Selasa, 06 Desember 2011
Teh Nia Dinata
08.30 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
Nia
Dinata adalah salah satu sutradara film Indonesia yang fenomenal. Film-film
besutannya sangat menarik. Saya suka film-film Teh Nia antara lain, Cabaukan, Arisan! dan Berbagi Suami.
Yang
menarik adalah Nia Dinata menulis sendiri skenario film yang dibuatnya. Saya
termasuk orang yang percaya bahwa we are
what we read, what we listen, what we write. Dalam hal film begitu juga.
Film terbaru Nia Dinata menjelaskan pandangan Nia tentang kehidupan. Film Arisan!2 menggambarkan kehidupan
sosialita Jakarta, yang takut tua, yang jadi pelanggan dokter kulit untuk
melawan kerut dan tanda-tanda penuaan. Juga fenomena para LGBT -Lesbian, Gay, Biseks dan Trangender-, yang ada di sekitar kita,
yang perlu kita terima tanpa penghakiman. Film Arisan!2 juga bercerita
tentang Meimei yang menderita kanker stadium akhir, bagaimana Meimei menghadapi
vonis tersebut sambil menikmati hidup di pantai Gili Trawangan Lombok yang sangat
memikat, bagaimana Meimei bersama dr Tom, terapis alternatif healing Meimei di Lombok, menghadiri upacara Waisak . Saya
tak puas hanya sekali menonton. Pemandangan Borobudur malam hari yang dihiasi
lampion sangat memukau, indah dan syahdu. Keuntungan berulang-kali nonton film
ini adalah kita bisa menikmati pemandangan bawah laut pantai Gili Trawangan
tanpa harus belajar diving lebih
dulu. Kehidupan bawah laut benar-benar indah, serene...
Lebih
lanjut tentang Teh Nia Dinata bisa dibaca di Kompas kita , di harian Kompas Selasa
1 November 2011. Berikut cuplikannya:
Amanda Puspita Sari: Mbak Nia salah satu
pembuat film Indonesia favorit saya karena konsisten mengangkat film bertema
feminisme, seksualitas, dan LGBTIQ (lesbian, gay, biseksual, transgender,
interseks, dan queer). Apa yang ingin Anda sampaikan melalui film-film tersebut?
Nia
Dinata: Kaum minoritas itu tidak bisa dianggap tidak ada. Kita semua ada di
dunia ini unik , dan saya percaya keunikan masing-masing dapat memperkaya
dinamika masyarakat secara umum.
Gita Maria: Saya menyukai film yang
memotret kehidupan sosial komunitas dan menceritakan pahit manisnya kehidupan
mereka. Itu sebabnya saya mengagumi film karya Teh Nia. Apa yang menginspirasi
Teh Nia membuat Arisan!, Berbagi Suami, dan Perempuan Punya Cerita ?
Mana yang Teh Nia lebih sukai, menjadi
sutradara atau produser film ?
Nia
Dinata : Sebenarnya hampir semua inspirasi datang dari hasil observasi saya
dalam kehidupan sehari-hari. Apa yang terjadi di sekitar kita dalam 24 jam di
satu hari itu sebenarnya kaya dengan cerita kemanusiaan. Arisan! Benar-benar terinspirasi persahabatan saya dengan beberapa
kawan sejak SMA. Kehidupan kami berevolusi,
kami sangat sibuk setelah dewasa dan jarang memiliki waktu bertemu. Namun, kami
selalu menyayangi satu sama lain. Ada saja masalah hidup yang kami pecahkan
bersama.
Kalau Berbagi
Suami, saya mulai menulis skenarionya karena gelisah mengamati fenomena
poligami di Indonesia. Saya riset dan membandingkan fenomena tersebut di
negara-negara lain dan memang poligami adalah kebiasaan yang menimbulkan
masalah cukup universal. Di belahan dunia manapun mirip-mirip kasusnya hehe. Perempuan
dan anak-anak si pelaku poligami selalu menjadi korban.
Saya sebenarnya tidak alih profesi, tapi
menambah profesi hehe, dari sutradara ke produser atau penulis skenario. Semua
itu sama menyenangkan karena menghasilkan film yang sesuai dengan
prinsip-prinsip humanis.
Irma Fransisca: Mbak Nia, bagaimana cara
agar naskah atau sinopsis yang saya buat bisa nembus ke rumah produksi Mbak?
Nia
Dinata: Cara agar naskah sampai ke Kalyana Shira Films, email skenarionya ke kalyanashira@yahoo.com nanti dibaca asisten saya dulu, baru kalau formatnya
baik dan ceritanya menarik, disaring untuk saya baca. Karena setiap hari banyak
yang mengirimkan skenario, agak susah waktu saya untuk baca semua. Kalau sudah
di-email skenariomu, ingatkan saya
lewat twitter @tehniadinata, nanti
saya sisihkan waktu untuk membacanya. Good
luck!
Valda Kustarini: Apa sih yang menarik
dari membuat film? Unsur apa aja yang harus ada kalau kita mau bikin film yang
bagus?
Nia
Dinata: Wah, membuat film itu pekerjaan paling indah dan guru kehidupan paling
bijaksana. Karena dalam proses menulisnya saja sudah personal dan istimewa.
Kita terbenam dalam kata dan visualisasi berbulan-bulan, seperti sedang
meditasi sendiri hehe. Lalu, persiapannya membuat kita belajar membumi karena
harus bekerja sama dengan banyak orang dari latar belakang kehidupan dan
pendidikan yang berbeda-beda.
Lalu, film juga ada faktor ekonomi
kreatifnya. Saya harus belajar mencari investor dan mencoba memahami pemikiran
kapitalis sehingga harus pandai berdiplomasi agar tak terseret terlalu jauh ke
dunia itu. Intinya, membuat film mengajarkan saya untuk balance dalam melihat hidup.
Untuk membuat film bagus, kita harus
sabar, mau bersusah payah mengembangkan cerita berbulan-bulan, bahkan
bertahun-tahun. Kita tak boleh patah semangat karena pasti akan ada
penolakan-penolakan. Paling penting bikin film itu tak bisa buru-buru. Semua
ada tahapan-tahapan dan proses yang harus dilewati. Bukan instan, bulan ini shooting, dua bulan lagi filmnya tayang.
Bramantyo: Apakah ada
film yang terinspirasi kehidupan pribadi?
Nia
Dinata: Memang tema bisa dari kehidupan pribadi, seperti friendship dalam Arisan! yang
terinspirasi persahabatan saya dengan beberapa kawan sejak SMA. Tapi, detail
ceritanya hanya imajinasi. Film-film lain, hampir semua terinspirasi analisis
yang saya lakukan sehari-hari, melihat kehidupan dan konflik-konflik yang ada
di dalamnya.
Yogi Hendra: Bagaimana
perjuangan Mbak Nia sampai menjadi
sutradara sukses?
Nia
Dinata: Sukses sebagai sutradara itu sebenarnya relatif, Yogi. Yang penting
kita harus passionate dalam
menjalankan pekerjaan pilihan. Tapi passion
saja tak cukup. Yang penting harus ada kesadaran (consciousness) dalam menjalankannya sehigga selalu keluar energi
yang memadai dari diri kita.
Menjadi sutradara dan produser film itu
pekerjaan yang memeras otak dan fisik sekaligus. Karena energi itu available, semua menjadi ringan
jalannya.
Hartoyo: Mbak Nia melalui Kalyana Shira
Foundation banyak memproduksi film tentang situasi perempuan dan kelompok
marjinal, seperti kelompok gay dan waria di Indonesia. Apa yang mendasari Mbak
Nia mau memproduksi film-film bertema isu tersebut, yang masih dianggap
sensitif? Apakah tantangan terberat dan kesenangan dalam menghasilkan film-film
tersebut?
Nia
Dinata: Saya melakukan itu karena kepedulian terhadap film-film tentang
kelompok gay dan waria di Indonesia
masih minim. Kalaupun ada, kelompok ini hanya dijadikan bahan lelucon. Padahal,
film bisa dijadikan media berekspresi yang tokcer untuk siapa saja termasuk
kelompok ini. Jadi, saya sengaja melalui Yayasan Film Kalyana Shira berfokus di
area yang tak banyak kalangan ingin dukung.
Monika Ekawati: Bagaimana ide kreatif
itu selalu muncul melahirkan karya besar? Apa Mbak punya kiat tertentu untuk
semua itu? Sharing dong kiat-kiatnya. Bagaimana membagi waktu dengan tugas yang
lain? Bolehkan minta alamat emailnya?
Nia
Dinata: Semua itu berawal dari passion.
Jadi, memang sudah dari dulu suka dengan film dan sekolah film. Cerita-cerita
yang saya garap sebenarnya sederhana saja. Tapi kita terkadang melupakan hal-hal
simple. Padahal, dari sesuatu yang simpel bisa muncul cerita yang menarik.
Kiatnya ada di penokohan karakter ketika kita menulis. Masing-masing karakter
harus digambarkan dengan kuat dan unik sehingga selain penonton tertarik
mengikuti jalan ceritanya, mereka juga berempati dengan tokohnya.
Subendra Sie: Mbak Nia yang baik, tidak
berniat membuat film mengenai kondisi bangsa kita yang sedang carut-marut
seperti sekarang? Jika ya, kira-kira tema apa yang paling menarik?
Nia
Dinata: Subendra yang baik juga, memang kondisi bangsa kita sedang carut-marut,
hampir dari segala unsur. Jadi agak sulit mau menggambarkannya dalam sebuah
film. Tapi film itu kan potret kondisi sosial atas sebuah zaman, jadi bisa
diambil dalam banyak film dari sudut pandang yang beragam juga.
Tema yang paling menarik sebenarnya
bagaimana membuat film sejarah, tapi tidak kolosal. Cukup dengan pengkarakteran
dua tokoh penting saja, seperti Frost/Nixon,
salah satu film sejarah politik favorit saya.
Cita-cita saya juga untuk bisa membuat
film politik yang sederhana tetapi sangat dalam semacam itu. Bantu doa saja
ya...
Menarik
bukan pribadi dan pandangan hidup seorang Teh Nia Dinata...
Namaste
Beloved Friends...
Sabtu, 03 Desember 2011
LOVE HATE RELATIONSHIP
17.30 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
Pernah
dengar seorang Donatur Yayasan, misalnya Yayasan Dompet Dhuafa, Yayasan Kanker
Anak, ngomel-ngomel karena pihak yang diberi bantuan tak tahu berterimakasih? Kalo
saya tak pernah. Paling pol, donatur hanya
menanyakan transparansi suatu yayasan, untuk memastikan bahwa sumbangannya
tersalurkan untuk pihak yang membutuhkan.
Pernah dengar sukarelawan proyek sosial misalnya, sukarelawan di Blood4Life, sukarelawan di Yayasan Kanker Anak yang ngomel-ngeomel karena pihak yang diberi bantuan tak tahu berterimakasih? Saya belum pernah. Yang sering saya dengar adalah mereka bahagia bisa menjadi sukarelawan.
Bila yang dibantu adalah orang yang dikenal baik, saudara, teman, sering terdengar kata “tak tahu berterimakasih” karena pihak yang diberi bantuan perilakunya mengecewakan si pemberi bantuan.
Sering
terdengar kata-kata, “ Saat dia miskin dia minta bantuan ke aku. Giliran sudah
mapan, dia lupa padaku. Dia malah berteman dengan orang-orang yang saat dia
miskin tak mau menengok dia sebelah mata.” Atau kalimat familiar seperti “Yang
membantu dia dapat pekerjaan kan aku, sekarang saat aku butuh bantuan, dia tak
tergerak sedikit pun untuk nolong, huh.” Atau “Kalo lagi susah dia minta tolong
ke aku, giliran senang dia menengok pun tidak “.
Kenapa ngomel-ngomel ketika orang yang kita kenal mengecewakan, karena ada hubungan emosi. Kalo dengan orang yang tidak kita kenal, kita bahagia karena bisa membantu, selesai. Tinggal tunggu pahala dari Yang Maha Pengasih.
Orang
yang tidak kita kenal tidak akan mengecewakan kita. Orang yang kita kenal bisa
mengecewakan kita. Orang yang kita cintai bisa mengecewakan dan menimbulkan
kebencian yang amat sangat pada rata-rata kita.
Jumat, 02 Desember 2011
Modal Penulis
15.30 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
Seseorang
mention @ikanatassa, pengarang novel A Very Yuppy Wedding, mengapa isi
novel-novel Ika Natassa selalu menceritakan diri sendiri. Mungkin maksud
seseorang tersebut, tokoh-tokoh dalam novel-novel Ika Natassa adalah seorang
Banker seperti Ika Natassa.
Mira
W menulis novel yang tokoh-tokohnya seorang dokter seperti profesi Mira W.
Pengarang NH. Dini menulis seri novel tentang kehidupan yang dijalaninya mulai
kecil, jadi pramugari, istri Diplomat Perancis, hingga menjalani masa tua di Ungaran.
John Grisham yang terkenal dengan novel-novel best seller, A Time to Kill, The Firm, Pelican Brief, The Client dll bercerita seputar
dunia John Grisham, dunia seorang Lawyer.
Kamis, 01 Desember 2011
Teteh Mini
07.00 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
Teteh Mini datang Februari tahun ini ke
rumah sebagai Asisten Rumah Tangga. Saya bertanya-tanya, mengapa tuhan
mengirimkan seorang Teteh Mini ke saya, mengapa bukan Teteh yang lain.
Saat dia datang, saya menanyakan umurnya.
Saya: Kamu lahir tahun berapa? Mini : Tahun 2002 Bu. Saya tanya lagi: O, itu
tahun kamu masuk sekolah, yang kutanya kamu lahir tahun berapa? Mini : Tahun 2002. Saya : Yang kutanya, kamu lahir tahun berapa? Mini sambil memandang heran:
Tahun 2002 Bu. Saya diam terpekur. Wah, ini tanda-tanda orang yang gak betah di
rumah saya karena saya termasuk orang yang kurang sabar menghadapi ART tulalit.
Ternyata
dia betah juga di rumah hingga 10 bulan. Dia berjasa menjaga Ibu saya saat saya
Umroh, saat saya ke Gorontalo ikut reuni, saat saya keluar rumah untuk urusan
pekerjaan dan sosialisasi. Namun pada bulan ini, dia terpikat ajakan temannya
untuk bekerja di tempat yang lebih menjanjikan. Semoga dia mendapat Boss yang
sabar...
Alexandra Dewi
07.00 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
Saya
baru saja membaca buku “Pernikahan Antar Bangsa” dimana ada beberapa pasangan
yang menikah dalam kondisi “baru-kenal”. Mereka punya visi-misi yang sama,
menurut mereka, yaitu menomor-satukan Allah dalam pernikahan mereka. Punya
tujuan yang sama merupakan point yang bagus, namun bagaimana jalan bersama
menuju tujuan itu. Apakah membahagiakan ? Mungkin Ibu-ibu yang mengisahkan
kisahnya begitu ikhlas sehingga menerima apapun onak dan duri dalam
pernikahannya.
Saya
membaca juga kisah pernikahan antar-bangsa dalam majalah Pesona edisi Oktober
2011. Ibu yang menuliskan kisahnya dalam majalah Pesona ini lebih terbuka
dimana dia menceritakan bahwa kehidupan perkawinannya tak mudah. Walaupun dia -Hartati
Nurwijaya- menikah karena cinta, namun dia tetap mengalami masa-masa penuh
stress, bagaimana dia harus berjuang menghadapi culture shock dan post power
syndrome. Dari wanita yang memiliki penghasilan sendiri, menjadi peminta
uang pada suami. Hartati berhasil memulihkan kepercayaan-dirinya dan bisa
menjalani hari-harinya dengan bahagia. Dia menjadi penulis dan menjadi tour leader paruh waktu. Buku pertama
Hartati berjudul “Love and Shock:
Perkawinan Antar Bangsa” laris dan dicetak ulang.
Kisah
pernikahan yang happily ever after
hanya ada dalam Kisah Cinderella. Kenyataan dalam hidup tidak sesederhana itu. Untuk
itu orang harus terus belajar, dari pengalaman hidup, dari buku-buku. Buku-buku
karya Alexandra Dewi antara lain “the heart inside the heart” dan “It’s Complicated” very recommended
untuk wanita yang mau menikah maupun yang sudah menikah. Tulisan-tulisan di
buku Alexandra Dewi ini bagai teman
yang sharing pengalaman tanpa menghakimi.
Rabu, 30 November 2011
Word Is Me
02.04 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
Sangat bersyukur mendapat kesempatan
mengikuti Workshop sehari #wordisme 19 November 2011 di Gedung Kompas Gramedia,
Palmerah, Jakarta. Workshop ini digagas oleh Mbak Alberthiene Endah dan
didukung oleh para penulis kondang , yang sudah membuktikan bisa “write for
life”. Para penulis ini berbagi untuk mereka yang berbakat dan berminat
mengembangkan diri melalui kemampuan menulis. Karena banyak sekali anak muda
yang ingin menulis, ingin berkarir di bidang tulis menulis, namun tak mengerti
bagaimana jalannya, atau karena dibelenggu oleh rasa tak percaya diri. Demikian
pengantar dari Mbak Alberthiene Endah mengawali Workshop Menulis WORDISME,
“Menulis untuk hidup dan menghidupkan”.
Kita, 300 peserta yang beruntung ini bisa
bertatap-muka dan mendengarkan sharing dari Petty S. Fatimah (Pemred majalah
Femina), Reda Gaudiamo (Pemimpin Grup Majalah Lifestyle Gramedia), Alberthiene
Endah (Penulis Biografi, Novelis), Raditya Dika (Blogger sukses, Penulis), Ollie
Salsabeela (Blogger, Entrepreneur Penerbitan), Djenar Maesa Ayu (novelis,
cerpenis), Clara Ng (novelis, cerpenis), Salman Aristo (penulis skenario film
layar lebar), Alexander Thian (penulis skenario sinetron dan editor), Aditya
Gumay (sutradara, penulis skenario), Windy Ariestanty (editor penerbit Gagas
Media), Hetih Rusli (editor penerbit Gramedia Utama).
Minggu, 30 Oktober 2011
TAROT
02.02 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
Saya
termasuk orang yang anti diramal. Saya pernah sebel sama teman yang antusias
mau melihat tangan saya untuk meramal. Emang ada yang minta diramal dia? Hehehe
Bayangkan
bila kita diramal mau meninggal sebulan lagi, atau mau ketemu jodoh, mau bercerai,
keluarga terdekat kita mau kecelakaan dst dst. Bila ramalannya tentang musibah,
belum kejadian kita sudah stress duluan. Bila diramal mau dapat rezeki nomplok,
kita bakal kepikiran “beneran gak ya”, “kapan ya ramalan itu jadi kenyataan”,
“jangan-jangan si peramal salah”. Pikiran berkecamuk, jadinya stress juga.
Intinya
diramal a la ramalan Mama Laurent almarhumah gak banget, hanya menambah kacau
pikiran.
Namun
membaca Tarot untuk menganalisa diri boleh juga. Sebagai alat untuk bercermin,
untuk melihat masalah dalam diri kita dan saran untuk mengatasinya.
Pada
zaman dulu, kartu Tarot atau Oracle adalah salah satu alat kuno yang
digunakan untuk memperoleh pesan dari Yang Maha Kuasa dan malaikat. Namun
sebenarnya tak ada yang gaib pada kartu
ini. Setiap kartu yang kita tarik pasti terambil dengan satu alasan.
Disebabkan oleh Hukum Tarik-Menarik (Law
of Attraction) dan Hukum Aksi-Reaksi, secara otomatis kita akan menarik
kartu yang mencerminkan pikiran serta perasaan kita pada saat itu. Maka setiap
kartu yang tertarik tidak akan pernah “salah”. Gunakanlah selalu intuisi dan
dengarkan suara nurani setiap membaca kartu.
Saya
sedang belajar menggunakan kartu Tarot untuk diri sendiri. Gilaaa, kartu yang
keluar tiap hari merupakan cermin dari apa yang ada dalam diriku, emosi dan
pikiran yang terpendam.
Pernah
di satu hari, kartu yang keluar adalah kartu Three of Swords yang melambangkan hati yang tertusuk tiga pedang.
Memang pada hari itu saya sedang merenungkan nasib, betapa saya terlalu naif
dalam hidup ini, keras kepala, pemarah, malas, suka menuda-nunda dan yang paling
parah adalah kurangnya kesadaran dalam diri. Hal ini akhirnya membawa
kemalangan dalam hidupku.
Namun
walau kartu Three of Swords ini
melambangkan hati tertusuk yang penuh duka dan penderitaan, dalam kartu ini ada
lambang burung yang melambangkan kedamaian dan penyembuhan. Dalam kartu itu
juga ada lambang halo cahaya yang
memberi pengharapan, jalan keluar.
Divinatory Meaning dari kartu ini, walaupun saat ini engkau sedang
menderita, tak perlu berkubang dalam penderitaan. Marilah berdamai dengan diri,
sembuhkan diri lahir batin, dan selalu ada cahaya harapan untuk hidup dalam
suka-cita, haaaaiiiiyaaaah.
Menarik
deh kartu Tarot ini sebagai cermin diri, untuk menegur diri, dan memberi saran dalam
kehidupan sehari-hari. Kita tak perlu ditendang orang untuk kesalahan-kesalahan
atau kebodohan-kebodohan yang kita lakukan berulang-kali without a bit of
awareness. Bukankah demikian?
Bila
sudah “jago” mungkin saya akan buka praktek #eaaaaaa.
Namaste
Beloved Friends
Selasa, 18 Oktober 2011
AMY TAN
03.42 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
Salah
satu penulis favoritku adalah Amy Tan. Karyanya menarik sekali, unik, segar.
Menarik sekali kehidupan wanita Amerika keturunan China yang mengalami dua
budaya, China dan Amerika.
Keluarga Amy Tan juga special. Ibunya penuh trauma, antara lain karena menyaksikan ibu kandungnya bunuh diri di depan dia. Ibunya juga trauma karena mengalami penderitaan dengan suami pertamanya.
Buku-buku
Amy Tan yang terkenal adalah “The Joy Luck Club” dan “The Kitchen God’s Wife”.
“The Joy Luck Club” menarik karena memaparkan sudut pandang wanita-wanita yang lahir di China kemudian imigrasi ke Amerika. Ibu-ibu ini Suyuan Woo, An-Mei Hsu, Lindo Jong, Ying-ying St. Clair punya perspektif berbeda tentang hidup dan kehidupan dengan anak-anak perempuan mereka yang lahir dan besar di Amerika, Jing-mei Woo, Rose Hsu Jordan, Waverly Jong, Lena St Clair.
Amy Tan sangat jeli menggambarkan perspektif hidup Ibu–Anak yang hidup dalam dua budaya berbeda.
Namun,
yang paling menarik adalah kehidupan Amy Tan sendiri yang ditulisnya dalam buku
“The Opposite of Fate”.
Ibunya yang penuh trauma, yang memandang kehidupan dengan kaca mata suram, yang sangat moody mendorong Amy Tan untuk menjadi seorang penulis. Mungkin bila dibesarkan oleh seorang Ibu normal, yang memandang dunia dengan kaca-mata cerah ceria, menurut Amy Tan, mungkin dia sudah menjadi dokter atau pemain piano profesional.
Jumat, 14 Oktober 2011
MISS JINJING
23.25 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
Kenal
Miss Jinjing? Nama sebenarnya Amelia Masniari. Berhubung Ibu ini hobby banget
menjinjing tas hasil shopping maka julukan dia adalah Miss Jinjing.
Miss
Jinjing ini sudah menulis beberapa buku antara lain “Belanja Sampai Mati”,
“Rumpi Sampai Pagi”, “Pantang Mati Gaya”, “Belanja Sampai Mati Di China”.
Ada
beberapa hal menarik yang saya kagumi dari seorang Miss Jinjing. Bukan soal
selera sepatu dan tas nya yang branded itu, juga bukan hobbinya traveling
sekalian shopping, namun sense of making money nya yang perlu diajungi jempol.
MJ
–Miss Jinjing—ini hobby belanja tas dan sepatu branded dan...travelling. Hobby
ini dia salurkan untuk jadi personal buyer khusus utuk ibu-ibu tajir. Dia juga
jadi ikon untuk shopping trip yang menurut istilah MJ adalah “Chic and Stylish
Shopping Trip”bersama rombongan Ibu-ibu tajir abizz.
Lihat
deh blog MJ ini. Benar-benar toko di dunia maya. Iklan beberapa produk dimana
MJ jadi bintangnya, jual buku-buku tulisan MJ, juga workshop oleh MJ dan
teman-temannya. Semangat usaha seperti ini perlu banget untuk ditiru. Dengan
semangat dan kreativitas, MJ bisa membiayai gaya hidup yang stylish a la Miss
Jinjing, yang pastinya tinggi.
Senin, 10 Oktober 2011
NAIK PITAM
21.56 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
Baru
saja membuka-buka buku Pak Anand Krishna terbaru yang berjudul Karma Yoga. Menarik bahasan Pak Anand
pada bab Gotong Royong yang saya
kutip di bawah ini:
.................
“Kita
dikelilingi air... dan, di bawah air, di dasar laut ada ring of fire, ada kegiatan yang sangat dinamis, termasuk
gunung-gunung berapi. Demikian pula di darat, masih banyak gunung berapi yang
aktif. Air dan api, dua unsur alam yang saling bertentangan, dan kita hidup di
tengah dominasi kedua unsur atau elemen tersebut.
Dominasi kedua unsur atau elemen alami
inilah yang menyebabkan kita menjadi...
Manusia yang Sangat Emosional
Emosi
yang berlebihan, di satu pihak, membuat kita menjadi seniman kelas dunia.
Seandainya saja kita menguasai bahasa Inggris dengan baik seperti para penulis
India atau Pakistan _ maka tulisan-tulisan kita pun sudah pasti banyak dibaca
di luar negeri.
Dampak negatifnya, kita cepat tersinggung,
mudah mendendam. Mau marah, unsur api terkalahkan oleh unsur air --tidak jadi
marah, tapi luapan amarah itu tetap tersimpan di dalam diri. Maka, setiap
sekian tahun sekali, kita menjadi beringas, kita melepaskan sumbatan ekonomi
secara kolektif.
Minggu, 09 Oktober 2011
Remembering Steve Jobs
08.02 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
Meninggalnya Steve Jobs menarik perhatian dunia pastinya, secara Almarhum penemu Ipod, Ipad, Komputer Apple dengan program Macintosh yang keren itu.
Steve Jobs -SJ- meninggal karena kanker
prankreas. Dari buku “Heal Your Body” oleh L.L. Hay yang juga dikutip dalam
buku Dr. Tan Shot Yen “Saya Pilih Sehat dan Sembuh”, kemungkinan penyebab
kanker adalah terluka batin sangat dalam, kemarahan lama, rahasia terkubur
dalam atau rasa duka seakan-akan memakan cangkangnya. Apakah ada hubungannya
kanker pankreas dengan luka batin SJ sebagai anak yang tidak diharapkan
orang-tuanya? Ada kemungkinan...
Saya teringat dengan seorang “Kepala Negara”
yang trauma dia sebagai unwanted child
mewarnai kehidupan dan keputusannya sebagai Kepala Negara. Tentang trauma ini menarik
untuk dibahas dalam topik tersendiri.
Banyak yang melayangkan pernyataan turut
berduka yang simpatik atas meninggalnya SJ ini, sementara ada pula yang
mengecam bahwa SJ adalah kapitalis yang membayar rendah upah buruh di negara
ketiga untuk produk-produk dia.
There is always “like” or “dislike’ to someone,
ideas, whatever... What can we expect from people? Xoxoxo...
Whatever, may Steve Jobs’s soul will Rest In
Peace. Ameeen.
Berikut ini adalah kutipan ceramah Steve Jobs
di Stanford University. I love this beautiful speech.
Namaste Beloved Friends...
Label:
Life
|
0
komentar
Kamis, 18 Agustus 2011
STREET BOYS
20.07 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
Aku terpingkal-pingkal mendengar keluhan
seorang teman tentang betapa tidak enaknya naik bis, kopaja, metromini atau
angkot di Jakarta. Pengamen yang naik turun bis atau kopaja sering membuat kita
naik darah. Belum lagi bila Sopir ngetem, nunggu penumpang lain agar bis atau
angkot penuh. Akhirnya si teman memutuskan tidak mau lagi naik angkot, mending
naik taksi. Nyaman, tak perlu naik pitam *padahal-belum-tentu-juga-wkkkkkk.
Beruntunglah si teman ini termasuk orang
yang tidak “terpaksa” naik bis. Dia termasuk golongan menengah yang punya mobil
pribadi dan punya cukup uang untuk mondar-mandir naik taxi. Bagaimana dengan
kita yang mau tak mau harus menggunakan bis dan kendaraan umum lainnya untuk
mobilitas sehari-hari?
Label:
Life
|
0
komentar
Sabtu, 13 Agustus 2011
OUTLIERS
23.26 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
Menarik juga buku
“Outliers” karya Malcolm Gladwell, Jurnalis The New Yorker.
Buku
ini membahas faktor-faktor di balik kesuksesan seseorang. Saat kelahiran
seseorang, lingkungan dimana seseorang lahir sangat menentukan kesuksesan
seseorang.
Penguasa-penguasa
Silicon Valley lahir pada saat berdekatan. Penguasa-penguasa bidang Industri
lahir pada waktu berdekatan. Bahkan pemain basket profesional yang sukses lahir
pada bulan berdekatan. Hal ini berkaitan dengan kesempatan.
Lingkungan
dan kesempatan menelurkan seorang Bill Gates, Beatles, Andrew Carnegie, Steve
Jacobs, Mozart.
Label:
BUKU
|
1 komentar
Jumat, 12 Agustus 2011
Pearl S. Buck
22.13 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
Menarik
sekali novel “Pearl of China” karya Anchee Min. Bagaimana lingkungan yang
menelurkan seorang penulis ulung, peraih hadiah Nobel utk Sastra, Pearls
Sydenstricker Buck.
Menarik
sekali gambaran tentang kehidupan yang keras di China, pergulatan perebutan
kekuasaan, kemiskinan, penderitaan yang dipaparkan dengan jenih oleh Anchee
Min.
Penderitaan
yang amat sangat, keputus-asaan, suami yang egois dan suka melecehkan secara verbal,
anak kandung satu-satunya yang mengalami keterbelakangan mental yang parah membuat
Pearl S Buck berpikir untuk bunuh diri. Jalan untuk keluar dari kepahitan hidup
yang membelitnya adalah MENULIS.
“Menulis
membantuku tetap waras,” itulah alasan Pearl untuk menulis. Dia tak
membayangkan hasil karyanya akan melejit dan menjadi karya sastra abadi.
Menarik
bagaimana suami Pearl ~Lossing~ melakukan pelecehan verbal kepada istrinya
sebagai berikut:
Label:
Life
|
0
komentar
Selasa, 26 Juli 2011
IKHLAS
11.40 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
Banyak
masalah dalam hidup yang bisa membuat kita bitter, marah-marah, gampang
tersinggung. Pastinya hidup ini indah, namun ada saja masalah hidup wkkkkk.
Saya
tersenyum membaca buku Ajahn Brahm tentang masalah dalam hidup. Bila kita menikah,
saat itu juga masalah kita sebagai lajang selesai, masalah sebagai orang
berumah-tangga mulai. Bila kita bercerai, maka penderitaan kita sebagai istri
atau suami langsung berakhir namun datang masalah baru sebagai masalah janda
atau duda. Banyak yang tak tahan menanggung masalah sebagai janda atau duda
sehingga cepat-cepat menikah lagi. Dengan demikian masalah berat sebagai janda
berakhir, selamat datang masalah sebagai istri wkkkkkk.
Demikian
pula masalah sebagai orang berduit cekak dengan orang kaya.
Label:
Life
|
0
komentar
Sabtu, 02 April 2011
Sandi Sutasoma
10.47 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
Note ini saya tulis dalam keprihatinan atas mogok makannya seorang Tokoh dalam mencari keadilan di negeri ini.
Bila membaca buku “Sandi Sutasoma” hingga tuntas maka kita akan mengerti mengapa Tokoh ini dibungkam. Karena dia membangkitkan kesadaran rakyat negara ini agar tidak dibodoh-bodohi.
Banyak negara yang berkepentingan dengan negara tropis subur yang sumber daya alamnya terkaya nomor dua di dunia ini. Untuk itu mereka berusaha menguasai dengan berbagai cara, bahkan dengan cara yang paling menjijikkan.
Negara kita dalam keadaan bahaya.
Label:
Keadilan
|
0
komentar
Minggu, 27 Maret 2011
Hallo...Long Time No See
03.10 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
Sudah lama tidak posting.
Hidup berjalan, siang-malam, kerja dan urusan datang beruntun.
Sudah 19 hari ini saya prihatin dengan penahanan Pak Anand Krishna.
Bayangkan beliau ditahan untuk suatu tuduhan tanpa visum, bukti relevan, atau saksi yang melihat langsung.
Bila seorang Anand Krishna yang terkenal hingga ke luar negeri saja bisa diperlakukan tidak adil oleh penegak hukum kita, bagaimana dengan kita, rakyat kecil dengan penghasilan pas-pasan.
We need your support and pray, Dear Friends, for FREE ANAND KRISHNA for JUSTICE.
Please visit our website…www.freeanandkrishna.com
Love you all.
May all beings be happy and healthy always…
Langganan:
Postingan (Atom)
Translate
About Me
- Guruntala
- 🌹A dam mast qalandar. #BlessingsClinic 🌹Give some workshops: Meridian Face & Body Massage, Aromatherapy Massage with Essential Oils, Make up. 🌹Selling my blendid Face Serum. IG & twitter: @guruntala