Rabu, 08 Mei 2013

Bila Fitnah Merajalela



Kitab suci menyatakan bahwa fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Orang akan berpikir-pikir dulu untuk melakukan pembunuhan. Bila ketahuan, bisa mendapatkan hukuman mati. Bila menyebarkan fitnah, apa hukumannya? Kecuali bila yang difitnah adalah orang yang berkuasa dan berduit. Orang yang menfitnah akan disomasi, mungkin digebukin sampai kapok oleh tukang pukul, dan bisa penjara beberapa tahun.

Padahal fitnah lebih kejam daripada pembunuhan...

Ketika Jaksa Agung Baharuddin Lopa meninggal, beredar issue bahwa beliau meninggal di racun. Tentu pihak yang berkepentingan membunuh beliau adalah pihak yang akan mendapatkan hukuman berat akibat pelanggaran hukum yang merugikan masyarakat banyak. Jaksa Agung Baharuddin Lopa meninggal dengan nama harum. Beliau adalah contoh penegak hukum yang berani menegakkan keadilan tanpa pandang bulu. Jaksa Agung Baharuddin Lopa adalah teladan bagi pejabat dan penegak hukum karena beliau menolak gratifikasi dalam bentuk apapun, beliau hidup sangat sederhana.

Bagaimana bila Jaksa Agung Baharuddin Lopa “dibunuh” dengan fitnah ? Misalkan beliau di issue kan melakukan pelecehan seksual, menerima suap dll. Masyarakat yang akan rugi bila “memakan” fitnah tersebut. Tidak ada lagi sosok penegak hukum yang berintegritas, bersih dan dipercaya. Masyarakat yang tidak percaya lagi pada penegakan hukum akan cenderung main hakim sendiri, karena merasa percuma untuk memproses satu kasus secara hukum. Hanya akan membuang-buang duit dan waktu saja! Masyarakat yang kacau tanpa penegakan hukum akan hancur, dan biasanya hanya bisa dikendalikan oleh pemerintahan militer.

Fitnah lebih kejam daripada pembunuhan...

Misalkan Walikota Surabaya, Ibu Tri Rismaharini difitnah. Misalkan beliau difitnah selingkuh dengan suami orang atau dengan brondong (amit-amit). Beliau dan keluarganya akan depresi. Masyarakat rugi karena kehilangan sosok pejabat teladan seperti Ibu Tri Rismaharini. Masyarakat akan kehilangan pejabat yang mendedikasikan hidupnya untuk melayani rakyat, kehilangan pejabat yang hidup sederhana dan menolak gratifikasi...

Demikian pula bila pejabat yang bagus seperti Jokowi dan Ahok difitnah. Masyarakat yang akan rugi karena kehilangan pejabat yang berintegritas.

Fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Sebab itu kitab suci mengajarkan, bila ada berita yang sampai pada kita harap diperiksa dulu kebenarannya. Jangan sampai kita berbuat zalim kepada orang yang tidak bersalah. Dan bersikap adil lah kepada siapapun tidak pandang bulu.

Sikap adil adalah syarat utama masyarakat madani atau sipil. Para penegak hukum dan media harus berlaku adil demi kelangsungan masyarakat madani. Bila penegak hukum menerima gratifikasi, pemilik media tidak adil, kehancuran masyarakat sudah bisa ditebak. Masyarakat yang tidak adil akan menjadi bangsa budak atau menjadi masyarakat di bawah pemerintahan militer.

Masyarakat umum tampaknya biasa-biasa saja ketika Pak Anand Krishna difitnah dan kemudian dipenjara. Karena banyak media tidak berlaku adil dengan pemberitaan yang memihak. Padahal fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Satu masyarakat bisa hancur karena fitnah.

Tahukah masyarakat bahwa Bapak Anand Krishna menemukan metode ampuh untuk menyembuhkan kecanduan pada narkoba, obat-obat anti depresi, trauma berkepanjangan.

Punya kerabat yang anaknya narkoba? Langit seakan runtuh bila anak kecanduan narkoba. Anak akan hancur hidupnya, tidak mau belajar, tidak mau bekerja, butuh duit terus-terusan untuk membeli narkoba. Pecandu narkoba akan melakukan apa saja, menipu, mencuri demi mendapatkan narkoba.

Suatu kebahagiaan yang luar biasa bila seorang anak bisa bersih dari kecanduan narkoba. Banyak peserta di Anand Ashram yang sembuh dari kecanduan narkoba, dan dari kecanduan obat anti depresi.
Pak Anand Krishna telah menulis sekitar 150 buku dengan berbagai tema. Ada buku yang membahas tentang kesehatan, tentang pendidikan, tentang budaya, tentang nasionalisme, tentang apresiasi berbagai ajaran agama dan kepercayaan. Buku beliau bagus sekali untuk self empowerment & wellbeing.

Rugi sekali satu bangsa yang melempar tai pada seorang guru spiritual. Bagaimana mungkin Metro TV menayangkan cerita Dewi Yogo yang mendiagnosa bahwa Pak Anand Krishna melakukan pelecehan, melakukan cuci otak bla bla bla. Tahukah masyarakat bahwa si pakar Dewi Yogo itu bukan seorang psikiater bukan psikolog klinis,  namun dia berani mendiagnosa orang seperti seorang Psikiater! Dan Metro TV membiarkan pelanggaran etika jurnalisme, demikian pula dengan TV One. Tayangan pada tv lain tidak sempat saya tonton.

Silakan klik FreeAnandKrishna.com untuk mengetahui kejanggalan-kejanggalan pada kasus Anand Krishna. Silakan mendengar rekaman sidang Hakim Albertina Ho dengan saksi-saksi Tara yang absurd. Bila anak gadis anda mengalami pelecehan seksual, siapa yang mengurus? Anda atau orang lain yang bukan kerabat bukan sahabat? Yang mengurus kasus Tara ini adalah seorang mafia kasus yang memberi uang pada saksi-saksi, membiayai operasional penyerangan fitnah, membayar demo FPI, mencarikan pengacara dll. Ada seorang gadis, yang menurut visum virgin, tanpa bukti dan saksi mata tampil di TV One mengatakan bahwa dia dilecehkan. Setelah tampil di TV One baru lah Tara Pradipta Laksmi lapor polisi. Hmmmm...

Berhatilah-hatilah masyarakat yang berlaku zalim kepada seseorang yang tidak bersalah. Mau percaya atau tidak, silakan. Namun kita semua saling terkait. Kehancuran satu bangsa bukan karena adanya sekelompok penjahat. Namun karena orang-orang baik di negara itu diam saja atau tidak peduli. Quote Swami Vivekananda dan Edmund Burke ini relevan dan terbukti benar.

TerimaKasih... Namaste _/l\_

0 komentar:

Posting Komentar

Translate

About Me

Foto Saya
Guruntala
🌹A dam mast qalandar. #BlessingsClinic 🌹Give some workshops: Meridian Face & Body Massage, Aromatherapy Massage with Essential Oils, Make up. 🌹Selling my blendid Face Serum. IG & twitter: @guruntala
Lihat profil lengkapku

Followers

Komentar Terbaru

Visitors

free counters