Rabu, 07 Agustus 2013

Dunia Lain



Menarik membaca timeline Jia Effendie @JiaEffendie tentang ketakutannya menulis cerita tentang Prabu Siliwangi. Takut masuk ke dunia lain lalu tak bisa balik. Pernah Jia dan keluarganya pergi ke pantai Pangandaran saat itu Jia mendengar derap kaki prajurit-prajurit. Kirain dirinya saja yang mendengar ternyata ibunya juga mendengar derap kaki prajurit-prajurit yang kasat mata itu.
Hiiii, jadi merinding...

Jadi ingat cerita Tripura Rahasya (yang ditulis oleh Adiguru Dattatreya) pada buku “Wisdom of Sundaland” Anand Krishna. Dikisahkan Mahasena masuk ke dunia lain di balik suatu bukit. Ketika kembali, dunia di sekitar sudah berubah, saudara-saudaranya sudah meninggal.

Buku "Wisdom of Sundaland" Anand Krishna
Cerita ini mengingatkan saya pada cerita Ashabul Kahfi dalam Al Qur’an, juga salah satu kisah dalam Einstein’s Dreams tulisan Alan Lightman. Ada dunia lain dimana satu hari di “sana” sama dengan ribuan tahun di sini.

Just because you can’t see it, that doesn’t mean it doesn’t exist! Tagline film Epic ini cocok untuk menggambarkan dunia yang tidak bisa kita lihat. Keren abizz ya film Epic, aku sampai nonton dua kali karena sangat terkesan.
Epic the movie

“Kamu tak dapat melihat ‘mereka” (peri-peri tanaman -note) karena kecepatan mereka berbeda,” kata Bapak Peneliti pada anaknya dalam film Epic. Maksudnya, peri-peri tanaman itu hidup pada frekuensi yang berbeda dengan frekuensi “dunia kita” kali ya..

Mata kita hanya bisa menangkap gelombang 400 hingga 700 nm. Telinga kita hanya bisa mendengar suara pada frekuensi sekitar 20 Hz hingga 20 kHz. Itupun telinga prima orang muda. Anjing bisa mendengar lebih tajam daripada manusia, juga bisa melihat pada gelombang yang lebih “lebar” daripada manusia. Serangga, burung, apalagi burung elang bisa melihat “lebih” daripada manusia.

Ada dunia lain di luar dunia yang kita “sadari” saat ini. Bagaimana kita menyadari “dunia” lain itu. Perlu meditasi, tafakkur, yoga kali ya. Itulah perlu nya seorang Master, seorang Buddha, yang telah terjaga, yang “kesadaran”nya di atas kita. Para Master datang ke bumi untuk mengingatkan kita akan luasnya dunia. Janganlah kita terpenjara dalam penjara yang sangat indah dan luas ini. Para Master mengingatkan, ada dunia yang lebih luas dan lebih indah daripada dunia indah yang kita saksikan.

Pernah mendengar kata-kata hikmah “dunia ini bagai penjara bagi orang mukmin” ?

Penduduk bumi bagai orang-orang dalam penjara super luas. Ketika datang seseorang dari luar penjara yang mengingatkan kita bahwa kita bisa bebas dari penjara, yang mengingatkan agar kita bangkit kesadarannya. Namun sayang, seseorang yang mau membebaskan kita itu sering dilaporkan ke sipir penjara. Itulah kebodohan alias kejahilan luar biasa. Itulah bila mata, telinga, hati tertutup, sehingga sulit untuk membedakan mana kaca mana permata.

Semoga kita semua bisa bangkit kesadarannya. Amiin

Terimakasih... Namaste _/l\_

0 komentar:

Posting Komentar

Translate

About Me

Foto Saya
Guruntala
🌹A dam mast qalandar. #BlessingsClinic 🌹Give some workshops: Meridian Face & Body Massage, Aromatherapy Massage with Essential Oils, Make up. 🌹Selling my blendid Face Serum. IG & twitter: @guruntala
Lihat profil lengkapku

Followers

Komentar Terbaru

Visitors

free counters