Sabtu, 15 Januari 2011

Wajah Kita Bersama


Perilaku beberapa asistenku beberapa bulan terakhir ini membuatku merenung. Inilah wajahku, wajah kita. Kita yang harus memperbaiki diri sehingga Indonesia kekurangan satu orang goblok.

*Asisten 1:
Kerjanya bagus, mengurus Oma ~ibu saya~ dengan sangat baik.
Setelah dua bulan kerja…
Asisten 1*sambil nangis*,”Saya izin pulkam selama 3 hari ya, Bapak saya sakit.”
Berangkatlah dia dari rumah dengan tas cangklong kecil. Ternyata baju-bajunya sudah dititipkan pada temannya ~agar boss gak curiga kalo dia tidak akan balik~.
Setelah tiga hari kok tidak muncul, ditelpon dan sms, hpnya tidak aktif. Ternyata dia tak balik lagi karena putus dengan pacarnya ~yang kerja di rumah makan dekat komplek~ juga sedang tak akur dengan asisten tetangga.
*Hohoho begitu ya…bohong karena takut kalo terus terang tak balik saya akan marah karena nebus dia dari penyalur pake duit.
“Pintar bohong…adalah wajah kita, kreatif sekali ya sandiwara.”

*Asisten 2:
Bisa kerja tapi hobi tidur dan hobi nonton sinetron. Cape deh J.
Hari ke 11 kabur dari rumah sambil nulis surat dan kirim sms bahwa dia tak betah karena tersinggung ditegur bikin dadar kegosongan.
Dia tak peduli soal saya menebus dia dari agen dengan uang lumayan. Uang saku dari saya dipakai sms dan telpon untuk cari pekerjaan lain. Dia juga minjam duit dari Oma sambil bilang,”Sssst…jangan bilang2 Ibu ya kalo saya pinjam duit untuk anak saya.”
 “Gampang tersinggung, memikirkan kepentingan diri, tak peduli merugikan orang lain, selalu melihat kekurangan boss tapi tak melihat bagaimana pekerjaan dia yang “asal”…itulah wajah kita juga.
Bisa dilihat dengan perilaku pengendara motor dan angkutan umum di jalan raya yang seenaknya tanpa memikirkan keselamatan orang lain. Bisa dilihat dengan cueknya orang-orang yang merokok di kendaraan umum dan di tempat umum tanpa peduli dengan orang di dekatnya yang mungkin punya gangguan kesehatan.”

*Asisten 3:
Sebelum kerja sudah nanya dulu mau dikasi gaji berapa. Saya bilang bahwa saya kasi gaji standard dulu, sabun shampoo dll saya belikan. Tapi saya tak bilang bahwa saya akan kasi tip setiap bulan karena sudah menjaga Oma.
Hari pertama datang sibuklah saya melatih dia. Walaupun dia sudah beberapa tahun kerja, mungkin dia bekerja pada ibu yang sibuk sehingga tak memperhatikan cara dia mencuci piring yang boros air ~menyabuni gelas dan piring sambil membiarkan kran air mengalir~.
Siang ketika saya istirahat dia menggedor pintu kamar sambil menangis berurai air mata.
Asisten 3*sambil menangis*,”Bu, Mbah saya meninggal, Ibu saya menyuruh saya pulang karena semua saudara dari kota lain datang.”
Pergilah dia dengan membawa baju-bajunya…
Ternyata dia sudah sms-an dengan teman- temannya untuk cari pekerjaan di rumah “orang kaya” dengan gaji tinggi.
Dia tak peduli kalo saya sudah mengganti ongkos dia dari kampung, ngasih uang saku dia, melatih dia seharian.
Ketika dia sms mau balik lagi karena sudah “selesai berduka” saya cuek saja. Cape deh punya asisten pandai sandiwara. Ternyata di rumah “orang kaya” itu dia tak mendapat gaji sesuai bayangannya.
“Inilah wajah kita yang lain…matre. Belum-belum sudah menuntut gaji yang tinggi. Selain penyakit lainnya…mementingkan diri sendiri, tak peduli dengan kepentingan orang lain dan……jago main sandiwara"
Seorang direktur hrd multinational corporate bercerita, penyakit buruh negeri kita adalah menuntut upah yang tinggi sebelum menunjukkan hasil pekerjaan yang bagus. Beda dengan buruh dari Vietnam misalnya. Buruh dari Vietnam akan bekerja dulu sebaik-baiknya sebelum menuntut upah tinggi apalagi bila mereka belum berpengalaman.
Bisa jadi multinational corporate ini akan memindahkan pabriknya ke Vietnam karena selain buruh Vietnam tak “belagu” juga biaya operasional perusahaan disana lebih rendah karena tak harus menyiapkan uang ini-itu ~you know lah~.”

*Asisten Empat:
Bekerja sekedarnya, tak bertanggung jawab, sms-an dan telponan melulu kemudian gelisah dengan sms dan telpon yang masuk.
Asisten Empat ini cerita bahwa dia pengalaman tiga tahun bekerja. Saya jadi heran dengan cara dia cuci piring, membersihkan rumah, masak masakan sederhana, kok seperti newbie aja. Jadilah selama lima hari saya training dia.
Lama-lama capek juga mentraining orang yang pikirannya entah kemana. Sudah ada list pekerjaan masih juga lupa tugas-tugasnya. Asisten ini sibuk sms-an dan telponan.  Akhirnya pada pagi hari ke enam, dia pamit karena anaknya sakit.
Asisten Empat,” Bu, saya ditelpon ibu saya kalo anak saya sakit. Saya minta gaji saya selama beberapa hari ini ya. Ongkos saya datang kesini 100 rb, pulang 100 rb, saya juga perlu bawa anak saya ke puskesmas.”
Hohoho…jadi saya harus memberi ongkos pulang pergi seseorang yang saya latih selama lima hari dengan ekstra sabar, juga harus memberi gaji dia selama enam hari.
Asisten,” Saya datang tanggal lima kan langsung kerja Bu, jadi dihitung tenaga saya.”
*Oh begitu…datang siang, cuci piring dan nyapu ngepel dengan pengawasan saya harus dibayar. Lupa kalo saya kasi uang saku 25 ribu di hari pertama. Dia ini tampangnya lugu, tapi sudah paham betul dengan “hak”nya.*
Namanya juga orang melayu gak tegaan, jadi keluarlah gaji dan uang saku untuk dibawa pulang.
"Wajah kita yang lain…tak mau belajar untuk bekerja maksimal, lagi-lagi mementingkan diri sendiri ~tak peduli dengan waktu orang melatih dia, dengan uang orang untuk menggaji pekerjaan dia yang asal-asalan~, sibuk dengan sms dan telpon tak berguna, tak mau membaca ~padahal chicklit dan teenlit di rumah saya banyak~ dan belum bekerja sudah menuntut gaji besar.”

Itulah wajah kita yang bopeng-bopeng. Saatnya untuk mengubah diri agar negeri ini kehilangan beban satu orang tolol.
Menarik sekali perkataan Sri Krishna pada Arjuna untuk kita renungkan bersama. Semoga kita semua tidak menomor-satukan materi di atas segalanya.


“Berkaryalah dengan semangat “menyembah”. Persembahkan hasil pekerjaanmu pada Yang Maha Kuasa. Dan, nikmati segala apa yang kau peroleh dari-Nya sebagai tanda kasih-Nya.~Sri Krishna pada Arjuna~”

2 komentar:

Debbie mengatakan...

aku suka baca tulisan kamu. penuh makna. even yang lapisan bawah pun, perlu perubahan mindset. mungkin karena niru yang diatas ya mbak....

rawinah mengatakan...

Hehehe...Makasih Mba Debbie telah menengok rumah saya. _/\_

Posting Komentar

Translate

About Me

Foto Saya
Guruntala
🌹A dam mast qalandar. #BlessingsClinic 🌹Give some workshops: Meridian Face & Body Massage, Aromatherapy Massage with Essential Oils, Make up. 🌹Selling my blendid Face Serum. IG & twitter: @guruntala
Lihat profil lengkapku

Followers

Komentar Terbaru

Visitors

free counters