Rabu, 07 Agustus 2013
Dunia Lain
08.59 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
Menarik membaca timeline Jia Effendie @JiaEffendie tentang
ketakutannya menulis cerita tentang Prabu Siliwangi. Takut masuk ke dunia lain
lalu tak bisa balik. Pernah Jia dan keluarganya pergi ke pantai Pangandaran
saat itu Jia mendengar derap kaki prajurit-prajurit. Kirain dirinya saja yang
mendengar ternyata ibunya juga mendengar derap kaki prajurit-prajurit yang
kasat mata itu.
Hiiii, jadi merinding...
Jadi ingat cerita Tripura Rahasya (yang ditulis oleh Adiguru Dattatreya) pada buku “Wisdom of Sundaland” Anand Krishna. Dikisahkan Mahasena masuk ke dunia lain
di balik suatu bukit. Ketika kembali, dunia di sekitar sudah berubah,
saudara-saudaranya sudah meninggal.
Buku "Wisdom of Sundaland" Anand Krishna |
Cerita ini mengingatkan saya pada
cerita Ashabul Kahfi dalam Al Qur’an, juga salah satu kisah dalam Einstein’s Dreams tulisan Alan Lightman. Ada dunia lain dimana
satu hari di “sana” sama dengan ribuan tahun di sini.
Just because you can’t see it, that doesn’t mean it doesn’t exist!
Tagline film Epic ini cocok untuk
menggambarkan dunia yang tidak bisa kita lihat. Keren abizz ya film Epic, aku sampai nonton dua kali karena
sangat terkesan.
Epic the movie |
“Kamu tak dapat melihat ‘mereka”
(peri-peri tanaman -note) karena kecepatan mereka berbeda,” kata Bapak Peneliti
pada anaknya dalam film Epic. Maksudnya,
peri-peri tanaman itu hidup pada frekuensi yang berbeda dengan frekuensi “dunia
kita” kali ya..
Mata kita hanya bisa menangkap
gelombang 400 hingga 700 nm. Telinga kita hanya bisa mendengar suara pada
frekuensi sekitar 20 Hz hingga 20 kHz. Itupun telinga prima orang muda. Anjing
bisa mendengar lebih tajam daripada manusia, juga bisa melihat pada gelombang
yang lebih “lebar” daripada manusia. Serangga, burung, apalagi burung elang
bisa melihat “lebih” daripada manusia.
Ada dunia lain di luar dunia yang
kita “sadari” saat ini. Bagaimana kita menyadari “dunia” lain itu. Perlu
meditasi, tafakkur, yoga kali ya. Itulah perlu nya seorang Master, seorang
Buddha, yang telah terjaga, yang “kesadaran”nya di atas kita. Para Master
datang ke bumi untuk mengingatkan kita akan luasnya dunia. Janganlah kita
terpenjara dalam penjara yang sangat indah dan luas ini. Para Master
mengingatkan, ada dunia yang lebih luas dan lebih indah daripada dunia indah yang
kita saksikan.
Pernah mendengar kata-kata hikmah
“dunia ini bagai penjara bagi orang
mukmin” ?
Penduduk bumi bagai orang-orang
dalam penjara super luas. Ketika datang seseorang dari luar penjara yang
mengingatkan kita bahwa kita bisa bebas dari penjara, yang mengingatkan agar
kita bangkit kesadarannya. Namun sayang, seseorang yang mau membebaskan kita
itu sering dilaporkan ke sipir penjara. Itulah kebodohan alias kejahilan luar
biasa. Itulah bila mata, telinga, hati tertutup, sehingga sulit untuk
membedakan mana kaca mana permata.
Semoga kita semua bisa bangkit
kesadarannya. Amiin
Terimakasih... Namaste _/l\_
Label:
Awareness
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Translate
Blog Archive
-
▼
2013
(108)
-
▼
Agustus
(21)
- Warisan menjadi Malapetaka
- Peluang Bisnis Berlimpah
- Make Up Sederhana
- Kombinasi Warna Make Up
- Be Free !!!
- Passion
- Mengaktifkan Gen-gen yang Bermanfaat
- Mengusir Kemalasan
- Menjelajahi Diri bersama Siddhartha
- Belanja Sampai Mati di Turkey
- 29 Gifts
- Mengenal Diri
- Mekar bagai Bunga Segar bagai Embun
- Cinderella in Paris
- and the mountains echoed
- This Is But Just a Dream
- Dunia Lain
- Poligami
- Mudik... Mudik !!!
- Istri Direktur
- Mudik: Kembali ke Diri yang Sejati
-
▼
Agustus
(21)
About Me
- Guruntala
- 🌹A dam mast qalandar. #BlessingsClinic 🌹Give some workshops: Meridian Face & Body Massage, Aromatherapy Massage with Essential Oils, Make up. 🌹Selling my blendid Face Serum. IG & twitter: @guruntala
0 komentar:
Posting Komentar