Kamis, 02 Januari 2014

Sulitnya Menerima Kenyataan Hidup




Gambar dari Facebook Flower Power
Saya terkesan membaca quote dari seorang teman:

Sometimes, opening your eyes may be the most painful thing you ever have to do.

Ya, membuka mata menerima kenyataan kadang kita hindari karena sangat menyakitkan. Padahal bila kita ”berani” menghadapi kenyataan, kita akan lebih cepat bangkit untuk menata hidup kita.

Otak kita dengan canggihnya menyimpan memori yang sangat traumatis jauh ke dalam lapisan bawah sadar agar manusia tidak terluka.

Kita tentu ingat peristiwa tabrakan anak musisi Ahmad Dhani, Dul. Dul mengaku tidak ingat kejadian saat dia menabrak mobil lain. Otak Dul dengan canggih menyimpan masuk memori tentang kecelakaan itu agar Dul tidak trauma berat.

Saat saya kecil, ada seorang Bapak yang selalu melintas di jalan depan rumah saya setiap pukul 7 pagi. Dia akan ke Pelabuhan Gorontalo, menunggu kepulangan istrinya selama 1 jam, lalu pulang ke rumah. Setelah pulang ke rumah dia bekerja seperti biasa.

Puluhan tahun Bapak itu melakukan rutinitas yang sama yaitu menjemput istrinya di Pelabuhan Gorontalo. Bapak ini tidak bisa menerima kenyataan bahwa istri tercintanya sudah meninggal puluhan tahun yang lalu.

Perlu keberanian untuk menerima kenyataan hidup.

Seandainya saya dulu dengan tabah menerima kenyataan hidup mungkin hidup saya saat ini lebih sukses. Bertahun-tahun saya tidak bisa menerima kenyataan bahwa saya tidak bisa hamil. Saya, saat itu, berharap untuk hamil, untuk menyenangkan suami saya. Demi harapan palsu itu saya berobat alternatif ke dukun. Hal ini sangat membuang-buang waktu, duit dan tenaga.

Seandainya saat itu saya dengan berani menerima kenyataan hidup itu. Saya akan bilang pada suami, “Ok, saya tidak bisa hamil. Bagaimana dengan Mas? Mau menceraikan saya atau tetap menerima saya?”

Dengan menerima kenyataan, saya tidak membuang-buang waktu yang sangat berharga. Waktu adalah kehidupan itu sendiri. Waktu yang dipakai untuk ke dukun bisa dipakai untuk bekerja meniti karir.

Harapan yang berlebihan membuat mata kita sulit untuk terbuka.

Saya mendengar cerita teman yang mengantar temannya berobat alternatif di daerah Utan Kayu. Temannya ini berharap Ustadz X itu bisa meyembuhkan kankernya. Dan pengobatan alternatif di Ustadz X itu mahal loh, 30 juta rupiah untuk 5 kali kedatangan. Dan, teman itu tidak sembuh...

Cerita yang sama sering saya dengar. Cerita tentang “harapan” yang harus dibayar dengan uang puluhan juta. Ada beberapa Ustadz yang modus operandinya seperti modus Ustadz X.

Saya setuju dengan pengobatan melalui zikir. Zikir membuat hati kita tenang. Saya percaya banyak yang sembuh dengan air yang dibacakan zikir oleh Cak Nun atau Pak Muhammad Zuhri. Namun Cak Nun dan Pak Muh tidak komersil. Beliau hanya membacakan zikir dengan niat ikhlas lillahi ta‘ala. Bila orang yang bersangkutan sembuh, maka itu atas izinNya. Dan beliau-beliau toh melakukan dengan ikhlas, tidak meminta bayaran.

Yang “geblek”  adalah Ustadz yang mematok mahar/sedekah/bayaran sebesar puluhan juta untuk orang yang putus asa berobat. Kasihan orang susah yang sampai berhutang agar sembuh padahal mereka sudah tidak ada harapan. Kadang orang harus menerima kenyataan bahwa hidup tinggal sebentar lagi. Harus berbesar hati untuk menyelesaikan urusan berupa hutang piutang, meminta maaf dan bersiap-siap kembali ke Yang Maha Pengasih. Sayang kan bila waktu yang berharga dipakai untuk berobat dengan hasil “harapan palsu”.

Semoga kita semua berani membuka mata. Amiiin...
TerimaKasih... Namaste _/l\_

0 komentar:

Posting Komentar

Translate

About Me

Foto Saya
Guruntala
🌹A dam mast qalandar. #BlessingsClinic 🌹Give some workshops: Meridian Face & Body Massage, Aromatherapy Massage with Essential Oils, Make up. 🌹Selling my blendid Face Serum. IG & twitter: @guruntala
Lihat profil lengkapku

Followers

Komentar Terbaru

Visitors

free counters