Jumat, 26 Juli 2013
Naik Kereta Api di Jakarta
10.00 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
Link ini perlu dibaca dan
direnungkan oleh kita semua. “Jakarta yg Mengerikan” oleh Andre Vltchek: http://t.co/YlrqSAoycP
TerimaKasih untuk Andre Vltchek yang menulis artikel
tajam tentang Ibukota Republik Indonesia, Jakarta. Artikel aslinya dimuat di Counter Punch “The Perfect Fascist City: Take a Train in Jakarta” edisi 17- 19
Februari 2012. Artikel terjemahan ini dimuat di Kaskus. TerimaKasih untuk Fitri
Bintang Timur yang telah
menterjemahkan dan Rossie Indira
yang telah menyunting.
Artikel ini sangat berharga untuk
menjadi renungan kita semua. Andre bisa melihat kebusukan kita karena dia
“berjarak” dengan kita, penduduk Jabodetabek. Perlu jarak untuk melihat
sesuatu. Gajah sebesar apa pun bila ada di depan mata kita tidak bakal
terlihat.
Selama ini mungkin kita sudah
merasa bahwa ada yang salah dengan ibukota RI, Jakarta, dan kota-kota
penyangganya, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi. Kemacetan sudah merupakan hal
yang biasa. Padahal macet membuat waktu kita yang berharga terbuang di jalan.
Belum stress akibat macet.
Saya pernah baca status seseorang
di twitter bahwa jalanan Jakarta lebih berbahaya daripada jalanan di
Afghanistan. Saya belum pernah ke Kabul, namun saya setuju bila jalanan Jakarta
Bogor Tangerang Depok Bekasi sangat mengerikan, bagai hutan rimba dimana banyak
pengendara, terutama sepeda motor, yang tidak taat peraturan lalu-lintas.
Saya pernah berdiri mau mencegat
bis, tiba-tiba ada motor yang hampir menabrak saya. Si pengendara marah karena
saya menghalangi jalannya, padahal dia lah melanggar peraturan lalu-lintas.
Saya yang mematuhi peraturan lalu-lintas harus waspada kepada pengendara motor
yang melawan peraturan. Hal ini seringkali terjadi. Luar biasa stress di
jalanan Jakarta.
Kota tanpa transportasi
massal yang memadai, tanpa trotoar, tanpa taman. Taman besar di Jakarta mungkin hanya Taman Surapati dan
Taman Monas ya.
Kota ini menjadi kota yang mahal.
Trotoar kalau pun ada dipakai untuk berjualan, bagaimana penduduk kota ini mau
rajin jalan kaki.Bila mau berolah raga harus ke Senayan atau ke Fitness Centre,
berarti duit harus keluar. Mau santai baca buku tidak bisa ke taman, mau tidak
mau baca di Starbuck atau J.Co. Duit lagi... Bila mau menghirup udara segar
untuk menghilangkan kejenuhan, tidak ada taman yang bersih dan indah. Mau tak
mau hiburannya main di Mall. Pastinya biaya hidup yang menguras duit ini
membuat penduduk Jakarta stress. Anak-anak dan remaja melampiaskan stress dengan
main games dan ngebut di jalanan. Lapangan bola jarang ada siii.
Saya pernah langganan warnet
selama 1 tahun. Saat itu saya pusing dengan jaringan internet di rumah. Kadang
saya kesal karena saya tidak bisa untuk sekedar mengecek email di warnet langganan,
karena komputer dibooking oleh
anak-anak yang bermain games selama 5 jam.
Bagaimana masa depan anak-anak
yang menghabiskan 5 jam sehari untuk main game di komputer? Seorang teman
cerita bahwa dia merasa lebih aman bila anaknya main game di warnet daripada
main sepeda di jalan. Jalanan kompleks pun tidak aman karena anak-anak remaja
sering ngebut bila melalui jalan kompleks. Remaja-remaja itu merasa eksis
dengan ngebut naik motor keliling kompleks. Mereka lupa bahwa banyak orang yang
dirugikan, jalanan jadi tidak aman untuk pejalan kaki.
Tulisan Andre Vltchek ini menjelaskan bahwa bangsa ini miskin kesadaran.
Jalanan macet, kemiskinan dan sebagainya akibat pejabat-pejabat bangsa ini
mementingkan diri dan keluarga daripada kepentingan masyarakat banyak.
Bangsa ini perlu
revolusi...revolusi kesadaran. Namun orang yang sadar akan dimusuhi, difitnah,
dibunuh. Presiden yang sadar, yang berjuang untuk memberikan yang terbaik untuk
bangsa ini, Bung Karno, dikudeta dengan bantuan Amerika
Serikat. Presiden yang memiliki kesadaran, Gus
Dur diturunkan. Guru Spiritual yang berjuang membangkitkan kesadaran bangsa
ini, Anand Krishna, difitnah dengan keji, dijebloskan ke penjara untuk suatu
tuduhan tanpa bukti dan saksi mata. Absurd!
Saat ini harga bahan pangan
melonjak tak terkira. Cabe 100 ribu per kg. Gilaaa!!! Tahun 2005, Bapak Anand Krishna dengan National Integration Movement sudah
menyerukan untuk tidak import bawang, sayur, buah, garam dari luar negeri. Mari
memperkaya petani kita. Mari membeli produk dalam negeri agar usaha dalam
negeri tetap berkibar. Kurangi makan nasi hingga sekali sehari. Ada ubi,
jagung, sagu, singkong yang bisa dimakan agar bangsa ini bisa swasembada
pangan. Namun peringatan dari Guru Spiritual yang sadar ini, sering tak
diindahkan oleh pihak yang sedang merasakan manisnya fee dari import makanan. Jadi saat ini kita semua merasakan dampak
dari perbuatan pejabat-pejabat yang mementingkan kepentingan mereka sendiri.
Cabe seuprit Rp 5000 -akibat negara salah urus *nangis |
Tidak ada jalan lagi kecuali
membangkitkan kesadaran bangsa ini. Mari kita semua mengolah diri dengan banyak
ber tafakkur, meditasi, yoga, membaca
buku-buku bermutu untuk membangkitkan kesadaran dalam diri kita. Bila tertarik
untuk belajar meditasi dan yoga silakan ke AnandAshram.
TerimaKasih... Namaste _/l\_
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Translate
About Me
- Guruntala
- 🌹A dam mast qalandar. #BlessingsClinic 🌹Give some workshops: Meridian Face & Body Massage, Aromatherapy Massage with Essential Oils, Make up. 🌹Selling my blendid Face Serum. IG & twitter: @guruntala
0 komentar:
Posting Komentar