Minggu, 04 Agustus 2013

Istri Direktur


Foto: dari Facebook sottosopra69


Kania menyeret badannya untuk berwudhu dan sholat Subuh...

“Saatnya Subuh, pekerjaan menanti. Harus lihat jadwal, menata jadwal. Sejak suami jadi direktur, urusan bertambah banyak. Tiba-tiba banyak undangan, banyak acara reuni, belum acara sosial di kantor suami. Tugas rutin juga bertambah. Harus ekstra ketat mengawasi anak-anak, jangan sampai mereka malas belajar, bagaimana pergaulan mereka dan lain-lain. Belum harus mengurus diri sendiri. Harus cantik dong, banyak wanita antri untuk mendapatkan suamiku, Direktur BUMN yang gagah dan simpatik hahah, “ Kania membatin.

“Masya Allah... tak terbayang lho jika Mas Agung bisa menjadi direktur, pikiranku dia menjadi salah satu manajer di BUMN tempatnya bekerja. Kita keluarga sederhana, membesarkan anak sampai jadi orang, menikmati masa tua dengan damai. Itu sudah alhamdulillah rasanya....”

“Mana tahu prestasi Mas Agung melonjak cemerlang. Dan konsekuensi dari jabatan itu juga bikin puyeng. Tiba-tiba banyak undangan dan permintaan donasi. Hahahah. Dan yang paling bikin puyeng adalah bayangan Mas Agung mencari istri ke dua. Contoh-contoh di depan mata membuatku ngeri. Mungkin ini yang membuatku sering uring-uringan. Andai kembali ke masa muda. Duit tidak terlalu banyak, jabatan biasa, namun rasanya adem tentram. Mana saat muda sibuk dengan ngurus bayi. Tak sempat deh mikirin hal-hal negatif. Ahaaaa, mungkin aku harus banyak kesibukan ya agar tidak mikirin hal-hal negatif. Tapi ...tapi kalo terlalu sibuk dengan hobiku, suami tak terpantau, tahu-tahu suami beristri lagi. Seperti temanku, si ibu menteri. Dia sibuk dengan hobinya, ternyata suami sudah beristri dan beranak satu. Gimana dunia tak runtuh...”

“Lama-lama bisa gila ya memikirkan dunia ini... Kirain enak jadi istri pejabat tahunya puyeng, badan lemas tak bertenaga akhir-akhir ini...”

“Aku sih rajin sholat, rajin mengaji, tapi pikiran negatif kok terus menerorku. Hadooh...nikmatnya jadi orang biasa-biasa... Eh, orang biasa juga bisa selingkuh suaminya hihihi...”

“ Ping!!! Siapa lagi yang hobi nge ping sih. Bikin bludrek aja!!!”

“Jeung Kania. Yanti Dwi masuk rumah sakit Dharmais. Yuk tengokin. Dia kanker payudara stadium 3, “ BBM dari Endang, teman kuliahku.

“Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Ibu Susi meninggal pagi tadi pukul 03.00. Mbak mau melayat? Yuk bareng,“ BBM dari Ibu Nita, tetangga di Komplek Kalibata.

“Yo’i. Hari ini aku melayat dulu, terus menengok Yanti di RS Dharmais bareng Endang. Badan sih lemas banget namun kewajiban sebagai manusia harus tetap jalan. Duh, pingin manjain diri di salon kok waktunya mepet ya, belum sempat-sempat. Kok rasanya keluhan demi keluhan terlontar dari diriku ya. Kok tidak bersyukur...”

“Rumah bagus, mobil keren, sopir ada, duit dan fasilitas berlimpah, kenapa kok batin kosong melompong ya. Apa yang salah denganku...”

“Besok aku mau ikutan ngaji tarekat ah. Ikutan ngaji di Pak Muh dan Pak Chojim. Biar batin tak kosong. Mau suami Direktur, kalo akunya sakit-sakitan bagai kerakap tumbuh di batu seperti ini, juga aku tak bisa menikmati hidup. Duit ada, tapi waktu menikmati berkurang.”

“Yes, Ibu Kania. Sekian renungan. Hahaha. Dari diri Ibu Kania ke Ibu Kania Herself. Hahahaha.” Renungan diri berhenti dulu. Saatnya turun mobil, menyampaikan turut belasungkawa ke keluarga Ibu Susi...

0 komentar:

Posting Komentar

Translate

About Me

Foto Saya
Guruntala
🌹A dam mast qalandar. #BlessingsClinic 🌹Give some workshops: Meridian Face & Body Massage, Aromatherapy Massage with Essential Oils, Make up. 🌹Selling my blendid Face Serum. IG & twitter: @guruntala
Lihat profil lengkapku

Followers

Komentar Terbaru

Visitors

free counters