Senin, 30 April 2012
Kesadaran dari Hongkong ???
23.12 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
Seorang teman menulis status di FB
perlunya meditasi untuk meningkatkan kesadaran diri. Statusnya ditanggapi
dengan pertanyaan, “Kesadaran? Kesadaran dari Hongkong?“ Saya baca sambil
ngikik. Saya jadinya berpikir, apa kesadaran itu. Memangnya kenapa kalo tidak
sadar.
Kisah teman saya, Ibu Lydia (bukan nama
sebenarnya) adalah contoh betapa ketidak-sadaran dapat menyeret kita ke jurang
penderitaan, bisa menyeret kita menjadi kriminal yang merugikan orang lain.
Ibu Lydia adalah pencari nafkah tunggal di
keluarganya. Suaminya tidak bisa mencari nafkah lagi karena sakit-sakitan. Ibu
Lydia kerepotan menanggung biaya berobat suaminya, biaya anak yang tidak mau
bekerja, menanggung biaya hidup Ibu Lydia yang tinggi. Ibu Lydia pribadi adalah
pribadi konsumtif, suka baju bagus bagus, suka barang bagus.
Anak Ibu Lydia, Dimas, juga “hebat”.
Tidak mau bekerja, maunya bersenang-senang. Pengangguran tapi gaya hidup bagai
manajer suatu perusahaan. Punya istri dan tiga anak, punya baby sitter, anak
sekolah di sekolah swasta mahal. Suka nongkrong di cafe-cafe, dan main dari
mall ke mall. Penghasilan nol besar alias dibiayai oleh Ibu Lydia.
Rabu, 25 April 2012
Partikel, Kematangan dan Kedalaman seorang Dee
00.55 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
Partikel,
Kematangan dan Kedalaman seorang Dee
Data Buku:
Judul
: Partikel
Penulis
: Dee a.k.a Dewi Lestari
Penerbit
: Bentang
Cetakan
: 2012
Tebal
: viii + 500 halaman
ISBN
: 978-602-8811-74-3
Partikel adalah cerita perjalanan Zarah
mencari Firas ayahnya yang tiba-tiba menghilang. Pencarian membawa Zarah dari Bukit Jambul Bogor lanjut ke Tanjung
Puting Kalimantan terus ke Glastonbury Inggris hingga perjalanan ke dalam diri
melalui pengalaman Iboga...
Ada sekelumit kisah cinta segitiga
Zarah-Storm-Koso, ada cinta terpendam Paul pada Zarah. Kisah cinta memang selalu
menarik hati...
Ditutup dengan surat misterius untuk
Zarah a.k.a Partikel. Dan apa hubungan Zarah dengan Diva, Elektra dan Bodhi?
Teka-teki yang menarik...
Novel ini meluncur mulus dengan
kepiawaian Dee merangkai kata dengan diksi yang menarik seperti dalam kalimat
berikut ini:
“...Dengan baju basah kuyup, mereka hanya bisa bersandar. Lunglai bercucuran keringat. Kelelahan oleh mantel tak terlihat yang dibebankan udara.” (hal 208).
Pernah
merasakan masalah seperti masalah seorang Zarah?
“...Mengapa mereka marah? Mengapa mereka harus merasa terancam? Apa yang sebegitu salahnya dengan tulisan Ayah? Kenapa berbeda menjadi begitu menakutkan? Aku berpikir dan berpikir. Dan tetap aku gagal memahami....Kali ini aku berempati kepada Ayah. Kesulitannya, rasa putus asanya kepada lingkungan sekitarnya,dan betapa lelahnya terisolasi sendiri tanpa ada yang memahami. “ (hal. 105)
Label:
Review Buku
|
0
komentar
Selasa, 24 April 2012
Kitab Kematian yang Tidak Menyeramkan
08.48 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
DATA BUKU:
Judul
: Kematian, Panduan untuk Menghadapinya dengan Senyuman.
Penulis
: Anand Krishna
Penerbit:
PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan
: 1999
Tebal
: ix + 98
ISBN
: 979-655-403-8
Dalam buku berjudul Partikel karya Dee Lestari, Pak Simon bercerita pada
Zarah tentang satu Kitab Tibet berjudul Bardo Thodol atau Kitab Kematian. Ternyata
Kitab Kematian telah diterjemahkan dan diulas ke dalam Bahasa Indonesia pada
tahun 1999 oleh Bapak Anand Krishna.
Orang-orang Tibet memiliki kebiasaan
yang indah sekali. Setiap orang memiliki buku Bardo Thos Grol Chen Mo (The Tibetan Book of Dead) . Kelak pada
saat ajal tiba, buku tersebut diperabukan bersama jasad mereka. Semasa hidup, buku
yang mereka miliki tidak dipinjamkan kepada orang lain. Mereka menggunakan kain
sutera untuk menyimpannya. Ritus ini sangat simbolik. Untuk mengingatkan diri
mereka, “Sekarang tidak ada yang bisa membantu kamu. Kamu harus berjalan
sendiri. Ikutilah petunjuk-petunjuk yang pernah kamu peroleh, pernah kau baca,
dan kau pelajari.”
Himavat, negeri dengan salju abadi –yang sekarang disebut
Tibet- adalah jantung dunia. Mereka yang “memilih” tinggal di Himavat adalah
orang-orang yang sudah jenuh dengan hal-hal yang serba semu. Mereka sedang
mencari esensi kehidupan. Mereka adalah para saintis rohani, para penyelam spiritual.
Dan mereka melahirkan sekian banyak teks, yang bisa dijadikan panduan oleh para
ilmuwan modern. Deskripsi mereka tentang jaringan syaraf, tentang organ-organ
tubuh, dan yang paling menarik apa yang terjadi setelah kematian, telah
mengagetkan dunia Barat.
Buku ini membahas bagaimana menghadapi Saat-saat Menjelang Kematian, Chikhai Bardo (Saat-saat Kematian), Chonyid
Bardo (Alam Sebab dan Akibat), Sidpa
Bardo (Alam Kelahiran kembali)
dan Kelahiran Kembali.
Senin, 23 April 2012
Percaya pada Pengalaman Pribadi ???
20.23 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
Saya tercenung membaca status seorang
teman di FB. Beliau ini menghargai seseorang karena seseorang ini menulis status
di FB berdasarkan pengalaman pribadinya.
Memang saya sering mendengar dan membaca
bahwa percaya lah pada pengalaman pribadi bukan pengalaman orang lain.
Karena kita lah yang bertanggung-jawab atas diri kita, hidup kita. Jangan
menyandarkan hidup kita pada pengalaman atau opini orang lain walau pastinya
belajar dari pengalaman orang lain perlu dalam hidup. Kita tidak perlu
mencelupkan tangan di api untuk mengetahui bahwa api itu membakar, bahwa kulit
yang terbakar api sungguh membuat badan menderita.
Imo,
bagaimana kita atau orang lain “melihat” pengalaman pribadi tergantung juga
pada sehat tidaknya pikiran dan jiwa kita. Ada yang namanya delusional
disorder yang dialami oleh
Penerima Nobel Fisika John Nash sebagaimana
diceritakan dalam buku dan film “A Beautiful
Mind”. Ada juga waham kejar dimana seseorang merasa dikejar-kejar sebagaimana
diceritakan Budayawan Kuntowijoyo
dalam novelnya “Impian Amerika”.
Falla
Adinda dalam novelnya “Heart
Emergency” menulis tentang pengalamannya saat menjadi ko-ass di Bagian Penyakit
Jiwa. Berikut kutipannya :
“Mbak Kamila tetap merasa pria itu masih sangat mencintai dirinya dan pernikahan akan berlangsung Sabtu ini. Mba Kamila juga merasa bahwa sore ini, pria tersebut akan datang menjemputnya pulang, kembali menemaninya mencari bunga untuk dipajang di altar pernikahan. Aku tinggalkan Mbak Kamila dengan sebuah perasaan iba.Ya, cinta memang sekuat itu. Cinta memang sedahsyat itu.Cinta memang salah satu stressor terbesar seseorang mengidap kelainan jiwa. Tiba-tiba, aku dihantui kecemasan. Apakah aku memang dicintai atau justru mengidap waham erotomania- merasa sangat dicintai seseorang, padahal hanya bertepuk sebelah tangan.”
Ternyata Dia Seorang Manipulator Pikiran !!!
20.09 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
Pernah bertemu dengan seorang
manipulator pikiran? Saya sering *smile. Berikut beberapa pengalaman tentang
sepak terjang seorang manipulator pikiran:
Seorang teman, Wiro, tak peduli dengan
karir, pekerjaan, tabungan, harga diri demi memenuhi keinginan seorang
manipulator pikiran, Darmin. Dia memberikan seluruh tabungan, menggadaikan
rumah, pinjam ke Bank, pinjam ke Koperasi Kantor. Dia tak peduli dengan protes
istrinya yang terpaksa hidup sangat sederhana karena Darmin terus-terusan minta
uang. Dengan tega Wiro menjual perhiasan emas istrinya demi Darmin. Sedemikian
parahnya Wiro disetir oleh Darmin, hingga dia rela menjadi penipu. Wiro berhutang
ke teman, saudara, keluarga istri sambil mengarang cerita apa saja agar
tujuannya mendapatkan duit untuk setoran ke Darmin berhasil.
Apa yang Wiro dapatkan dari Darmin si Manipulator
yang pengangguran kelas berat? Pujian, harga diri (semu) dan duit banyak (yang
hanya khayalan belaka). Wiro merupakan mangsa empuk bagi Darmin karena Wiro
sangat butuh dipuji-puji bahwa dia berharga, dia orang penting, dia akan
mendapatkan uang yang sangat banyak. Di
lain pihak, Darmin ingin hidup senang tanpa bekerja. Jadi manipulator pikiran jalan
untuk sukses. Wiro yang Manager seorang BUMN tak kunjung bisa memiliki mobil
sederhana, sementara darmin yang tak berpendidikan dan tak mau bekerja bisa
dengan gagah menyetir mobil dengan lagak orang berduit.
Asisten rumah tangga saya, Sri terjebak
masuk NII. Dia tidak mempan dinasehati. Apa pun petunjuk Atasan NII nya adalah
perintah Tuhan yang wajib dia patuhi. Demi Atasan NII Sri rela menyerahkan
seluruh gajinya, mengambil uang belanja saya, melakukan apa saja perintah si
Atasan. Sementara Asisten rumah tangga Ipar saya, Wati, yang sama-sama direkrut
NII tidak berhasil dipengaruhi. Wati kembali ke kehidupan normalnya sebagai
Asisten rumah tangga yang ceria dan gaul.
Kamis, 19 April 2012
Haruskah Setia ???
14.08 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
Beberapa waktu lalu saya melihat Yuni
Shara dan Raffi Ahmad diwawancara Tukul dalam acara “Bukan Empat Mata”. Pada
wawancara itu tampak Raffi serius mau menikahi Yuni namun Yuni masih begitu
banyak pertimbangan.
Yuni tampak realistis karena memang agak
sulit mengharapkan suami yang lebih muda 15 tahun akan setia dalam pernikahan
hingga kakek nenek. Bila suami lebih muda beberapa tahun saja seperti Dian
Nitami – Anjasmara atau Donna Agnesia – Darius, mungkin harapan setianya lebih
besar.
Kata seorang teman, “ Kita yang jauh
lebih muda daripada suami saja harus berupaya sekuat tenaga agar suami tidak
pindah ke lain hati dan ke lain guling. Bagaimana dengan istri yang 10 tahun
lebih tua daripada suami ya?” Lanjut si teman tadi, “ Kita sebagai istri harus
pasang antena untuk menjaga suami agar tak terlanjur memiliki WIL, kita harus
rajin merawat diri. Apalagi suami kita sudah mapan, banyak wanita yang bersedia
jadi istri simpanan bo.”
Saya teringat kisah Ibu Inggit Ganarsih
dengan Bung Karno. Bagaimana Ibu Inggit minta cerai dari suaminya demi menikahi
Soekarno muda yang gagah dan penuh cita-cita. Ibu Inggit dengan setia
mendampingi hingga ke daerah pembuangan BK, Bengkulu. BK sedang gagah-gagahnya
sebagai pria 40an tahun, sementara istri sudah berusia 50an tahun. Mungkin
sudah takdir ketika pria gagah ini terpikat pada gadis muda belia yang masih
malu-malu, Fatmawati.
Rabu, 11 April 2012
Makna Sukses
21.29 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
Seorang teman menyapa, “Apa kabar, sudah
sukses sekarang?”
Apakah
definisi sukses menurut anda?
Seorang
kerabat berpendapat, bahwa sukses adalah sehat, punya penghasilan bagus
sehingga bisa memberi zakat infaq shadaqah, perkawinan yang bahagia, punya
anak-anak yang sehat, sekolahnya bagus, anak bisa menikah dengan pasangan yang
bibit bebet bobot bagus dan seterusnya dan seterusnya.
Pendapat
kerabat ini merupakan pendapat yang umum di masyarakat. Seorang teman
dinasehati kerabatnya agar kompak biar bisa dikaruniai anak. “Kalian tak kompak, tak sejalan sih makanya belum juga dikaruniai
anak,” demikian nasehat kerabat yang bermaksud baik itu. Namun kerabat yang
memberi nasihat bahwa anak adalah segala-galanya, anak adalah sumber
kebahagiaan itu terbebani oleh anak-anaknya yang narkoba. Anak-anak beliau yang
narkoba itu tak mau sekolah, tak mau bekerja padahal usia sudah di atas 21
tahun, bahkan ada yang sudah menikah dan punya anak. Anak dan cucunya justru
merupakan beban bagi beliau karena tak mandiri padahal sudah dewasa
Apakah
Bunda Theresia tak sukses? Apakah Thich Nhat Hanh tak sukses? Apakah Ajahn
Brahm tak sukses? Apakah Paramhansa Yogananda tak sukses? Jalan hidup orang
berbeda-beda. Tak semua orang bisa memiliki anak biologis. Namun Paramhansa Yogananda
dipuji oleh Bapaknya sebagai orang yang memiliki banyak anak, lebih banyak dari
delapan anak Bapaknya. Anak tidak harus anak biologis. Offspring, karya hasil
kerja keras seseorang bisa dikatakan sebagai “anak”. Pramoedya Ananta Toer tak
dikenang karena anaknya, Bethoven tak dikenang karena anaknya, Bung Karno juga
tak dikenang karena anaknya. Gus Dur dikenang karena pemikiran dan tindakannya
yang berpihak pada kemanusiaan, bukan dikenang karena anak-anaknya walau
anak-anaknya mewarisi kebijaksanaan beliau.
Finding Rumi
21.16 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
Membaca buku Finding Rumi karya Najmar
adalah mengikuti perjalanan spiritual Najmar yang sedang napak tilas perjalanan
spiritual Sufi Besar Rumi di negeri
asal Rumi, Turki.
Menarik pertemuan Najmar dengan Master
(Syaikh) Tarekat Rifai pada halaman 241. Berikut kutipan percakapan Najmar
dengan Master:
Master: “Ah, aku jadi tahu Indonesia itu seperti apa. Dari kamu saja aku sudah bisa melihat, seperti apa negerimu itu.”Ketika negeriku disebut sontak aku tak terima.Najmar: “Wah, Anda tidak bisa menilai negeri saya hanya lewat saya dong. Di Indonesia banyak orang-orang pintar. Yang ada di hadapan Anda sekarang hanyalah orang Indonesia yang bodoh dan nakal. Cobalah datang sendiri ke Indonesia dan rasakanlah sendiri Indonesia.”“Ah! Itulah mengapa kamu Jabal Ibrahim dan Jabal Toriq, “kata Master mengingatkan pada mimpi yang kuceritakan padanya minggu lalu, “karena kamu tidak punya Syaikh.” Ia kemudian menjelaskan.“Orang tidak pernah tahu level nafs- nya sendiri, karena kalau ia tahu ia akan merasa sombong dan merendahkan orang lain, dan itu berbahaya karena bisa menurunkan levelnya. Hanya Syaikh pembimbing yang bisa mengetahui tingkat nafs murid-muridnya dan membantunya agar mampu mencapai level berikutnya, “jelas Master.“Kalau kamu bilang gurumu banyak, bagaimana bisa? Karena setiap guru akan berbicara tentang kebenaran sesuai dengan level nafs-nya masing-masing. Apa kamu tidak akan bingung? Dan jika kamu berguru pada orang yang levelnya rendah dari kamu, haram hukumnya. Kamu mengerti itu?”Aku diam, menunggu apa lagi yang akan ia katakan.
Label:
BUKU,
Life,
Master,
Najmar,
Penulis,
Review,
Rumi,
Spiritual,
Syaikh,
Tarekat Rifai,
Turki
|
0
komentar
Fokus
20.47 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
Menarik tweet Dewi Lestari, @deelestari, tentang proses menulis buku terbarunya, Partikel, yang akan launching Friday 13 th April
2012. Dalam rangkaian tweet nya Dee menulis bahwa selama penulisan buku
Partikel Dee hidup bagai hermit. Pantas dalam tweet beberapa
bulan lalu Dee tak tahu tentang slurpee, minuman yang populer di Sevel, 7 eleven, yang laris sebagai tempat
kongkow di tempat-tempat strategis di Jakarta. Selama penulisan Partikel, Dee tak menerima undangan talk
show di tv-tv. Mengurus suami dan anak-anak tetap, namun tak sempat memasak
spesial untuk suami. Ini contoh pentingnya fokus. Dengan fokus, penulisan buku
Partikel setebal 500 an halaman dapat diselesaikan dengan sukses.
Dalam buku The Sh@llows, Nicholas Carr menuliskan hasil
penelitian tentang orang yang membaca buku tercetak dengan yang membaca buku di
internet. Ternyata membaca buku tercetak lebih fokus daripada membaca buku di
internet. Itu karena internet tidak hanya menghadirkan buku tetapi juga yang
lainnya melalui hyperlink informasi
di sekitarnya, bahkan di dalam buku itu sendiri.
Kesulitan fokus ini, masih dalam buku The Sh@llows, membuat seseorang yang
tadinya kutu buku dan pintar menulis, setelah asyik tenggelam dalam komputer
dan internet cukup lama tiba-tiba merasakan perubahan drastis. Intensitasnya
dalam membaca buku menurun. Demikian juga dengan konsentrasinya dalam berpikir
dan menulis. Seseorang itu merasakan ada perubahan dalam otaknya.
Label:
Anand Krishna,
Andrew Carnegie,
BUKU,
Dee Lestari,
Life,
Nicholas Carr,
Penulis,
The Shallows
|
0
komentar
Kamis, 05 April 2012
The Raid Movie
19.25 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
Walaupun
sudah dengar kalo The Raid film yang
penuh kekerasan dan sadis tetap aja penasaran pingin nonton, seperti apa sih
film Indonesia yang menembus pasar internasional, yang banyak direkomendasikan
oleh para selebtweet...
Memang
banyak adegan sadis sih, tapi aku tutup mata bila ada adegan sadisnya. Cuman
menurutku masih lebih sadis The Hunger
Games, dimana hanya ada satu peserta yang dibiarkan hidup di antara 24
peserta. Jadi perlu saling membunuh, anak kecil lucu pun dibunuh...hiiiiiii.
Dari
film The Raid terlihat bahwa
sebenarnya profesi penegak hukum (Polisi, Tentara, Jaksa, Hakim, Pengacara) itu
sangat mulia, bertarung mempertaruhkan nyawa demi keamanan dan kepentingan
masyarakat banyak. Sangat disayangkan bila profesi yang sangat mulia menjadi
profesi yang dilecehkan masyarakat karena ulah beberapa oknum penegak hukum
yang serakah, yang mementingkan kepentingan diri, kerabat, kelompok.
Yang
paling berkesan adalah adegan akhirnya, kereeeeenn!!! Pemeran utama, Iko Uwais
(lupa namanya dalam film) mengajak Donny Alamsyah (lupa juga namanya dalam film
*smile) untuk bertaubat, kembali ke jalan yang benar. Namun Donny tetap memilih
jalan hidup sebagai orang kriminal, karena PAS. Asli keren untuk saya yang
sering melihat adegan tokoh kriminal menjadi insyaf dan kembali ke jalan benar
setelah mendapat nasihat dari pemeran utama #haiiiaah. Dalam kehidupan ini
pasti ada hitam putih, yin yang, peran baik peran kriminal. Bila sudah tak ada
lagi dualitas, manusia berperan sebagai orang baik semua, permainan dunia
selesai, masuk surga rame-rame *amiiin.
Senin, 02 April 2012
LEBAY
22.32 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
Tertawa
terbahak-bahak saat membaca tweet seorang gadis penulis, “Aku tak mencari pria
yang sangat mencintaiku, tapi aku mencari pria yang tak dapat hidup sedetik pun
tanpa diriku”.
Hihihi...mana
ada orang yang tak dapat hidup sedetik pun tanpa pasangan yang sangat
dicintainya. Ada memang pasangan yang saling mencintai (dengan sangat) seperti
Presiden RI ke tiga, Prof. BJ. Habibie dan Ibu Ainun. Namun jarang makanya bisa
jadi cerita slash perbincangan.
Sesuatu yang umum tak akan menjadi cerita karena membosankan.
Adakah
cinta mati seperti cinta Romie dan Juliet? Beberapa novel/ chicklit/ metropop
laris menuliskan cerita tentang cinta mati pria pada tokoh utamanya....dan
laris!!! Mungkin karena menawarkan mimpi tentang seseorang yang sangat mencintai
pasangan wanitanya. Jalan ceritanya bagus, settingnya bagus namun kita tak bisa
belajar dari tokoh-tokoh di novel tersebut karena tokohnya tokoh khayalan, yang
jarang sekali ada di dunia nyata.
Sangat
beda dengan karya sastra, walau ceritanya mungkin rekaan namun karakter
tokoh-tokohnya hidup, kita bisa belajar tentang kehidupan dari tokoh-tokoh di
novel tersebut. Ada juga sih tokoh-tokoh di novel metropop yang membumi, bukan
khayalan tingkat tinggi, misalnya tokoh-tokoh dalam novel metropop karya
Alberthiene Endah atau Sophie Kinsella, Jane Green atau Kavita Daswani.
KOMUNITAS
01.19 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
Seseorang menanggapi status seorang teman
di FB tentang komunitas ,”Yang penting saya selalu belajar dari mana saja, saya
tak mau terikat dengan satu Komunitas Spiritual”.
Hmmm, apakah perlu orang bergabung dengan
satu komunitas termasuk komunitas spiritual? Ada komunitas pengajian, ada
komunitas pecinta buku, ada komunitas penulis buku, ada komunitas survivor
kanker, komunitas diabetes, komunitas gowes dll.
Tante saya -seorang penderita diabetes
yang cukup serius- sangat terbantu saat bergabung dengan komunitas diabetes.
Beliau mendapat support dan info yang sangat membantu untuk hidup dengan diabetes,
yang tak bisa sembuh seumur hidup tapi bisa dikontrol sehingga penderitanya
bisa hidup berkualitas sebagaimana orang sehat. Tante saya kemudian aktif di
komunitas tersebut. Beda dengan seorang tante saya yang tak mau mengakui bahwa
beliau seorang penderita diabetes. Tante ini terkenal sehat, bugar dan aktif di
usia di atas 60 tahun, malu dong kalo ketahuan kena diabetes juga. Tante ini
kemudian terpaksa dioperasi kakinya karena luka yang membusuk akibat diabetes
yang tak terkontrol.
Saya membaca status seorang presenter yang
anaknya autis. Dia menangis bila melihat anak-anak “normal” bisa ini itu sementara
putrinya yang berusia sama belum bisa. Presenter ini terbantu, merasa besar
hati setelah mengikuti seminar tentang autism, berteman dan bergaul dengan
orang-orang yang memiliki anak autis, bisa belajar banyak dari mereka.
Komunitas sangat membantu untuk support seseorang.
Langganan:
Postingan (Atom)
Translate
About Me
- Guruntala
- 🌹A dam mast qalandar. #BlessingsClinic 🌹Give some workshops: Meridian Face & Body Massage, Aromatherapy Massage with Essential Oils, Make up. 🌹Selling my blendid Face Serum. IG & twitter: @guruntala