaaaaaaa...
Album Deva Premal yang lain juga
oke punya. Rasanya sedang berada di surga dan menari-nari penuh rasa syukur
bila sudah mendengar musik yang indah.
Musik dari Deva Premal, Miten,
Prem Joshua, Kitaro bagus untuk menenangkan dan untuk meditasi. Yang menarik
mereka semua adalah murid dari Osho.
Sebelum bertemu Osho, Kitaro adalah pemusik biasa. Setelah bertemu dengan Osho,
Kitaro melejit dan menjadi fenomenal. Luar biasa ya perjumpaan dengan seorang
Master.
Musik dari Danny Becher pada album “Healing
Crystal & Tibetan Bowls” juga sangat indah. Bagus sekali untuk
penyembuhan. Saya sudah mencobanya saat saya sedang migrain atau sedang stress.
Tubuh kita dimanjakan dengan musik yang indah sehingga sel-sel tubuh kita ikut
menari gembira. Bila tubuh senang, penyakit tidak betah berlama-lama di tubuh.
Amiin...
Album musik favorit saya adalah
album Love Sings yang dinyanyikan
oleh Bapak Anand Krishna. Musiknya
benar-benar uplifting. Energi dalam
diri bangkit. Rasanya dibangkitkan dan diingatkan bahwa:
Perjalanan masih panjang...
Bangkitlah wahai pengembara...
Tempuhlah perjalanan sunyi...
Perjalanan menuju Dia Yang
Sejati...
Album musik Love Sings oleh Bapak Anand
Krishna bisa dipesan pada BooksIndonesia.
TerimaKasih... Namaste _/l\_
Minggu, 16 Februari 2014
Satsang
02.37 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
Picture from FB sottosopra69 |
Lebih baik just say hi & bye kepada teman atau kelompok tertentu. Bukan
karena teman atau kelompok itu tidak baik namun karena mereka membuat kita down. Kelompok yang perlu kita datangi
adalah kelompok yang mempuat kita uplift.
Kita bisa berkembang, kita jadi rajin belajar, rajin bekerja dan rajin berbagi.
Kelompok yang perlu kita datangi adalah kelompok yang membuat kita bersyukur
bahwa hidup kita bukan kutukan namun merupakan berkah yang luar bisa dari Dia
Yang Maha Penyayang.
Ada teman atau kelompok yang kepo dengan seseorang yang belum menikah
atau belum punya anak. Pembicaraan berkisar tentang soal pasangan hidup hingga
menjodoh-jodohkan orang yang belum/tidak punya pasangan. Begitu juga bila ada
anggota yang sudah menikah namun belum punya anak. Pembicaraan berkisar pada “mengapa
belum punya anak” hingga saran-saran agar bisa punya anak. Bayangkan bila
lingkungan pergaulan kita seperti itu. Sebaiknya memang dihindari kalo bisa.
Cari pergaulan yang asyik-asyik saja, yang fun,
yang membuat kita happy.
Ada satu kelompok yang saya jauhi
bukan karena mereka jahat. Tapi mereka membuat saya merasa bahwa hidup adalah
suatu kutukan. Saya single dan tidak
punya anak. Sementara kelompok itu berpandangan bahwa kebahagiaan hidup itu
bila kita punya pasangan dan punya anak.
Alhamdulillah, saya bertemu
dengan komunitas yang tidak kepo.
Setiap orang, tua, muda, single, married, punya anak, tanpa anak diterima tanpa
di-kepo-in. Lega rasanya bertemu
dengan orang-orang yang ketika tahu kita tidak punya anak, mereka tidak
bertanya: “mengapa belum punya anak, yang bermasalah siapa: ibu atau suami,
sudah berobat ke dokter, apa kata dokter, lalu berakhir dengan saran-saran
sebaiknya berobat ke sini dan ke sana.
Gila deh ke-kepo-an rata-rata orang Indonesia. Mau tahu aja mengapa seseorang belum
menikah, mengapa orang bercerai, mengapa orang belum punya anak.
Menghindari kelompok kepo membuat kita bersyukur. Begitu
banyak karunia Allah yang perlu kita syukuri. Bayangkan bila kita berpikir
bahwa menikah dan punya anak itu satu keharusan sementara jalan hidup kita
adalah menjadi single dan tidak punya
anak. Kita akan merasa bahwa Tuhan tidak adil, kita akan merasa bahwa hidup
adalah satu kutukan.
Dengan memilih pergaulan, kita
akan merasakan bahwa hidup ini adalah suatu rahmat dan karunia yang luar biasa.
Kita bisa makan bergizi, bisa tinggal di tempat yang layak, bisa beli baju yang
bagus, kebutuhan seperti pulsa, beli buku, ongkos transport terpenuhi. Begitu
banyak hal yang membuat kita tidak bisa berhenti untuk terus bersyukur.
Alhamdulillah.
Buku yang bagus, musik yang indah,
badan yang sehat, kita bisa melihat, mendengar, menyanyi, menari benar-benar
suatu berkah. Bila belum punya dana untuk travelling,
kita bisa melihat pemandangan-pemandangan yang indah via internet. Masya Allah,
luar biasa karya Tuhan pencipta alam ini.
Kita bisa beli buku tentang travelling.
Kita bisa menitipkan mata dan rasa kita pada penulis buku sehingga kita
seakan-akan ikut travelling. Buku yang baik sungguh suatu berkah.
Saya sangat berterimakasih untuk
buku-buku yang bagus, musik yang indah, untuk semua berkah yang saya dalam
hidup ini. Terimakasih terutama untuk Bapak Anand Krishna dan KomunitasAnand Ashram untuk cahaya pengetahuan sejati yang menuntun jalan saya.
TerimaKasih... TerimaKasih...
TerimaKasih telah mampir di blog
saya. Namaste _/l\_
Maya
02.21 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
Buku terbaru Ayu Utami “Maya” sudah
selesai kubaca. Maya, wanita yang terlahir albino, cebol, kurang cantik, merasa
hancur hidupnya ketika mengecap ilmu pengetahuan. Selama ini Maya hidup dengan
tentram dalam dunianya, di bawah naungan Guru Suhubudi. Namun ilmu pengetahuan
yang dibukakan oleh Yasmin membuat kebanggaan dia hancur. Kebanggaan bahwa dia
adalah manusia berharga.
Manusia memang ingin dihargai.
Banyak sekali masalah bermula dari keinginan untuk dihargai, keinginan untuk
dicintai.
Baru-baru ini saya mengalami
masalah “pelik” karena ingin dihargai. Setelah banyak merenung #halah, saya
mendapat insight.
Hak seseorang untuk menghargai
atau tidak menghargai kita. Gus Dur yang seorang Wali saja bisa dimaki dan
dihina sedemikian rupa oleh orang-orang yang tidak menghargai beliau. Sementara
orang yang “mengenal” Gus Dur tentu akan sangat menghormati dan menghargai
beliau.
Jadi siapa diri saya sehingga
saya minta dihargai oleh orang lain. Teman saya berhak menilai saya, apakah
negatif, setengah negatif, atau positif. Terserah dia, terserah perspektif dia.
Dan saya berhak memilih teman dekat. Saya berhak memilih teman yang membuat
saya nyaman. Saya berhak menjauhi teman-teman yang membuat saya down. Saya berhak memilih dekat dengan
teman yang membuat saya uplift.
Syukurlah, saya bisa menyadari
akar masalah saya. Selama ini saya ngotot bergaul dengan teman yang, menurut
saya, kurang menghargai saya. Saya marah karena kurang dihargai. Saya sempat
membuat cerita untuk meyakinkan dia bahwa saya orang berharga, bahwa saya orang
penting. Walau saya sudah berusaha keras untuk meyakinkan teman ini, tetap
teman ini tidak menghargai saya. Menyedihkan sekali ya.
Syukurlah dengan meditasi, dengan
tafakur, saya bisa menyadari masalah saya. Yang bermasalah adalah saya. Saya
ingin dihargai sehingga berusaha sedemikian rupa, sayang usaha saya tidak
berhasil, lalu saya marah-marah. Padahal solusinya gampang. Jangan bergaul
dengan teman tersebut. Cukup “say hi and
bye”. Mudah bukan?
Perspektif orang beda-beda. Ada orang
yang berpandangan bahwa orang hidup harus punya pasangan dan anak-anak. Bila
tidak punya maka orang itu sangat menderita. Anda setuju dengan perspektif
tersebut? Bila setuju, silakan berteman dekat dengan orang yang punya
perspektif demikian. Bila tidak setuju, silakan bergaul dengan orang-orang
sepandangan. Demi kesehatan pikiran dan kesehatan emosi kita.
Setuju kah? Bila tidak setuju, let’s say hi and bye.....
TerimaKasih... Namaste _/l\_
Langganan:
Postingan (Atom)
Translate
About Me
- Guruntala
- 🌹A dam mast qalandar. #BlessingsClinic 🌹Give some workshops: Meridian Face & Body Massage, Aromatherapy Massage with Essential Oils, Make up. 🌹Selling my blendid Face Serum. IG & twitter: @guruntala