Minggu, 25 Agustus 2013
Passion
05.54 |
Diposting oleh
Guruntala |
Edit Entri
Gambar dari FB sottosopra69 |
Aku melirik jam tanganku. Baru
pukul 7 malam namun badan sudah rontok kecapekan. Pingin cepat sampai di rumah,
mandi, makan, tidur. Duuuh, mana macetnya jalanan hari ini bikin nangis saja.
“Tarik napas pelan-pelan Ra,” aku berkata pada diri sendiri.
“Tarik napas pelan-pelan. Buang
pelan-pelan. Rileks....santai... Perhatikan napas... Biarkan pikiran datang dan
pergi. Itulah sifat pikiran,“ aku mengingat-ngingat terapi rileksasi yang
diberikan oleh Ibu Maya dari Klinik L’Ayurveda.
Memperhatikan napas adalah
latihan yang sangat sederhana namun manfaatnya terasa banget. Dengan menutup
mata kita memperhatikan diri kita yang selama ini terlupakan karena perhatian kita
tersedot dengan keadaan di luar diri.
Ternyata diri ini gelisah banget, ada ketidak puasan, ada
kebimbangan dalam diri.
Aku melihat diriku sendiri,
seorang wanita karir dengan jabatan cukup bagus pada salah satu BUMN terkemuka
yang bergerak di bidang telekomunikasi. Banyak orang yang ingin berdiri di
tempatku. Apalagi sih yang aku inginkan?
Akhir-akhir ini aku sering merasa
kecapekan, merasa tidak bersemangat. Bukankah itu tanda-tanda bahwa aku tidak
menikmati pekerjaanku? Bukankah pekerjaan yang kita nikmati akan membuat kita
bersemangat, menikmati pekerjaan hingga lupa waktu?
Aku suka sekali menulis, menulis
fiksi atau feature. Rasanya nikmat banget jika hari-hariku diisi dengan menulis
fiksi, menulis novel, menulis resensi, menulis opini. Pasti menarik sekali
hidup seperti itu, mengerjakan hobby dan mendapatkan income dari situ. Mungkin
tak seberapa sih income yang kita dapat namun kita merasa bahagia. Bahagia
karena dapat memberikan cinta kepada dunia dengan karya yang dibuat dengan suka
cita #eaaaa
Pekerjaanku yang sekarang ini
memberikan income yang sangat bagus untukku. Income yang besar memang bisa
membeli kesenangan, bisa membeli rumah bagus, pakaian bermerk, tas dan sepatu
keren, makanan enak, travelling, so on and so forth. Namun begitulah, duit
banyak tidak menjamin kepuasan batin. Duit banyak namun kita tidak bisa
menikmati dan mensyukuri hidup, apakah kita mau hidup seperti itu?
Apa sih yang kita inginkan di
dunia ini? Kebahagiaan yang berasal dari kepuasan batin kan?
Come on Rara...Raih kebahagiaan.
Kerjakan mimpimu. Jadikan hidupmu berarti.
“Namun aku sudah terbiasa punya
income yang besar. Bagaimana jadinya hidup tanpa pemasukan pasti? Jadinya
numpang hidup pada suami dong. Apa kata dunia? Dimana harga diriku?” keraguan
menyergap.
“Mikirin apa sih? Sepertinya
serius amat?” Mas Arya mengagetkanku.
“Aku sedang memikirkan untuk
berhenti dari pekerjaanku dan ingin mewujudkan mimpi-mimpiku.”
“Apa pun yang membuatmu bahagia, go
for it,” Mas Arya mengejutkanku sekali lagi.
"TerimaKasih Mas,” jawabku penuh
syukur. “Terimakasih Tuhan, aku mendapatkan pendamping yang menyayangi dan
mengerti diriku.”
Semangaaaaat Rara !!!!!!!
Label:
Cerpen
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Translate
Blog Archive
-
▼
2013
(108)
-
▼
Agustus
(21)
- Warisan menjadi Malapetaka
- Peluang Bisnis Berlimpah
- Make Up Sederhana
- Kombinasi Warna Make Up
- Be Free !!!
- Passion
- Mengaktifkan Gen-gen yang Bermanfaat
- Mengusir Kemalasan
- Menjelajahi Diri bersama Siddhartha
- Belanja Sampai Mati di Turkey
- 29 Gifts
- Mengenal Diri
- Mekar bagai Bunga Segar bagai Embun
- Cinderella in Paris
- and the mountains echoed
- This Is But Just a Dream
- Dunia Lain
- Poligami
- Mudik... Mudik !!!
- Istri Direktur
- Mudik: Kembali ke Diri yang Sejati
-
▼
Agustus
(21)
About Me
- Guruntala
- 🌹A dam mast qalandar. #BlessingsClinic 🌹Give some workshops: Meridian Face & Body Massage, Aromatherapy Massage with Essential Oils, Make up. 🌹Selling my blendid Face Serum. IG & twitter: @guruntala
0 komentar:
Posting Komentar