Selasa, 08 Oktober 2013

Belajar dari Penulis Produktif: Clara Ng




Saya suka rubrik “Aku & Rumahku” pada Harian Kompas Minggu, 6 Oktober 2013, yang menampilkan rumah Clara Ng. Yang menarik sih adalah cerita penghuninya karena penataan rumah Clara tampak sederhana. Yang unik mungkin koleksi ribuan buku pada ruangan kerja Clara.

“Saya menulis di satu laptop, tetapi mengerjakan tulisan itu dengan mengakses dua laptop dan ribuan buku di ruangan ini,” katanya tertawa.

Sisanya, Clara sendirian. Ia memang selalu menganggap proses kreatifnya adalah kerja soliter. Kesendirian memberinya ruang dan waktu untuk bercengkerama dengan tokoh-tokoh rekaannya, melintaskan mereka dari ruang dan waktu rekaan yang satu ke ruang dan waktu rekaan lainnya.

Menulis memang pekerjaan yang menuntut kesendirian. Walau ada yang penulis yang suka menulis di cafe, tetap saja dia “menyendiri” dalam dunia menulis. Hanya ada dia dan tulisannya.

Gemericik air dari kolam di samping ruang keluarga itu lebih sering terdengar dibanding suara televisi gara-gara “no tv rule” yang diberlakukan bagi Elysa dan Catrina.

Sudah tiga tahun kami dilarang menyalakan televisi,” tutur Elysa tersenyum-senyum. Hasilnya, Elysa lebih banyak membaca, bahkan mulai melahap dan menulis resensi karya para peraih Nobel Sastra, seperti Ernest Hemingway atau William Faulkner, di dalam blognya. Semua, lagi-lagi dari kamar kerja Clara.

Televisi banyak menyita waktu ya. Karena tidak menonton televisi, Elysa dan Catrina jadi banyak membaca, dan menulis di blog! Membaca membuat seseorang lebih cerdas, beda dengan menonton televisi yang membuat otak tidak berimajinasi.

Saya terkesan dengan blog Elysa Ng. Elysa masih berusia 11 tahun namun sudah bisa menulis resensi buku yang berbobot, dengan bahasa Inggris yang lancar pula.

Saya hanya keluar rumah jika memiliki tujuan pasti dan tidak mengundang kawan ke rumah. Tidak ada pelatihan menulis di rumah, tidak ada perbincangan dengan kolega di rumah. Tamu yang paling sering datang adalah kurir pembawa kontrak kerja penulisan,” tawa Clara lepas.

Jarang keluar rumah dan rajin bekerja adalah rahasia mengapa Clara begitu produktif. Saya pernah membaca twit Alberthiene Endah, penulis yang sangat produktif, bahwa beliau mengurangi acara pergi-pergi, main ke mall, agar bisa produktif menulis. Nongkrong di cafe atau sering ke mall memang membuang-buang waktu.

Ada “kemewahan” lain Clara, sesuatu yang selalu menautkan dengan kenangan masa kecilnya. Di rumah Clara, sang ayah “menyita” sebuah ruang di lantai atas untuk menaruh ratusan koleksi guci dan keramik yang diselamatkan dari 16 kapal dagang yang berabad-abad silam tenggelam di berbagai laut perairan Nusantara. “Saya mengumpulkannya selama lebih dari 30 tahun,” kata sang ayah, Atma Djuana, yang Selasa sore singgah di rumah Clara.

“Koleksi itu adalah bagian dari masa kecil saya,” katanya tertawa. “Masa kecil saya hidup dengan kegemaran ayah saya memburu keramik dan guci kuno. Karena hobi ayah saya akan barang bersejarah, setiap minggu saya dibawa jalan-jalan ke museum di seluruh Jawa dan Sumatera,” ujarnya.

Tak aneh kalau Clara Ng selalu kaya khayalan, masa kecilnya memang kaya warna. “Ah, saya malah belum pernah membuat cerita dari pengalaman masa kecil keluar masuk museum itu,” katanya, lagi-lagi tertawa. Tertawa yang kemudian menandakan keluarga ini selalu dilimpahi kebahagiaan.

Kekayaan seorang penulis memang imajinasi. Dan kekuatan Clara adalah giat bekerja. Tanpa giat bekerja, mustahil untuk menjadi penulis produktif.

Menarik bukan?

TerimaKasih...Namaste _/l\_

0 komentar:

Posting Komentar

Translate

About Me

Foto Saya
Guruntala
🌹A dam mast qalandar. #BlessingsClinic 🌹Give some workshops: Meridian Face & Body Massage, Aromatherapy Massage with Essential Oils, Make up. 🌹Selling my blendid Face Serum. IG & twitter: @guruntala
Lihat profil lengkapku

Followers

Komentar Terbaru

Visitors

free counters